Pemimpin Masjid Minta Maaf ke Gereja di Malang Panen Simpati

Reporter : Sandy Mahaputra
Senin, 13 Oktober 2014 12:45
Pemimpin Masjid Minta Maaf ke Gereja di Malang Panen Simpati
Ucapan maaf disampaikan lantaran kegiatan salat Idul Adha yang digelar masjid itu menyebabkan kebaktian gereja tertunda.

Dream - Permintaan maaf pimpinan Masjid Agung Jami kepada pimpinan Gereja Protestan di kota Malang, menimbulkan ribuan simpati di media sosial. Ucapan maaf disampaikan lantaran kegiatan salat Idul Adha yang digelar masjid itu menyebabkan kebaktian gereja tertunda.

Gelombang simpati muncul setelah stasiun radio Suara Surabaya memuat berita 'permintaan maaf' itu di halaman Facebook, Twitter dan portal resminya, Minggu 5 Oktober lalu.

Berita yang menampilkan aktivitas salat Idul Adha dengan latar gereja memunculkan lebih dari 2.000 komentar dan di-shared (dibagikan) hingga ribuan kali.

Sebagian besar menyatakan simpati atas sikap toleransi pimpinan dua tempat ibadah yang letaknya tidak berjauhan itu " Indahnya kebersamaan, bisa saling mengerti dan memahami walaupun berbeda agama," tulis salah seorang netizen.

Banyak dari netizen menyampaikan terima kasih kepada teman-teman Kristen dan bersimpati pada sikap pimpinan masjid, yang bersedia meminta maaf.

Masjid Agung ini merupakan masjid berukuran besar dan tertua di Kota Malang. Letaknya sekitar 200 meter dari Gereja Protestan Indonesia di bagian Barat (GPIB) Immanuel, yang juga salah satu gereja tertua di Kota Apel itu.

Seperti salat Idul Fitri atau Idul Adha pada tahun-tahun sebelumnya, jumlah peserta ibadah dapat mencapai 35.000 orang sehingga meluber sampai di depan gereja.

Akibatnya, jika waktu ibadahnya digelar secara bersamaan, maka salah-satu pihak harus menunda acara ibadahnya, terutama pihak gereja. " Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak gereja dan meminta maaf karena kebaktian jadi ditunda," kata Ketua Takmir Masjid Agung, Zainuddin Muchit.

Permintaan maaf disampaikan di hadapan jemaat Salat Idul Adha. Dia membayangkan penundaan itu akan menganggu jadwal para jemaah gereja.

Pendeta GPIB Immanuel, Emmawati Balue mengatakan, sejak awal sudah mengetahui jadwal ibadah mereka akan berbarengan. Otomatis ibadah pagi jemaat gereja waktunya disesuaikan lagi.

Sudah bertetangga lebih dari seratus tahun, sikap saling menenggang rasa dan menghormati seperti itu sudah dilakukan sejak lama dan tidak pernah menjadi masalah.

(Ism, Berbagai sumber: BBC Indonesia)

Beri Komentar