Negara Muslim Diambang Krisis Pengangguran

Reporter : Syahid Latif
Senin, 16 Februari 2015 11:46
Negara Muslim Diambang Krisis Pengangguran
Negara anggota OKI membutuhkan 85 juta lapangan kerja baru untuk mengurangi tingkat pengangguran.

Dream - Negara-negara Islam membutuhkan 85 juta pekerjaan baru dalam satu dekade mendatang. Kebutuhan ini harus segera dipenuhi guna mengatas masalah tingginya jumlah pengangguran.

Untuk menciptakan pekerjaan baru di Mesir, Yordania, Tunia, dan Bank Maroko, Bank Pembangunan Islam (IDB) mengaku telah menyumbang tak kurang dari US$ 4,5 miliar sepanjang 2011-2013.

Asisten Dirjen Bidang Ekonomi Organisasi Kerjasama Negara Islam (OKI), Hameed A Opeloyeru seperti dikutip Dream dari laman Zawya, Senin, 16 Februari 2015 mengatakan, masalah besar ketenagakerjaan di negara Islam dipicu tidak adanya kaitan erat antara sistem pendidikan dan dunia kerja.

" Negara-negara Islam tertinggal jauh dari sebagian besar negara di dunia dalam menciptakan lapangan kerja," kata Hameed.

Dia menambahkan, tingkat pengangguran di sejumlah negara muslim juga berada diatas rata-rata dunia.

Mengutip data Organisasi Buruh Dunia (ILO), tingkat pengangguran negara anggota OKI naik dari 7,6 menjadi 8,8 persen antara 2000 hingga 2012.

Sementar rata-rata tingkat pengangguran dunia berada di kisaran 7 persen.

Diantara negara OKI, Qatar menjadi negara dengan tingkat pengguran terendah dengan nilai 0,6 persen, diikuti Benin dan Kuwait sebesar 1,5 persen.

Pengguran tertinggi anggota OKI tercatat di negara seperti Mautinia sebesar 31 persen, diikuti Palestina 23 persen, Gabon 20,3 persen, dan Yaman 17,6 persen.

Tingkat pengangguran usia muda juga menjadi tantangan serius negara OKI. Ratio pengangguran ini mencapai 16 persen, diatas rata-rata dunia 12,9 persen.

Menurut Hameed, faktor pemicu tingginya pengangguran berasal dari kurangnya lapangan kerja, minimnya angka produktivitas, dan ekonomi yang tak stabil.

Namun masalah utama adalah tidak terhubungnya sistem pendidikan dengan pasar tenaga kerja lokal.

Melihat kondisi tersebut, negara OKI mengaku telah mempersiapkan sebuah tim untuk segera mencari jalan keluar dari krisis tersebut.

Beri Komentar