Ungkapan yang Sebaiknya Tak Dilontarkan Saat Anak Belajar Matematika

Reporter : Mutia Nugraheni
Selasa, 15 November 2022 09:48
Ungkapan yang Sebaiknya Tak Dilontarkan Saat Anak Belajar Matematika
Bagi orangtua yang mendampingi anaknya saat belajar Matematika, mungkin akan butuh waktu dan kesabaran hingga anak benar-benar mengerti.

Dream - Pelajaran Matematika bagian sebagian anak merupakan hal yang sangat sulit dan menguras otak. Butuh waktu untuk bisa mengerti soal, dan memecahkannya dengan berbagai cara maupun rumus.

Memang, tak semua orang memiliki kemampuan berhitung yang baik, tapi Matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bagi orangtua yang mendampingi anaknya saat belajar Matematika, mungkin akan butuh waktu dan kesabaran hingga anak benar-benar mengerti.

Saat anak kesulitan memecahkan soal Matematika, hindari untuk langsung mengatakan kalau anak memang tak punya bakat dalam hal tersebut. Sebuah studi menunjukkan hal itu berkaitan kecemasan anak pada Matematika dan skor yang lebih rendah pada tes matematika.

Sejumlah ilmuwan di University of Georgia melakukan 561 orangtua tentang keyakinan mereka soal kemampuan anaknya dalam pelajaran Matematika. Hasil studi menemukan bahwa orangtua yang percaya bahwa Matematika adalah kemampuan yang dapat berubah seiring waktu lebih cenderung memberikan feedback positif mengenai sebuah proses belajar kepada anak-anak mereka.

" Cukup umum bagi kebanyakan orangtua untuk percaya bahwa kemampuan Matematika dapat berubah, menunjukkan apa yang para ahli sebut sebagai growth mindset,” kata Michael Barger, Ph.D., asisten profesor psikologi pendidikan di University of Georgia.

1 dari 3 halaman

Sementara orang tua yang melihat matematika sebagai kemampuan tetap yang tidak dapat berubah lebih cenderung memberikan feedback berbasis pribadi atau pendapat personal tentang anak itu sendiri. Seperti memuji anak-anak mereka karena pintar dan pandai Matematika secara karena gen.

Maka dari itu, orang tua dapat perlahan menghindari atau setidaknya mengurangi, ungkapan pada anak berikut saat mereka sedang kesulitan belajar Matematika.

“ Kamu Sangat Pintar”
Memang, tidak salah mengatakan hal positif kepada anak, tetapi cara Anda mengatakannya itulah yang membuat semua perbedaan. Menurut Barger, memuji kecerdasan anak bisa menjadi masalah.

" Hal itu karena menyampaikan seseorang pintar dalam sesuatu, menunjukkan ada sesuatu yang istimewa. Saat masuk ke situasi di mana Matematika menjadi sulit atau ketika dihadapkan dengan tantangan, yang mungkin ditafsirkan adalah 'ungkin saya tidak memiliki hal spesial itu,’ atau ‘mungkin saya telah mencapai batas kemampuan saya dalam hal ini’," kata Barger.

Menurut Barger, ketika anak-anak berpikir mereka gagal karena mereka tidak memiliki bakat khusus yang diperlukan untuk berhasil, mereka cenderung menyerah.
Alih-alih memberi tahu anak seberapa pintar mereka, pujilah usaha anak saat menyelesaikan masalah atau mencari jalan keluar.

 

 

2 dari 3 halaman

“Matematika Mungkin Bukan Bidangmu”

Ketika orang tua mengatakan bahwa matematika bukan keahlian sang anak, hal ini dapat menutup kemungkinan proses pembelajaran yang dapat dimilikinya. Anak jadi merasa tak punya kemampuan yang cukup untuk mempelajarinya. Untuk mengatasinya, akui kesulitan yang dialami oleh anak lalu yakinkan bahwa mereka bisa melakukannya.

 

 

3 dari 3 halaman

“Tidak Semua Orang Berbakat di Matematika”

Ketika orang tua mengatakan bahwa tidak semua orang berbakat di bidang tertentu, hal ini dapat membentuk pola pikir anak dengan mengasosiasikan beberapa stereotip pada kelompok tertentu. Bidang yang cenderung diasosiasikan dengan kecerdasan dan kepintaran, memiliki sedikit kelompok perempuan dan minoritas. Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa banyak siswi yang keluar dari bidang tersebut.

 


Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita/ Sumber: Fatherly

Beri Komentar