Kisah Mencekam Sesaat Ketika Crane Masjidil Haram Roboh

Reporter : Syahid Latif
Senin, 14 September 2015 13:31
Kisah Mencekam Sesaat Ketika Crane Masjidil Haram Roboh
Sepasang suami istri tengah berada di dekat lokasi jatuhnya crane. Mereka menceritakan keadaan saat crane jatuh dan menimpa sejumlah jemaah haji.

Dream - Insiden robohnya kerek raksasa (crane) di Masjidil Haram, Mekah sudah berlalu empat hari. Namun kisah pilu musibah yang menelan ratusan korban jiwa ini terus bermunculan.

Jumaah Ibrahim dan istrinya, Hasnaa Karam, adalah dua orang korban yang selamat dari musibah crane maut tersebut. Mereka berdua adalah jemaah haji asal Suriah.

Kala itu, hujan deras membasahi kota suci Mekah. Karam yang sudah lama memimpikan pergi haji tengah berdiri menengadahkan tangan di hadapan Kabah. Ibrahim yang tengah membaca Quran berada di sampingnya.

Tiba-tiba, ledakan keras bergema. Karam menemukan dirinya dikelilingi pemandangan mengerikan. Bagian tubuh berceceran di mana-mana. Darah segar membasahi lantai mamer putih Masjid Suci itu.

Otoritas Pertahanan Saudi mengatakan angin keras yang tak biasa telah merobohkan sebuah crane raksasa yang mengelilingi Kabah. Bagian atas dan lantai atas masjid rontok, menjatuhkan beton-beton besar ke bawahnya.

" Saya melihat kepala, kaki, darah, dan orang-orang yang meninggal," kata Karam seperti dikutip laman woew.com, Senin, 14 September 2015.

" Kami mulai berteriak Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar seiring hujan yang masih terus jatuh," kata Karam.

Dia berhasil lolos tanpa luka sedikitpun. Namun suaminya, menjadi satu dari ratusan korban luka insiden crane maut tersebut. Kaki suaminya, Ibrahim, patah di dua titik.

Hingga Minggu kemarin, jumlah korban wafat musibah tragedi crane Masjidil Haram sudah mencapai 111 orang. Kementerian Kesehatan Saudi menyebut korban luka sebanyak 394 orang dirawat di pusat kesehatan dan 158 lainnya masih harus dirawat di rumah sakit.

Ayman Shaaban, pemilik perusahaan tur di Mesir saat itu sedang berdua di lantai dasar Masjid saat derek itu roboh. Dia mengaku terhempas hingga 20 meter ketika derek roboh.

Secepat kilat, badannya diangkut ke ruangan luas bersama sejumlah jemaah haji yang terluka. Sisi kanan wajahnya terluka, penuh darah dan bengkak serta tak mampu membuka mata kirinya.

" Logika berbicara, crane itu roboh karena angin, meski ada angin kencang, tak ada pemicu lain," kata Shaaban yang berbaring di rumah sakit.

" Jika ada kelalaian, karena ada korban meninggal, seseorang harus bertanggungjawab."

Beri Komentar