Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Gangguan mental pada anak dipengaruhi banyak faktor. Salah satu pemicunya adalah gangguan tiroid. Hipotiroid kongenital (HK) terjadi akibat tidak berfungsinya kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tersebut sejak di dalam kandungan.
Di Indonesia, 1 dari 2.700 bayi berisiko mengidap hipotiroid kongenital. Jumlah tersebut dipicu oleh minimnya kesadaran ibu hamil dalam mendeteksi kesehatan janin sewaktu mengandung.
" Skrining kesehatan janin sudah banyak yang terjangkau mulai dari Rp45 ribu, namun para ibu masih kurang peka. Padahal jika dibiarkan, kondisi ini dapat menimbulkan keterbelakangan mental dan intelegensi bawaan pada anak," tutur Andi Nanis Sacharina, dokter spesialis endokrin anak di acara jumpa pers PT. Merch Tbk & Kemenkes RI, Jakarta, Rabu 17 Juli 2019.
© Dream
Jika tidak terdeteksi sejak dini, hipotiroid kongenital bisa terlambat diatasi. Kondisi seperti kondisi wajah dan tinggi badan masih memungkinkan untuk diperbaiki.
Namun jika bayi sudah menunjukan gejala seperti kulit kering, gangguan makan, ubun-ubun lebar hingga IQ rendah, makan sudah kehilangan kesempatan untuk memperbaiki kondisi tersebut.
© Dream
Hormon tiroid dibutuhkan anak untuk mengasah otak dan pertumbuhan otot. Sebagai langkah pencegahan, para ibu dengan beberapa faktor risiko dianjurkan untuk melakukan skrinning hipotiroid selagi hamil.
" Terutama bagi para ibu hamil di atas 30 tahun, penderita diabetes, riwayat penyakit gondok, autoimun dan tinggal di daerah defisiensi yodium," ujarnya.
© Dream
Dream - Melakukan percakapan dengan anak di rumah tentu jadi hal yang rutin dilakukan para orangtua. Ada kalanya anak tidak fokus, seperti tak mendengar. Kondisi ini bisa jadi karena anak memang tak mau mendengar atau kondisi medis berupa masalah pendengaran.
Untuk pemicu yang kedua, orangtua harus lebih peka. Masalah pendengaran pada anak biasanya baru diketahui ketika sekolah. Saat guru menjelaskan atau ketika berinteraksi dengan temannya, anak tampak tak fokus atau tak mengerti.
Penelitian yang dilakukan tim dari Coventry University pada 2017 mengungkap kalau sekitar 25 persen anak yang mengalami kesulitan membaca juga memiliki masalah pendengaran. Sementara orangtua dan guru tak menyadarinya.
© Dream
© Dream
Penting juga untuk memeriksakan rutin si kecil ke dokter anak. Mintalah skrining pendengaran dan mata.
Terutama jika buah hati mengalami masalah belajar di sekolah. Pasalnya banyak orangtua tak menyadari saat anaknya mengalami masalah pendengaran.
Bisa periksakan dulu ke dokter anak. Apabila dokter anak menemukan masalah pendengaran yang lebih serius, nantinya bakal dirujuk ke dokter THT.
Advertisement

Nikita Willy Bagikan Pola Makan Issa yang Bisa Tingkatkan Berat Badan



Warung Ayam yang Didatangi Menkeu Purbaya Makin Laris, Antreannya Panjang Banget

Kabar Gembira! Kemhub Gelar Mudik Gratis untuk Natal dan Tahun Baru 2025/2026

Kenalan dengan CX ID, Komunitas Customer Experience di Indonesia

Ranking FIFA Terbaru, Indonesia Turun ke Peringkat 122 Dunia