Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

'Kami Bukan Anak Tiri'

'Kami Bukan Anak Tiri'

Dream – Ini kisah dari Serambi Mekah. Tentang keputusan besar, mengubah Bank Aceh menjadi bersistem syariah. Sepenuhnya “bercerai” dengan cara konvensional.

Pilihan ini bukanlah sembarangan. Penuh risiko. Lihatlah kinerja perbankan syariah di Indonesia. Sejak dijalankan awal dekade 1990an hingga kini, tak pernah mampu menembus angka 5% pangsa pasar perbankan nasional.

Namun Bank Aceh tak gentar. Mulai 19 September 2016, mereka mendeklarasikan diri menjadi bank syariah sepenuhnya. “Rakayat Aceh mayoritas Islam, menginginkan kami jadi bank syariah,” kata Direktur Utama Bank Aceh, Busra Abdullah.

Dan lihatlah. Keberanian Bank Aceh itu membawa angin segar pada bisnis perbankan syariah Tanah Air. Bank beromzet Rp20 triliun ini membuat pangsa pasar perbankan syariah “pecah telor”. Pangsa pasar perbankan syariah menembus angka 5%, dari sebelumnya 4,81%.

Tak hanya itu, bank yang telah mengantongi dana pihak ketiga sebesar Rp16,5 triliun dan menyalurkan pembiayaan Rp12,1 triliun ini juga mendongkrak aset bank syariah, dari Rp272,6 triliun melesat ke angka Rp305,5 triliun.

Keputusan bank dari Daerah Istimewa di ujung barat Indonesia ini menggoda bank daerah lain. Sebutlah Bank NTB, mereka mempertimbangkan mengikuti jejak berubah dari bank konvensional ke sistem syariah.

Lantas, apa yang membuat Bank Syariah berani melakukan keputusan besar ini? Apa arti perubahan ini bagi perbankan syariah di Indonesia? Berikut wawancara wartawan Dream, Arie Dwi Budiawati, dengan Direktur Utama Bank Aceh, Busra Abdullah, pekan ini:

Mengapa Bank Aceh berubah jadi bank syariah?
Pertama, kami ada peraturan daerah, qanun tentang pemberlakuan syariah di Aceh. Cuma saya lupa qanun-nya. Jadi semua institusi, profesi, harus menjurus kepada ajaran Islam. Salah satunya adalah lembaga keuangan. Ini harus sesuai dengan syariat Islam.

Yang kedua, RUPS –Rapat Umum Pemegang Saham. Mungkin mengikuti RUPS 2015, semua pemegang saham lewat RUPS menginginkan Bank Aceh jadi bank umum syariah walaupun awalnya memutuskan spin off. Tapi, mengingat qanun yang tidak membolehkan yang non-Islam. Makanya kami konversi Bank Aceh Syariah.

Ada pertimbangan lain?
Masyarakat Aceh yang mayoritas Islam, 99 persen, menginginkan bank kami menjadi bank syariah. Hal ini terbukti dari setelah kami konversi, tidak ada nasabah yang pindah ke bank lain, termasuk juga non-Muslim, tidak pindah ke bank lain. Itu alasan lain. Secara bisnis, itu menguntungkan.

Apakah pemerintah daerah mendukung?
Itu yang utama, karena yang memiliki Bank Aceh itu Pemda melalui RUPS.

Secara bisnis lebih menguntungkan spin off atau konversi?
Ada plus minusnya. Kalau plusnya –konversi, kami sudah menjurus kepada suatu tujuan. Minusnya, bank syariah di Indonesia masih sedikit. Dalam urusan treasury, karena masih sedikit, kami harus membuat kerja sama dengan beberapa bank syariah lain di Indonesia. Kami tidak boleh bertransaksi dengan bank konvensional. Intinya, tidak ada masalah.

Ada persiapan khusus menjadi bank syariah full fledged?
Itu ada syaratnya. Ada 15 syarat yang dipersyaratkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Yang lima belas itu? Banyak sekali, ya. Itu harus dipenuhi kalau mau jadi bank syariah. Saya tidak ingat semuanya.

Berapa lama persiapannya?
Secara total waktu itu 1,5 tahun. Tapi, kalau persiapannya sendiri 1 tahun.

Ada perubahan fundamental setelah konversi ini?
Tidak ada. Kecuai kami menambah Dewan Pengurus Syariah (DPS). Dulu ini tidak ada.

Kendala yang signifikan saat konversi?
Kalau bisa dikatakan, prosesnya mulus. Hal-hal kecil pada pergantian itu pasti ada, seperti SOP, pendidikan, status rekening di bank konvensional. Semua tidak ada masalah. Semua elemen di Aceh sangat menginginkan syariah itu tadi.

Jadi tidak ada masalah besar. Hanya masalah kecil-kecil, seperti transaksi di ATM tidak berjalan. Tapi ini satu hari sudah bisa diambil solusi.

Bagaimana kinerja selama menjadi Unit Usaha Syariah?
Bagus. Selama 10 tahun, dia bisa bisa mencapai 10 persen dari aset Bank Aceh.

Berapa aset Bank Aceh secara keseluruhan?
Waktu itu, kami sudah mencapai Rp19 triliun. Sekarang sudah Rp21 triliun. Dia menguasai 10 persen, 3 cabang, dan belasan cabag pembantu. Jadi, masyarakat Aceh berminat akan bank syariah. Jadi, tidak salah apa yang kami lakukan.

Setelah konversi, ada perubahan manajemen?
Itu tidak berubah sama sekali, malah menambah. Dengan melanjutkan ini, kan, tidak gampang karena ditakuti akan ada masalah-masalah ke depan. Dengan tidak mengubah manajemen, kami masih kokoh dalam menghadapi tantangan-tantangan yang akan terjadi walaupun saat ini kami belum merasakan tantangan-tantangan itu.

Jadi, manajemen tetap, rekening nasabah tetap. Kami hanya berubah IT. Produk tetap. Dengan satu tahun, apa yang berlaku di konvensional, masih berlaku. Misalnya, nasabah memiliki deposito dengan suku bunga misalnya 8 persen. Sampai 1 tahun ke depan sampai jatuh tempo, masih dipertahankan. Lalu, sebutannya sudah bukan bunga lagi, tapi disetarakan. Jadi, nasabah tidak akan protes.

Apa yang kami lakukan saat ini, kami pertahankan selama setahun ke depan. Namun, ke depan lagi bukan berarti dia harus turun pendapatannya, tapi malah bertambah.

Ada target finansial?
Banyak.

Apa saja?
Antara lain, selama ini kita dana-dana pemerintah dari departemen pusat dari Kementerian Agama dan dana haji yang selama ini wajib dikelola bank syariah. Sekarang, kami berhak mengelolanya.

Contohnya dana haji. Dana haji, kan, sharing, itu dibagi porsi. Dengan bank syariah, kami akan mendapatkan hak-hak yang sama dengan bank syariah walaupun sampai dengan saat ini, kami belum bertemu dengan pengelolaan dana haji di Jakarta. Namun pemberlakuannya sudah dilakukan. Yang menjurus dana haji, (dananya ditaruh) di bank syariah dan banyak yang sudah pindah kepada kita.

Satu lagi, kami mengharapkan penempatan dana dari internasional seperti dari Arab Saudi. Banyak sekali dana Aceh termasuk dana Baitul Asyi [dana rumah wakaf Aceh] yang dikelola oleh Mekah itu nanti sebagian dana disalurkan ke Bank Aceh untuk hak-hak orang Aceh. Jadi, itu hibahnya orang Aceh di sana. Itu sudah diurus. Kami mengharapkan bank syariah.

Ada target pertumbuhan kinerja?
Untuk 2017 kami tidak muluk-muluk untuk RBB (Rencana Bisnis Bank), pertumbuhan 5-8 persen karena belum berani menjanjikan. Kami kan baru tahun pertama. Kami tidak menjanjikan. Di tahun ini, kami sabaran dulu, deh. Kalau kami sudah menemukan solusinya, baru kami bisa tumbuh normal seperti biasa.

Dari sisi laba, kami naik. Rencana laba naik. Terbukti sampai hari ini laba kita naik. Masih normal. Masih di atas rata-rata.

Konversi Bank Aceh mengerek market sharing bank syariah jadi 5%. Apakah itu berarti prospek menjanjikan?
Begini, rencana kami ini ditunggu oleh bank lain, terutama bank-bank daerah apakah kami berhasil atau tidak. Kalau berhasil saya yakin mereka ada –ikut melakukan konversi. Contoh, Bank NTB ini sudah keputusan RUPS jadi bank syariah dan bank-bank lain ini mengintip dulu, kacau apa tidak, sukses apa tidak.

Kalau sukses, saya yakin mereka akan mengikuti, termasuk yang kecil-kecil di daerah. Harapan kami, bank-bank nasional yang ada di Aceh, disyariahkan semua, kalau memungkinkan. Itu hak mereka.

Bank Aceh ini sudah punya berapa cabang?
Kami sudah punya 26 cabang, 24 cabang di Aceh dan 2 di Medan.

Bagaimana capaian laba dan pendapatan Bank Aceh?
Kalau ditanya sama saya, datanya tidak ada. Yang jelas, ada peningkatan 100 persen. Kecuali kredit 99 persen. Bulan kemarin kredit ditahan karena belum jelas. Kami, kan, terjadi perubahan kredit menjadi pembiayaan. Itu pun juga ada banyak perubahan. Dalam kerangka perubahan itu, ada sebulan kami tidak menyalurkan kredit di konvensional. Ada yang meminta kredit, kami alihkan ke syariah.

Setelah konversi, produknya tetap atau berubah?
Tidak ada yang berubah. Produk tetap. Dalam konversi, tidak ada ganti istilah, tapi berganti perhitungan. Perhitunganya berubah. Tapi semua proses syariah diakomodasi Bank Aceh Syariah.

Ada strategi yang terburuk?
Belum terlihat sama sekali. Kami sudah memprediksi kemungkinan-kemungkinan risiko yang terjadi. Tapi kami lihat belum terlihat karena masih positif sama sekali.

Apa pandangan Bank Aceh terhadap situasi perbankan syariah Indonesia?
Saya melihat berbeda di Indonesia dan Aceh. Di Indonesia, saya melihat bank-bank syariah agak decline. Banyak cabang Muamalat tutup dan cabang-cabang bank syariah lain tutup di daerah.

Tapi kami tidak pesimis dengan itu. Kami tidak pesimis karena bank-bank syariah di Indonesia itu adalah anak perusahaan. Misalnya, BRI buat anak perusahaan, BRI Syariah. Bank Mandiri ada Bank Syariah Mandiri. Itu saja. Begitu saja bank daerah. Tentu saja ada diskriminasi di situ. Ada anak tiri dan ada anak kandung.

Makanya, di sisi itu kami tidak memilih spin off. Kalau kami memilih spin off tentu ada anak tiri, anak kandung. Tapi memilih konversi kami tetap.

Perkembangan bank syariah di Indonesia ini berbeda dengan Aceh. Di Aceh kami optimis karena alasan tadi. Mengapa kami berubah total? Dengan berubah total, tidak ada lagi anak tiri-anak kandung. Jadi yang dibesarkan itu satu.

Semoga ada kebijakan pemerintah untuk semua cabang di Aceh ini untuk disyariahkan. Itu pun bukan dipaksa, ya, tapi diimbau supaya di Aceh itu penuh dengan syariat Islam, baik di sektor ekonomi, keuangan. Bagi kami, di daerah Aceh itu homogen. Kalau nasional kan heterogen. Ada 99 persen penduduk Aceh itu Muslim.

Kesimpulannya, kami tidak mengalami kendala apa-apa. Kami optimis dibuktikan dengan permasalahan tidak ada yang terjadi, nasabah tidak pindah. Namun, kami tidak boleh terlena. Kami harus berbuat yang lebih baik untuk tahun ke depan.

Bagaimana masa depan perbankan syariah Indonesia?
Kalau di Indonesia, kalau diberlakukan seperti saat ini, sama saja karena ada anak tiri dan anak kandung. Bagi yang punya anak tiri dan anak kandung, bisa melihat sebelah mata.

Kalau bank syariah tidak diberikan kuasa penuh, kami yakin perkembangannya lambat. Kecuali, bank daerah melakukan apa yang kami lakukan. Tapi tidak gampang karena daerah lain itu heterogen. Kami mengharapkan bank syariah tumbuh lebih bagus.

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Nestapa Kacung Supriatna, Petani Bekasi Ditagih Rp4 Miliar oleh Bank Padahal Tak Pernah Pinjam Uang

Nestapa Kacung Supriatna, Petani Bekasi Ditagih Rp4 Miliar oleh Bank Padahal Tak Pernah Pinjam Uang

Kacung Supriatna mengaku terkejut saat ditagih Rp4 miliar oleh bank padahal tak pernah utang.

Baca Selengkapnya
Bank Indonesia Buka Layanan Penukaran Uang Lebaran Maksimal Rp4 Juta, Begini Caranya

Bank Indonesia Buka Layanan Penukaran Uang Lebaran Maksimal Rp4 Juta, Begini Caranya

Simak cara dan lokasi menukar uang untuk lebaran 2024

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kabar Terkini Ningsih Tinampi yang Pernah Terkenal karena Bisa Obati Pasien Covid-19

Kabar Terkini Ningsih Tinampi yang Pernah Terkenal karena Bisa Obati Pasien Covid-19

Yuk Intip kabar Terbaru Ningsih Tinampi yang dulu viral bisa obati pasien covid-19.

Baca Selengkapnya