Negara-negara Ini Paling Sering Minta Data Pengguna Twitter

Reporter : Syahid Latif
Sabtu, 22 Agustus 2015 13:00
Negara-negara Ini Paling Sering Minta Data Pengguna Twitter
Pemerintah negara ini meminta informasi akun pemilik Twitter

Dream - Para pengguna akun twitter di Tanah Air cukup beruntung. Di belahan lain di dunia, banyak negara yang kerap meminta informasi mengenai pemilik akun sosial media pesaing Facebook tersebut.

Permintaan informasi akun Twitter dari pemerintah Arab Saudi telah meningkat pada semester pertama tahun ini.

Twitter melaporkan permintaan pemerintah terkait informasi akun penggunanya telah mengalami peningkatan tertinggi sepanjang tahun 2015 dibandingkan enam bulan sebelumnya. Twitter memang memiliki kebijakan laporan transparansi yang dimulai pada 2012.

" Kami telah menerima permintaan 52 persen lebih untuk informasi akun Twitter. Hal ini memengaruhi 78 persen lebih pemilik akun selama semester pertama 2015 dibandingkan periode pelaporan sebelumnya," kata Twitter dalam situs laporan transparansi seperti dikutip Dream dari laman Arabianbusiness, Sabtu, 22 Agustus 2015.

" Ini merupakan kenaikan terbesar dalam hal permintaan informasi dan akun yang terdampak sejak kami mulai menerbitkan Laporan Transparansi tahun 2012."

Terkenal sebagai demokratis, Amerika Serikat (AS) justru menjadi negara yang paling banyak meminta informasi akun Twitter, dengan porsi 56 persen dari semua permintaan yang masuk.

Jepang menyalip Turki sebagai pemohon terbesar kedua. Pemerintah Turki mengurangi permintaan informasi akun Twitter hingga 9 persen. Inggris juga tetap tinggi pada daftar, terdiri 7 persen dari total permintaan.

Sedangkan Uni Emirat Arab (UEA) membuat dua permintaan informasi dan Twitter setuju memberikan satu akun. Tidak ada permintaan dari Qatar, Oman atau Bahrain.

Dalam beberapa kasus pihak berwenang memang menindak akun media sosial yang menulis komentar yang dianggap bertentangan dengan kepentingan nasional atau yang menantang pandangan politik.

Polisi agama Arab Saudi bahkan dilaporkan menutup lebih dari 10.000 akun Twitter tahun lalu. Alasannya, mengutip media lokal, akun tersebut telah `melanggar standar agama`.

Sementara itu, sebuah studi Brookings Institute yang dirilis pada bulan April mengatakan terjadi peningkatan jumlah akun Twitter yang dibuat oleh pendukung ISIS di Arab Saudi yang mencapai 866 akun daripada di tempat lain di dunia. Sementara kelompok ISIS sendiri yang menjadikan Suriah dan Irak sebagai basisnya masing-masing hanya membuat 507 dan 453 akun.

Meski memberikan informasi, laporan Twitter tidak menyebutkan rincian informasi yang diberikan kepada masing-masing pemerintah.

Twitter telah memberitahu pemilik akun yang ikut terkena dampak, 'kecuali kita dilarang atau permintaan masuk dalam salah satu kebijakan pengecualian soal pemberitahuan kepada pemilik akun'.

Beri Komentar