Ilustrasi Hand Sanitizer (Sumber:Pexels.com)
Dream – Menjaga kebersihan tangan menjadi salah satu upaya pencegahan penyebaran virus corona Covid-19. Dengan dinyatakannya corona COVID-19 sebagai pandemi, penggunaan hand sanitizer, gel, dan sabun telah meningkat.
Meskipun hand sanitizer efektif melawan bakteri dan virus, ternyata ada batasan yang harus diperhatikan juga lho.
Dalam beberapa kasus, hand sanitizer dapat menyebabkan luka bakar dan masalah kulit yang parah bagi sebagian orang.
Hal ini terjadi karena kandungan alkohol, tingginya penggunaan produk dan ketidaktahuan penggunaan yang tepat.
Untuk itu, sebaiknya kamu menghindari penggunaan yang berlebihan untuk mencegah bahaya yang mungkin bisa terjadi.
Hand sanitizer dianggap sebagai alternatif terbaik untuk membersihkan tangan selain dengan sabun dan air. Metode yang sederhana, cepat, dan mudah menjadikan banyak orang menggunakannya.
Biasanya ada dua jenis hand sanitizer yakni yang berbasis alkohol dan non-alkohol. Dalam hand sanitizer non-alkohol, benzalkonium klorida adalah senyawa aktif, yang tidak mudah terbakar dan tidak beracun.
Kandungan ini lebih aman dan juga memberikan perlindungan terhadap kuman. Hand sanitizer non-alkohol memiliki risiko lebih rendah ketika secara tidak sengaja tertelan atau terkena api.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa sanitizer ini kurang efektif dalam mencegah penularan kuman.
Hand sanitizer berbasis alkohol digunakan oleh banyak orang dan petugas kesehatan. Hand sanitizer mengandung bahan-bahan alkohol seperti isopropanol, n-propanol, etanol atau kombinasi dari keduanya. Biasanya, dibuat dari 60-85 persen etanol karena aktivitas antimikroba yang kuat.
Menurut sebuah penelitian, penggunaan hand sanitizer beralkohol bisa mengurangi infeksi tangan, khususnya pada petugas layanan kesehatan.
Sehingga bisa mengurangi penularan infeksi kepada pasien, dan akhirnya mengurangi tingkat kematian mereka. Studi ini juga menunjukkan bahwa hand sanitizer bisa mengurangi penularan patogen pada sekitar 1,4 juta pasien di seluruh dunia.
Selain dari alkohol, hand sanitizer juga mengandung bahan aktif lain yang disebut triclosan atau TCS. Kandungan ini adalah agen antibakteri dan antijamur yang digunakan dalam produk perawatan pribadi seperti sabun, pasta gigi, deodoran dan krim kulit.
Meskipun senyawa ini efektif melawan kuman dan mikroba, penggunaan yang berlebihan setiap hari bisa berbahaya.
Sebagian besar hand sanitizer mengandung etanol tinggi atau etil alkohol untuk perlindungan terhadap berbagai jenis mikroba.
Etil alkohol adalah sejenis cairan mudah terbakar yang tidak berwarna dan memiliki aroma tajam pada hand sanitizer.
Pada suhu kamar, hand sanitizer mudah menguap menjadi uap yang mudah terbakar jika tidak sengaja bersentuhan dengan panas.
Occupational Health and Safety Administration (OSHA) memiliki pedoman khusus untuk penggunaan Hand Sanitizer secara yang aman.
Menurut sebuah penelitian dalam jurnal Environment International, paparan hand sanitizer selama 30 hari secara terus-menerus dapat mengembangkan resistensi terhadap bakteri. Mereka juga tidak memiliki efek negatif pada kulit yang bisa berbahaya.
Sesuai instruksi dari Food and Drug Administration (FDA/sejenis Badan POM), berikut adalah beberapa bahaya yang terkait dengan hand sanitizer:
(Sumber Boldsky)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN