(Foto: Shutterstock)
Dream - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kecemasannya dengan pencapaian konsumsi dalam negeri yang belum sesuai harapan. Padahal sektor ini menjadi tumpuan untuk memcau pertumbuhan ekonomi di paruh kedua 2020.
Berbicara di sesi APBN Kita di Jakarta, Selasa, 25 Agustus 2020, Menkeu mengaku sulit mendongkrak konsumsi rumah tangga di sisa tahun 2020. Pada kuartal II-2020 lalu, kontribusi konsumsi rumah tangga berada di bawah 5 persen dengan pertumbuhan minus 1,3 persen.
Hingga akhir tahun 2020, konsumsi rumah tangga diproyeksikan stagnan atau hanya akan berada di kisaran 0 persen.
" Pada kuartal ketiga dan keempat diakui bahwa ini adalah satu yang cukup berat karena di kuartal ketiga konsumsi kita lihat belum menunjukkan pemulihan seperti yang kita harapkan," kata Menkeu.
Meski mengaku berat, pemerintah tetap optimistis bisa mendorong konsumsi rumah tangga di periode Juli-September atau kuartal III-2020. Harapan itu muncul seiring dengan alokasi APBN yang banyak digunakan untuk menstimulasi pemulihan ekonomi.
Dengan anggaran penanganan pemulihan ekonomi yang cukup besar dan pendistribusian yang efektif, diharapkan akan memberikan kontribusi positif pada outlook ekonomi Indonesia tahun 2020 dan mendorong pertumbuhan antara 2 sampai 4 persen.
Realisasi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tercatat untuk kesehatan Rp7,36 trilliun, perlindungan sosial Rp93,18 trilliun, sektoral K/L dan Pemda Rp12,4 trilliun, insentif usaha Rp17,23 trilliun, dan dukungan UMKM Rp44,63 trilliun . ?
?
Pada bulan Juli 2020, pertumbuhan konsumsi, ekpor impor, juga produksi, masih belum menujukkan pemulihan pertumbuhan yang stabil dan bertahan lama. Perlambatan laju inflasi umum masih berlanjut, seiring masih rendahnya permintaan masyarakat. Volatilitas di sektor keuangan mulai menurun, tapi pembalikannya masih sangat dini. ?
(Sah)