Dexamethasone Diklaim Ampuh Sembuhkan Penyakit Covid-19
Dream - Masyarakat beberapa hari terakhir dihebohkan dengan obat Dexamethasone yang diklaim manjur untuk mengobati virus corona Covid-19. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memuji penemuan atas penggunaan dexamethasone yang efektif mengurangi risiko kematian pasien COVID-19.
Tak hanya di Indonesia, obat ini juga telah diuji sejumlah dokter di Inggris, Arab Saudi, dan Pakistan. Tak mengherankan bila banyak orang Indonesia yang berebut untuk mencari Dexamethasone
Dexamethasone diklaim ampuh mengobati pasien dalam kondisi kritis. Obat steroid dosis rendah ini diklaim bisa mengurangi kerusakan jaringan tubuh akibat reaksi imun yang berlebihan.
Lalu bagaimana update terkait obat untuk corona covid-19 lainnya? Berikut penjelasannya.
Dexamethasone merupakan sejenis obat steroid anti inflamasi yang umum digunakan dalam dunia medis. Belakangan ini, Dexamethasone disebut sebagai salah satu obat penyelamat melawan COVID-19.
Sebuah studi skala menengah di Inggris menemukan bukti bahwa resep Dexamethasone dapat mengurangi tingkat kematian sebesar 1/3 bagi pasien yang sakit parah dan menggunakan ventilator.
Penelitian ini dianggap sebagai terobosan potensial oleh beberapa ahli. Badan penelitian yang terlibat dalam uji coba juga menemukan bukti bahwa HCQ (Hydroxychloroquine) tidak terlalu efektif pada semua pasien positif COVID-19.
Meskipun WHO mengapresiasi keampuhan Dexamethasone karena menjadi pilihan perawatan yang mudah untuk pasien yang sakit kritis, dokter di seluruh dunia memperingatkan banyak orang untuk berhati-hati sebelum menggunakan obat ini.
Dexamethasone ditemukan sangat efektif dalam kasus COVID-19 yang parah, namun hal ini tidak menunjukkan efek yang sama pada mereka yang menderita gejala yang lebih ringan.
Penelitian dan studi lebih lanjut masih diperlukan sebelum kita berharap terhadap Dexamethasone.
Sebagai salah satu negara yang paling parah terdampak, Rusia berusaha mengembangkan vaksin dan rencana perawatan untuk kasus pasien virus corona COVID-19.
Setelah disetujui, Rusia mengumumkan akan segera melanjutkan uji klinis vaksin yang baru ditemukan.
Seorang ahli epidemiologi terkemuka di Rusia juga mengatakan bahwa jika semuanya berjalan sesuai rencana, diperkirakan vaksinasi massal bisa dilakukan saat musim gugur ini.
Pengembangan vaksin juga sedang dilakukan oleh lembaga penelitian Gamaleya yang berbasis di Moskow dan percobaan sedang berlangsung di rumah sakit Moskow.
Disamping itu, peneliti medis Rusia juga mulai mempelajari penggunaan obat eksperimental, Avifavir pada pasien positif COVID-19 sebagai bagian dari uji klinis.
Raksasa farmasi, Vaxine Private Limited mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan fase imunisasi prototipe vaksin COVAX-19 dan mengharapkan perkemabngan positif terjadi selama empat minggu ke depan. Tes tersebut dilakukan di University of Georgia dan tahap pertama percobaan manusia diharapkan akan segera dimulai. Jika berhasil, vaksin bisa diluncurkan pada bulan-bulan awal 2021.
Selain itu, Imperial College of London baru-baru ini mengumumkan dimulainya uji coba manusia terhadap vaksin inovatifnya, yang memanfaatkan kode sintetik bahan genetik SARS-COV2. Vaksin ini akan disuntikkan ke dalam tubuh untuk memodifikasi respons sistem kekebalan tubuh. Fase pertama dari penelitian ini akan melibatkan hampir 300 sukarelawan.
Penelitian vaksin oleh Universitas Oxford dan perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca saat ini adalah salah satu yang terdepan, dengan uji coba di negara-negara di luar Inggris.
Calon vaksin, AZD1222 melihat perkembangan yang baik dan sudah masuk dalam tahap produksi. Para peneliti mengatakan bahwa vaksin bekerja dengan memberikan kekebalan terhadap virus mematikan untuk " hingga satu tahun" .
Uji klinis yang dimulai sejak April saat ini berada pada tahap lanjutan. Diharapkan sekitar bulan Agustus-September vaksin telah selesai dan dapat diberikan pada bulan Oktober ini.
Menteri Persatuan India, Nitin Gadkari mengatakan bahwa para peneliti dan ilmuwan India saat ini sedang berupaya mengembangkan vaksin COVID-19. Sekitar tujuh kelompok independen telah diidentifikasi untuk mengerjakan prototipe dan beberapa juga berkolaborasi dengan badan asing untuk mempercepat pembuatan vaksin.
Baru-baru ini, kelompok Patanjali Baba Ramdev mengklaim telah menemukan " penyembuhan 100% efektif" dengan herbal Ayurvedic. Meski begitu, uji klinis terhadap herbal tersebut masih berlangsung.
(Sah, Sumber Times of India)