Presiden Joko Widodo Menyaksikan UCAV Atau Drone Kombatan Elang Hitam Buatan Indonesia. (Foto: BPPT)
Dream - Indonesia akhir-akhir ini gencar memodernisasi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista). Ini agar Indonesia lebih siap ketika terlibat ketegangan, seperti dengan China yang belakangan terjadi di Laut Natuna.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mengembangkan drone kombatan berjenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) sejak 2015.
Drone atau Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) tersebut diberi julukan Elang Hitam. Saat ini BPPT mengembangkan dua drone kombatan yaitu EH-4 dan EH-5.
Menurut laman BPPT, PUNA MALE kombatan Elang Hitam (EH-4 dan EH-5) memiliki kemampuan yang sama dengan Drone CH-4 Rainbow buatan China.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan Presiden Joko Widodo menyetujui percepatan program pengembangan PUNA MALE kombatan Elang Hitam.
" Tahun 2020 ini harus sudah bisa di uji terbang, dan tahun 2021 sudah mendapat sertifikat untuk diproduksi massal," kata Riza di sela Rapat Terbatas Kabinet di Surabaya, 27 Januari 2020.
Riza mengatakan langkah percepatan pengembangan drone buatan lokal ini ditujukan untuk mendapatkan PUNA MALE dengan spek Kombatan atau Unmaned Combat Aerial Vehicle (UCAV)
" Diperlukan percepatan agar PUNA MALE Kombatan tersertifikasi, dapat digeber untuk siap terbang pada tahun 2022," kata Riza.
Menurutnya, adanya isu seperti kedaulatan di Laut Natuna yang makin mendorong Indonesia menyelesaikan misi pembuatan pesawat PUNA MALE Kombatan ini.
Riza menambahkan dengan percepatan pengembangan ini, maka Indonesia akan memiliki 5 PUNA MALE karya anak bangsa pada 2022 yang kemampuannya tidak kalah dari Drone CH-4 dan CH-5 buatan China.
Dikutip dari Merdeka.com, pesawat tanpa awak Elang Hitam didesain secanggih mungkin agar bisa membantu mengawasi keamanan dari udara.
Elang Hitam mampu take off dan landing di landasan pendek sekitar 700 meter. Selain itu Elang Hitam mampu terbang di ketinggian 20.000 feet dengan kecepatan maksimum 235 km/jam.
Yang membuat Elang Hitam cukup mematikan adalah kemampuannya yang bisa terbang selama 30 jam.
" Drone Elang Hitam ini akan menjadi semacam 'CCTV di Langit Nusantara', guna menjaga kedaulatan. Khususnya terkait pengawasan baik di wilayah darat maupun laut, melalui pantauan udara," kata Riza.
PUNA MALE kombatan Elang Hitam dikembangkan sebagai drone yang multi fungsi. Riza mengatakan Elang Hitam juga dirancang sebagai PUNA MALE ISTAR.
Artinya, Elang Hitam bisa digunakan untuk misi intel atau spionase, pengawasan, mengakuisisi target, serta mengenali targetnya.
" Jadi Drone Elang Hitam juga dilengkapi fungsi ISTAR, yaitu Intelligence, Surveillance, Target Acquisition and Reconnaissance, dan sistem persenjataan," ujarnya.
Keinginan Indonesia tidak hanya membuat drone yang mampu melumpuhkan target di darat dan laut, tapi juga yang ada di udara.
Karena itu BPPT ingin mengembangkan PUNA yang bisa menghancurkan drone milik musuh. Artinya Indonesia butuh drone anti-drone.
" Kita juga perlu mulai memikirkan pengembangan sistem pertahanan atau Alutsista anti Drone. Hal ini seperti yang sudah dilakukan Turki, sistem pertahanan anti Drone nya terus dikembangkan," kata Riza.
Tak hanya itu, BPPT juga mulai memikirkan untuk mengembangkan drone yang dilengkapi laser.
" Kami sudah mulai melakukan kliring atau penguasaan teknologi untuk sistem tersebut," pungkas Hammam.
Berbagai sumber
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN