Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pesan IMF untuk Negara-negara Raksasa Industri

Pesan IMF untuk Negara-negara Raksasa Industri

Dream - Dana Moneter Internasional (IMF) pekan lalu mengingatkan Federal Reserve (The Fed) untuk berhati-hati saat menaikkan tingkat suku bunga. IMF menilai pengetatan yang terlalu cepat bisa menjadi bumerang dan The Fed mungkin kehilangan kredibilitas.

Dalam review negara-negara industri terkemuka di dunia menjelang KTT G20 pada 15-16 November di Antalya, Turki, mendatang, IMF mengatakan Amerika Serikat dan dunia akan menghadapi risiko ekonomi. Peringatan ini terkait dengan kenaikan suku bunga akan datang, yang akan menjadi yang pertama dalam lebih dari sembilan tahun.

Seperti dikutip dari Gulf News, Rabu, 4 November 2015, The Fed pada pekan lalu menunda keputusan menaikkan tingkat suku bunga, tetapi menyatakan adanya kemungkinan bahwa hal itu bisa terjadi pada bulan Desember.

Meskipun kenaikan suku bunga akan mewakili keyakinan The Fed mengenai pertumbuhan ekonomi AS, IMF mengingatkan hal itu bisa terjadi 'di tengah ketidakpastian tentang pasar tenaga kerja, kebijakan yang netral dan jalan untuk inflasi dan upah'.

Dikatakan stabilitas keuangan global sering dalam keseimbangan, mengingat bahwa peningkatan suku bunga acuan The Fed bisa memicu pergeseran 'secara tiba-tiba' dalam portofolio investasi global dan volatilitas pasar yang tinggi.

Di dalam negeri AS, IMF menambahkan, "jika kondisi keuangan menjadi ketat lebih dari yang dibenarkan oleh kondisi siklus, mungkin menjadi hambatan bagi pemulihan, dan mungkin memaksa The Fed untuk membalikkan arah, dengan mengorbankan kredibilitas."

Dan itu juga bisa mendorong dolar lebih tinggi, dengan konsekuensi negatif bagi ekspor AS.

IMF memiliki saran untuk ekonomi G20 lainnya untuk mendorong upaya mengatasi 'ketidakseimbangan' ekonomi global, seperti kelebihan utang dan surplus perdagangan yang besar.

Dikatakan AS, Jepang, dan Perancis, perlu membuat rencana jangka menengah yang kuat untuk memangkas utang mereka.

Negara-negara surplus seperti Jerman dan Belanda mampu membelanjakan anggaran lebih banyak dan memacu pertumbuhan di dalam negeri dan di zona euro yang sedang lesu.

Adapun Tiongkok, ekonomi terbesar kedua di dunia, IMF mengatakan negara tersebut perlu bekerja untuk mencegah 'terlalu tajamnya perlambatan pertumbuhan' sambil memajukan reformasi struktural.

Reformasi sangat penting 'untuk melancarkan sumber-sumber pertumbuhan baru dan menyeimbangkan ekonomi terhadap konsumsi dalam jangka menengah'.

Laporan IMF juga mendesak Beijing untuk mengekang pertumbuhan kredit dan pertumbuhan investasi yang lambat untuk mengurangi risiko dalam perekonomian domestik.

"Menemukan campuran yang tepat untuk mengurangi kelemahan dan mempertahankan pertumbuhan akan menjadi tantangan yang sedang berlangsung," kata IMF. (Ism)

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP