Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dikecam Mengaku Anak Jenderal, Sonya Kutip Kata Bijak

Dikecam Mengaku Anak Jenderal, Sonya Kutip Kata Bijak

Dream - Jagat media sosial dihebohkan dengan video siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Medan yang bersikap arogan saat ditilang seorang Polisi Wanita (Polwan). Dalam sekejap video tersebut menjadi viral dan Sonya mendapat kecaman dari para pengguna internet.

Kejadian bermula saat Sonya yang sepertinya tengah merayakan berakhirnya Ujian Akhir Nasional (UAN), dengan seragam penuh coretan ia konvoi bersama teman-temannya dengan menggunakan sebuah mobil.

Saat Polwan dan dua polantas lain akan menindak dan membawa mobil itu ke kantor Satlantas Polresta Medan, Sonya pun dengan suara bernada keras mengancam serta mengaku anak Arman Depari.

"Oh oke, mau dibawa? Siap-siap kena sanksi turun jabatan ya. Aku juga punya beking. Saya tandai Ibu. Saya anak Arman Depari," ujarnya dalam video tersebut, Kamis 7 April 2016.

Saat wartawan yang berada di lokasi tersebut mengkonfirmasi ucapannya, siwi itu anak Deputi Bidang Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari, ia tidak menjawab dan menutup wajahnya.

Setelah ditelisik di akun instagramnya untuk mencari tahu hubungannya dengan pejabat tersebut. Salah satu foto di akun instagram @sonyadepari, gadis tersebut pernah mengunggah foto Arman Depari saat acara adat Tanah Karo 'Njunjungi Beras Piher', saat itu masih menjabat sebagai Kapolda Kepulauan Riau.

Foto tersebut diunggahnya pada 8 November 2014 lalu, Sonya pun melengkapinya dengan kalimat 'Pauda' yang artinya paman. Sontak akunnya itu dibanjiri kritikan dari netizen. Seolah menananggapi hal tersebut, Sonya pun mengunggah foto BJ Habibie yang dilengkapi kutipan kalimat bijak milik Presiden RI ketiga itu.

'Ketika seseorang menghina kamu, itu adalah sebuah pujian bahwa selama ini mereka menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan kamu. Bahkan ketika kamu tidak memikirkan mereka'.

Sonya pun melengkapinya dengan menyemangati dirinya sendiri. "Jangan menyerah, perbaiki kesalahan, dan terus melangkah," ujarnya.

Namun unggahan itu kembali mengundang emosi netizen. "Etika dululah diperbaiki," kata akun Sal.

"Kalau dihina gara-gara hal apalah masih mending, ini gara-gara arogan mah terima saja kali, enggak perlu sok pakai kata-kata mutiara," ujar akun Daniel.

 

Kisah Teladan Sang Jenderal, Tak Marah Ditilang Polisi

Dream - Dalam beberapa kali terjadi bentrok antara anggota TNI dan polisi. Belakangan diketahui pemicunya berawal dari pelanggaran lalu lintas.

Sebagai aparat mereka tak terima ditegur. Sampai akhirnya berujung keributan hingga bawa-bawa senjata.

Agar peristiwa seperti itu tak terulang lagi, ada baiknya mengetahui cerita teladan yang diberikan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Mayor Bambang Soegeng.

Meski menjadi orang nomor satu di TNI AD, Bambang Soegeng manut saja ketika dihentikan polisi di jalan raya.

Bambang Soegeng memang hobi naik sepeda motor. Ceritanya tahun 1952, sang Jenderal sedang berada di Yogyakarta. Dia meminjam motor milik Haryadi, seorang pelukis. Melajulah Bambang dengan motor keliling Yogyakarta.

Begitu sampai di Perempatan Tugu, yang mengarah ke jalan Malioboro, ada lampu lalu lintas yang menyala kuning. Dia menyangka habis lampu kuning pasti lampu hijau, Bambang pun tancap gas. Tahunya malah lampu merah yang menyala.

'Pritt!' seorang polisi menyetop Bambang yang saat itu berpakaian sipil alias tak pakai seragam.

Bambang berhenti. Polisi itu menasihati panjang lebar soal peraturan lalu lintas. Dia kemudian meminta SIM milik Bambang.

Tapi betapa terkejutnya polisi itu saat melihat SIM. Pria di depannya adalah Kepala Staf TNI AD Jenderal Mayor Bambang Soegeng --saat itu TNI AD masih dipimpin jenderal bintang satu dengan pangkat jenderal mayor.

"Siaap Pak!" si polisi langsung berdiri tegak memberi hormat. Merasa tegang mengetahui baru saja mau menilang Kasad.

Namun dengan bijaksana Bambang Soegeng mengaku salah. Dia tak marah pada polisi itu. Atau menggunakan kekuasaannya supaya lolos dari jerat hukum. Padahal dia pemimpin dari seluruh prajurit angkatan darat.

"Memang saya yang salah. Saya menerima pelajaran dari Pak Polisi," kata Bambang Soegeng.

Kisah ini dimuat dalam buku Panglima Bambang Sugeng, Panglima Komando Pertempuran Merebut Ibu Kota Djogja Kembali 1949. Buku tersebut ditulis oleh Edi Hartoto dan diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2012.

"Hal itu masuk berita di koran Yogya, keesokan harinya saya berkesempatan membacanya," kata Putra Bambang Soegeng, Bambang Herulaskar soal kasus Kasad disetop polisi tersebut.

(Ism, Sumber: Merdeka)

Kisah Polantas Gresik Tilang Istri Tercinta

Dream - Masih ingat dengan kisah Aiptu Jailani, anggota Satlantas Polres Gresik, pernah menilang istrinya sendiri?

Dia memang dikenal tegas dan tak kenal 'damai' dalam menindak pelanggaran lalulintas. Yang ditilang Jailani pun beragam, mulai dari warga sipil, petinggi polisi, TNI, wartawan, pejabat Pemkab Gresik, hingga sang istri.

Nah, kisah insipratif si polantas kemudian dibuat film pendek oleh Forum Film Jambi. Film itu diberi judul 'Kisah Nyata Polisi Menilang Istrinya' dengan durasi 4 menit 40 detik.

Dalam tayangan itu si istri kesal karena sang suami yang merupakan anggota polantas tega-teganya menilang dia. Ngambek ditilang, si suami pun dicuekin begitu pulang ke rumah. Penasaran kelanjutan cerita? yuk tonton videonya.

Saat Brigadir Polisi Tilang Raja Yogya

Dream - Tak tebang pilih dalam penegakan hukum. Itulah hikmah kisah yang ditulis Aryadi Noersaid ini. Cerita tentang seorang bintara polisi menilang Sultan Hamengku Buwono IX, Raja Tanah Jawa. Dan polisi pemberani itu adalah Brigadir Royadin, paman Aryadi Noersaid.

Kisah itu terjadi di Pekalongan, Jawa Tengah, pada pertengahan tahun 1960-an. Kala itu, jam baru menunjukkan pukul 5.30 WIB. Di pagi berkabut itu, Royadin, yang baru sepekan mendapat kenaikan pangkat dari agen polisi menjadi brigadir, sudah berada di pos jaga. Di Persimpangan Soko, yang mulai ramai dilalui delman dan becak.

Tiba-tiba, sebuah sedan hitam keluaran tahun 1950-an melaju pelan melawan arus. Kala itu, sangat jarang warga yang memiliki mobil. Sehingga, yang tengah berkendara itu pastilah bukan orang sembarangan. Namun demikian, nyali Royadin tak menjadi ciut. Dia menghentikan mobil yang melaju santai tersebut.

"Selamat pagi, bisa ditunjukan rebuwes," kata Royadin. Rebuwes merupakan surat kendaraan kala itu. Pengemudi mobil membuka kaca. Namun dada Royadin seolah terhentak. Seperti digebuk palu godam. Dia hampir pingsan setelah melihat siapa gerangan sang pengemudi itu. Dialah Sinuwun Sri Sultan Hamengku Buwono IX. "Ada apa pak polisi?" demikian tutur Sultan dengan sopan, setelah membuka pintu.

Tubuh Royadin masih gemetar. Namun dia segera siuman dari keterpanaan. Hatinya tetap bulat. Semua pelanggar harus ditindak. "Bapak melanggar verboden," kata Royadin. Royadin mengajak Sultan melihat papan tanda verboden itu. Namun ditolak. "Ya saya salah. Kamu yang pasti benar. Jadi bagaimana?" tanya Sultan.

Royadin agak kikuk. Pertanyaan itu sulit dia jawab. Dalam batin dia berkata, bagaimana bisa menilang seorang raja. Bagaimana bisa menghukum pahlawan Republik. Sementara, dia hanya polisi muda berpangkat brigadir. Namun Royadin heran mengapa Sultan tak memperkenalkan diri sebagai Raja, lantas meminta pelanggaran itu tak diurus dengan menggunakan kekuasaannya.

"Maaf, Sinuwun terpaksa saya tilang," kata Royadin. "Baik brigadir, kamu buatkan surat itu, nanti saya ikuti aturannya. Saya harus segera ke Tegal," jawab Sultan.

Dengan tangan bergetar Royadin membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu. Tapi dia sadar, tidak boleh memberi dispensasi. Yang membuatnya sedikit tenang, tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut Sultan minta dispensasi. Surat tilang diberikan dan Sultan segera melaju.

Royadin baru sadar setelah Sultan berlalu. Dia menyesal, berbagai pikiran berkecamuk di kepalanya. Ingin rasanya dia mengambil kembali surat tilang Sultan dan menyerahkan rebuwes mobil yang ditahan. Tapi semua sudah terlanjur.

Saat apel pagi esok harinya, suara amarah meledak di Markas Polisi Pekalongan. Dari ruang Komisaris, nama Royadin disebut berkali-kali. Royadin langsung disemprot sang komandan dalam bahasa Jawa kasar.

"Royadin! Apa yang kamu perbuat? Apa kamu tidak berfikir? Siapa yang kamu tangkap itu? Siapaaa? Ngawur kamu! Kenapa kamu tidak lepaskan saja Sinuwun, apa kamu tidak tahu siapa Sinuwun?" teriak sang komisaris.

"Siap pak. Beliau tidak bilang Beliau itu siapa. Beliau mengaku salah, dan memang salah," jawab Royadin.

"Ya tapi kan kamu mestinya mengerti siapa dia. Jangan kaku. Kok malah kamu tilang. Ngawur, kamu ngawur. Ini bisa panjang, bisa sampai Menteri Kepolisian Negara," tutur sang Komisaris meledakkan amarahnya.

Royadin tolak pinangan Sultan....

Royadin Tolak `Pinangan` Sultan

Dream - Setelah dimarahi, Royadin malah ditertawakan teman-temannya. Komisaris polisi Pekalongan berusaha mengembalikan rebuwes mobil pada Sultan Hamengku Buwono IX. Royadin pasrah saja, dia siap dihukum, siap dimutasi atau apapun. Yang pasti dia merasa sudah melaksanakan tugas sebagai seorang polisi.

Belakangan sebuah surat dikirim dari Yogya. Sultan meminta Brigadir Royadin dipindahkan ke Yogya. Sultan terkesan atas tindakan tegas sang polisi. Royadin diminta pindah beserta keluarganya. Sultan juga meminta pangkat Royadin dinaikkan satu strip di atas.

Permintaan ini sungguh istimewa. Sebuah permintaan luar biasa dari orang luar biasa. Namun Royadin akhirnya memilih berada di Pekalongan, tanah kelahirannya.

"Mohon Bapak sampaikan ke Sinuwun, saya berterima kasih. Saya tidak bisa pindah dari Pekalongan, ini tanah kelahiran saya, rumah saya. Sampaikan hormat saya pada Beliau dan sampaikan permintaan maaf saya pada Beliau atas kelancangan saya," pinta Royadin pada Komisaris.

Sultan pun menghormati pilihan Royadin. Royadin yang lahir di Batang, 1 Desember 1926 itu terus bertugas di Pekalongan. Pangkatnya pun hanya naik beberapa tingkat. Namun mungkin sosok polisi inilah yang paling diingat Sultan Hamengku Buwono IX seumur hidupnya.

Royadin bertugas sebagai polisi selama 21 tahun 1 bulan. Selain Pekalongan, dia pernah bertugas di Boyolali, Semarang, dan juga Batang, sebagai Kapolsek Warungasem. Dia pensiun dengan pangkat terakhir Pembantu Letnan Satu (Peltu).

Dia wafat di rumahnya yang beralamat di Gang Sriti RT 06/RW 06 No 53, Legoksari, Proyonanggan Tengah, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, pada 14 Februari 2007, dalam usia ke 81 tahun. Dia dimakamkan di pemakaman umum dekat rumahnya, berdampingan dengan makam istrinya yang meninggal dua tahun setelahnya.

(Ism, Sumber: Merdeka.com dan RTMC Polda Jawa Barat)

Kala Mobil Gus Dur Ditilang Polisi: "Belum Tahu Dia"

Dream - Cerita lucu tetang sosok KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tak akan pernah ada habisnya. Meski sudah sering dibahas, tetap saja ada cerita-cerita lucu tentang Presiden keempat RI tersebut.

Salah satunya adalah ketika mobil yang membawa Gus Dur dibuntuti mobil polisi. Bahkan sang sopir, Nurudin Hidayat sempat diberondong pertanyaan oleh polisi tersebut.

Cerita ini bermulai saat Gus Dur mendapat undangan menjadi pembicara di luar kota. Tak biasanya Gus Dur pergi tanpa pengawalan mobil patroli.

Mengemudikan dengan kecepatan tinggi, mobil Gus Dur pun disemprit polisi. Sampai akhirnya, polisi itu melihat penumpang yang tengah duduk di belakang.

Setengah terbengong, polisi itu memberanikan diri bertanya. "Itu Pak Gus Dur, ya?" tanyanya.

Si Polisi yang semula bermuka garang pun tiba-tiba berubah. Dia malah mengawal mobil Gus Dur.

Sementara Gus Dur yang sedari tadi tak tahu kejadian itu justru tenang-tenang saja. Mau tahu apa jawaban Gus Dur? Selengkapnya klik disini

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Anak Terlibat Laka, Oknum Polisi di Palembang Ancam Warga Pakai Sajam, Kini Memelas Saat Ditangkap

Anak Terlibat Laka, Oknum Polisi di Palembang Ancam Warga Pakai Sajam, Kini Memelas Saat Ditangkap

Alih-alih mengurusi putrinya yang terlibat kecelakaan lalu lintas, anggota polisi itu malah mengancam korban pakai senjata tajam.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.