Ilustrasi
Dream - Peringatan buat para pemilik perusahaan swasta. Survei terhadap 1.000 karyawan membuktikan satu dari lima karyawan akan bersedia menjual password yang berhubungan dengan pekerjaan mereka.
Survei ini dirilis Senin lalu oleh SailPoint, sebuah perusahaan keamanan berbasis di Austin, Texas.
Dari orang-orang yang bersedia untuk menjual password mereka, 44 persen mengatakan mereka meminta bayaran kurang dari US$ 1,000. Itu berarti hanya 88 dari 1.000 karyawan yang disurvei, atau 8,8 persen.
“ Angka tersebut tetap menunjukkan salah satu titik terlemah manusia jika dikaitkan dengan keamanan,” kata Kevin Cunningham, Presiden SailPoint.
Survei tersebut juga menemukan 65 persen karyawan mengatakan mereka menggunakan satu password untuk berbagai akun mereka.
" Orang-orang tahu hal itu tidak bagus. Seperti merokok, mereka tahu itu tidak baik, tetapi tetap melakukannya," kata Cunningham, membandingkan hanya menggunakan satu password untuk semua akses dengan kebiasaan buruk lainnya. " Saya pikir kita melihat perbedaan besar antara kesadaran dan berinternet yang baik."
Survei ini melibatkan sekitar 45 pegawai dari perusahaan dengan 10.000 atau lebih pekerja. Serta 25 persen berasal dari perusahaan dengan karyawan 5.000 hingga 9.999 orang dan 30 persen milik organisasi dengan 1.000 hingga 4.999 karyawan.
Beberapa orang bahkan menukar informasi penting untuk barang yang bernilai lebih kecil. ProPublica melaporkan pada 2014 bahwa 380 warga New York membagikan sidik jari dan nomor Jaminan Sosial mereka untuk ditukar dengan kue.
Banyak karyawan yang secara tidak sadar menyerahkan informasi perusahaan. Mereka sering menjadi korban phishing, di mana seorang peretas menipu karyawan untuk mendapatkan akses ke jaringan perusahaan.
Departemen Kehakiman mendakwa seorang pria Pennsylvania minggu lalu dengan peretasan terhadap lebih dari 100 akun Apple dan Google, sebagian besar milik selebriti.
Caranya meretas? Ia mengirim email kepada karyawan yang terlihat seolah-olah dari perusahaan. Peretas kemudian meyakinkan mereka untuk mengklik halaman login palsu di email mereka untuk mencuri username dan password mereka.
Dan banyak pengguna Internet menolak untuk mengubah password mereka setelah terjadi Heartbleed Internet Bug pada tahun 2015, bahkan jika mereka telah mendengar kabar bahwa peristiwa itu dianggap sebagai salah satu kelemahan keamanan jaringan terbesar baru-baru ini.
Itu sebabnya sudah ada gerakan raksasa teknologi untuk meninggalkan password dan beralih ke cara yang lebih aman untuk membuktikan identitas secara online - misalnya, dengan menggunakan biometrik atau passcode yang dikirim ke perangkat pribadi, yang kemudian harus dimasukkan ke halaman login.
(sumber: Finance.yahoo.com)
Advertisement
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati
Bahaya Duduk Terlalu Lama di Toilet, Wasir Hingga Gejala Kanker