Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jenius (4): Rinaldi, Mahasiswa Termuda Unpad di Usia 15 Tahun

Jenius (4): Rinaldi, Mahasiswa Termuda Unpad di Usia 15 Tahun Dok: Unpad.ac.id

Dream - Hari masih pagi. Tapi Rinaldi sudah sibuk di depan komputer yang tersambung dengan internet di rumahnya di Jalan Veteran, Padang, Sumatera Barat. Ia masih berumur 14 tahun. Empat hari lagi ia baru akan berulang tahun ke 15. Penanggalan di komputer menunjuk tanggal 9 Juli 2015.

Kamis pagi itu jantung Rinaldi terasa berdegup lebih cepat. Hatinya sedikit cemas. Soalnya hari itu merupakan pengumuman Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Sejumlah nama mahasiswa baru yang lolos bakal diumumkan melalui koran dan internet.

Setelah tersambung dengan internet, dengan sedikit gugup ia pun segera berselancar di dunia maya. Masuk ke situs resmi pengumuman penenerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri untuk tahun 2015. Di sana, ia segera menuju Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Padjadjaran (Unpad). Setiba di sana ia langsung memelototi satu persatu nama-nama yang tertera.

Tidak mudah menelusuri nama-nama yang tercantum. Apalagi jumlahnya cukup banyak. Namun matanya segera berbinar begitu mendapati nama Rinaldi Wilopo tertera di sana.

Segera saja dia memberitahukan kedua orang tuanya, Suherman Wilopo dan Liany Anggreini. Dengan gembira ia memberitahu bahwa namanya lolos sebagai mahasiswa baru Unpad angkatan tahun 2015 untuk Program Studi Matematika FMIPA. Orang tuanya terkejut. Tapi juga bahagia.

Sebulan kemudian, dari Padang ia ditemani orang tua berangkat ke Bandung. Tanggal 12 Agustus 2015, Rinaldi resmi mendaftarkan dirinya di kampus biru Bandung itu. Dari 5.749 mahasiswa baru Unpad, ia tercatat sebagai mahasiswa termuda tahun ini.

Ia resmi terdaftar sebagai mahasiswa Unpad dalam usia 15 tahun 1 bulan 8 hari. Sebuah prestasi yang mencengangkan. Itulah prestasi yang diraihnya dan menobatkannya menjadi 'Anak Ajaib.’

"Saya kaget, tetapi senang juga menjadi yang termuda," ujar remaja kelahiran Padang, 13 Juli 2000, itu pada Dream.


Dia Istimewa Meski Bukan Murid Istimewa

Dia Istimewa Meski Bukan Murid Istimewa

Meski telah mencatat prestasi bersejarah sebagai mahasiswa termuda di Unpad untuk tahun 2015, Rinaldi mengaku dirinya bukanlah murid yang istimewa. Prestasinya di sekolah pun biasa-biasa saja.

"Ranking saya di ada pertengahan. Pernah dapat ranking tiga, tetapi itu pun saat SD," kenangnya.

Namun, yang menjadikannya istimewa adalah dia mampu menyelesaikan masa pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Akhir (SMA) lebih cepat dibandingkan waktu yang seharusnya.

"Saya masuk SD lima tahun. Waktu di SMP Maria Padang, saya ikut akselerasi (percepatan), jadi hanya dua tahun. Saat di SMA Don Bosco juga cuma dua tahun karena saya ikut juga program akselerasi," ujar anak laki-laki berkacamata itu.

Keberhasilan Rinaldi meraih pendidikan lebih cepat dari umurnya ini tentu tidak terlepas dari dukungan keluarga dan lingkungan. Rinaldi mengaku tidak pernah mendapatkan anggapan negatif yang meragukan kemampuannya menyelesaikan pendidikan hingga SMA lebih dulu.

"Tidak ada yang ragu. Karena kita semua dianggap bisa dulu. Diperbolehkan ikut tes akselerasi. Nanti yang tidak bisa pasti gugur," ujarnya.

Sebelum mengikuti akselerasi, serangkaian proses harus dijalani Rinaldi. Mulai dari psikotes hingga tes tulis. Tes ini untuk mengukur kemampuan akademik siswa, juga kesiapan mental siswa menerima pengajaran yang lebih tinggi pada saat usianya belum mencukupi.

Tidak semua anak dalam angkatan tersebut bisa menyelesaikan program akselerasi dengan baik. Sebab, ada pula yang mengundurkan diri dari program tersebut akibat tidak tahan atau tidak bisa mengikuti materi pelajaran. Rinaldi adalah salah satu yang berhasil menaklukkan program akselerasi dengan nilai memuaskan.

Demi bisa mengikuti pelajaran dengan baik, ayah Rinaldi yang merupakan wirausahawan pun memasukkan anaknya ke Bimbingan Belajar untuk menambah pemahaman pelajaran di luar jam sekolah.

"Ada tambahan pelajaran tidak formal. Seminggu tiga kali," ujarnya.

Rinaldi: Saya Sama dengan Kawan Seumuran

Rinaldi: Saya Sama dengan Kawan Seumuran

Kelas akselerasi banyak menjadi pembahasan banyak pihak karena tidak hanya kesanggupan si anak untuk menyerap pelajaran di atas usianya, tetapi kesanggupan anak untuk bersosialisasi dengan teman sekelasnya yang notabene anak yang lebih tua darinya.  Tapi itu tidak menjadi kendala bagi Rinaldi.

Buktinya, setelah beberapa minggu menjadi mahasiswa, dengan teman-teman seangkatan yang umumnya berusia sekitar 18-19 tahun, Rinaldi mengaku tidak canggung. Pasalnya, dia merasa justru kawan seangkatannya menganggap dirinya sebagai adik sehingga dia tidak pernah mendapat perlakuan kasar.

"Di sini (Unpad), dukanya sedikit karena orang-orang tidak terlalu kasar. Saya dianggap teman sebaya meski terkadang mereka sedikit segan karena berbeda usia 3-4 tahun. Kita buat tugas bareng. Tapi kalau yang ajak jalan-jalan, belum ada," ceritanya lugu.

Meski telah menyandang status sebagai mahasiswa, Rinaldi mengaku sifat-sifat kekanakannya pun terkadang muncul. Dirinya juga tidak mau kehilangan waktu untuk bermain. Dia selalu menyempatkan menyalurkan hobinya menjelajah dunia maya.

"Main game suka, suka searching-searching internet juga. Kalau nongkrong-nongkrong tidak, paling main futsal. Kalau pergi ke mal atau Bandung, terlalu jauh, lagi pula masih adaptasi sama tugas-tugas," ungkap mahasiswa yang berkampus di Jatinangor, Sumedang, ini.

Jauh dari rumah dan keluarga, Rinaldi harus pintar membagi waktu antara tugas kampus dan bergaul. Selama hari kuliah, dia fokus untuk belajar. Tetapi ketika akhir pekan, dia menyempatkan untuk melakukan kegiatan di luar tugas kampus.

"Biasanya sebelum kuliah, malamnya saya baca-baca dulu pelajarannya, untuk mengulang dan mempelajari yang akan diajarkan. Kalau weekend, selagi tidak ada tugas ya saya santai-santai saja," ujar Rinaldi polos.

Mengaku masih belum memiliki rencana begitu lulus S1, Rinaldi berhasrat ingin menjadi Ahli Matematika yang tergabung dalam sebuah tim riset.

"Cita-cita masih belum jelas. Tapi bukan jadi dosen. Mungkin ikut penelitian-penelitian," ungkapnya.

Dia pun berharap, prestasi yang ditorehkannya saat ini bisa diikuti anak muda lainya.  "Semoga bisa ada yang jadi termuda lagi. Atau kalau bisa lebih muda dari saya," pungkas Rinaldi.

Perjalanan Rinaldi sebagai mahasiswa memang baru dimulai. Tapi menjadi mahasiswa termuda di sebuah kampus ternama tentu bukan soal mudah. Itu sebuah prestasi yang belum tentu bisa dicapai kebanyakan orang. 

Namun, tak hanya kemampuan akademis, kemampuan bersosialisasi pun menjadi faktor tak kalah penting sebagai mahasiswa baru. Bila mampu menundukkan keduanya, jalan Rinaldi bakal lempang. Bahkan, bukan tak mungkin dia kelak menjadi Doktor Matematika termuda. Siapa bilang tidak. (eh)

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
4 Hal yang Bisa Dipelajari Buah Hati yang Masih Remaja Pada Gelaran Pemilu

4 Hal yang Bisa Dipelajari Buah Hati yang Masih Remaja Pada Gelaran Pemilu

Usia pra remaja memang belum bisa memilih, tapi dari momen Pemilu ini anak-anak bisa belajar banyak hal.

Baca Selengkapnya
Cerita Mahasiswi Disukai Pocong setelah Pulang Kuliah Malam, Kaki Dijilat dan Dipelototi Saat Tidur

Cerita Mahasiswi Disukai Pocong setelah Pulang Kuliah Malam, Kaki Dijilat dan Dipelototi Saat Tidur

Sosoknya mengerikan, melompat dari jendela asrama dan gigit kaki sang gadis

Baca Selengkapnya
Curhat Nia Ramadhani Awasi Anaknya Kerjakan PR: 'Mulai Naik Nada Ngomong Gua'

Curhat Nia Ramadhani Awasi Anaknya Kerjakan PR: 'Mulai Naik Nada Ngomong Gua'

Setiap malam ia harus 'stand by' menemani putra putrinya belajar dan mengerjakan PR.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.