Nadeine Asbali/ Sumber: Metro.co.uk
Dream - Menjadi seorang muslimah yang tinggal di negara yang penduduknya bukan mayoritas muslim, tentunya penuh tantangan. Mengenakan hijab contohnya, perlakuan diskriminatif sangat mungkin terjadi.
Mulai dari tatapan tajam, pertanyaan menyudutkan, hingga penyerangan fisik. Nadeine Asbali seorang guru dan penulis membagikan ceritanya sebagai hijaber di Inggris.
Pada awalnya, Nadeine merasa seluruh orang di sekitar butuh mengakui adanya muslimah berhijab di antara mereka. Ia cukup aktif Pergerakan World Hijab Day sekitar 10 tahun lalu.
Kini sebagai muslimah berhijab di Inggris, semangat tersebut tetap ada, tapi hadir dengan cara yang berbeda.
" Satu dekade yang lalu, ketika pertama kali dimulai, World Hijab Day, muslim di Inggris atau Amerika mana pun akan memberi tahu tentang kios-kios yang didirikan di jalan raya yang sibuk dan kampus universitas yang dirancang untuk memungkinkan wanita non-Muslim mencoba hijab atau 'menjadi hijabi selama sehari," ujar Nadaine.
Menurutnya saat itu, gerakan tersebut cukup progresif dan jadi puncak toleransi. Kini Nadaine melihatnya dengan cara berbeda.
" Saya menyadari itu karena, sebagai seorang remaja, saya mencari validasi, mendambakan pengakuan negara tempat saya dibesarkan untuk akhirnya terbuka dan merangkul saya sebagai seorang wanita muslim. Saya telah beralih dari mengandalkan validasi dari orang lain, dan sadar bahwa saya tidak butuh pengakuan eksternal untuk eksis sebagai hijaber,” tulis Nadeine.
Nadaine kini memaknai hijab lebih mendalam. Ia tak mau identitasnya hanya dikenal sebagai hijaber, yang hanya selesai di satu titik lalu tak berkembang, dan tak mendukung satu sama lain. Hal ini nantinya malah akan jadi bumerang.
" Saat ini, saya menyadari bahwa mereduksi diri saya menjadi hanya seorang hijabi hanya mendukung narasi reduktif perempuan muslim hanya sebagai pakaian kami, tidak lain adalah penindasan kami," tullisnya.
Baginya, hijab yang ia kenakan memang jadi bagian penting dan mendasar, tapi Nadaine mencoba untuk tak lantas kehilangan diri sendiri.
“ Jilbab adalah bagian penting dan mendasar dari siapa saya, tetapi itu bukan keseluruhan diri saya. Lagi pula, ketika saya melepasnya di penghujung hari, saya tidak berhenti menjadi diri saya sendiri,” ungkap Nadeine.
Sumber: Metro.co.uk
Advertisement
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Bahaya Duduk Terlalu Lama di Toilet, Wasir Hingga Gejala Kanker
Prabowo Subianto Resmi Lantik 4 Menteri Baru Kabinet Merah Putih, Ini Daftarnya
Menanti Babak Baru Kabinet: Sinyal Menkopolhukam Dirangkap, Akankah Panggung Politik Berubah?