
Bahaya Virus Nipah, Kisah Nyata Kerala di 2018 dalam Film “Virus”
Belasan orang tewas dalam sekejab.
Belasan orang tewas dalam sekejab.
Dream – Derai air mata anggota keluarga tak terbendung begitu tahu orang yang dikasihinya meninggal dunia karena virus mematikan. Itu adalah gambaran umum dalam realita maupun lensa kamera film.
Memang, ada banyak film yang mengisahkan kepiluan keluarga menghadapi penyebaran virus mematikan. Setidaknya ada sejumlah film tentang merebaknya virus mematikan itu yang kembali dilirik pada saat awal pandemi Covid-19. Mulai dari "Contagion" (2011), "The Flu" (2013), "Outbreak" (1995), hingga "Virus" (2019).
Tiga film terdahulu adalah kisah fiksi, jadi lebih kaya unsur dramatisnya walau cara penanganannya terlihat di dunia nyata sekarang secara global. Mulai dari karantina, turun tangannya militer untuk menjaga kota yang lockdown, dan perburuan vaksin
Dari empat film itu, yang paling menarik adalah film terakhir. Yakni film "Virus" yang dilansir tahun 2019 ketika wabah Nipah melanda distrik Kozhikode dan Malappuram di negara bagian Kerala, India, bulan Mei 2018.
Film "Virus" memang merupakan kisah nyata yang diangkat menjadi film tentang pergulatan manusia melawan vitus mematikan...
Infeksi virus Nipah adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus Nipah. Gejala dari infeksi Nipah bervariasi mulai dari tidak ada gejala sama sekali hingga demam, batuk, sakit kepala, muntah, sesak napas, dan disorientasi.
Jika gejala memburuk, pasien akan mengalami koma selama satu sampai dua hari dan bisa berakhir dengan kematian dengan peradangan otak parah.
Virus Nipah sejenis virus RNA dalam genus Henipavirus. Virus ini bisa menyebar antar manusia. Penyebaran virus ini biasanya berawal dari kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Virus Nipah biasanya bersumber dari kelelawar buah.
Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1998 saat terjadinya wabah virus Nipah di Malaysia Nama virus ini berasal dari sebuah desa di Malaysia, Sungai Nipah, tempat merebaknya virus ini pada masa awalnya.
Film “Virus” ini menunjukkan sisi ketakutan massal masyarakat Kerala, India, pada bulan Mei 2018. Bagaimana penyakit itu pada masa awalnya membuat sejumlah orang kebingungan. Cemas. Frustasi. Para peneliti harus mengusut asal mula penyebaran penyakit.
***
Cerita di film ini dimulai ketika seorang pasien yang dirujuk dari rumah sakit lain datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Government Medical College, Kozhikode. Ia bernama Zakariya Mohammed.
Zakaria datang dalam kondisi payah. Demam tinggi disertai batuk dan sesekali muntah. Dia menderita gejala virus yang tidak diketahui dan, setelah beberapa jam di rumah sakit itu, dia meninggal dunia.
Ia hanya berada di ruang IGD. Lalu sempat dibawa ke ruang radiologi untuk CT Scan. Tapi bebepa jam kemudian dia meninggal dunia. Sehingga membuat para dokter di sana khawatir dan bingung.
Tapi itu bukan pasien pertama. Ada lagi seorang perawat yang dilarikan ke IGD itu dalam kondisi yang sama. Demam tinggi dan batuk.
Kepada dokter yang menanganinya, perawat Akhila sempat mengungkapkan penyakit itu menular. Dan cara penularan itu terjadi antar manusia. Sebab dia sebelumnya merawat seorang pasien dengan gejala serupa. Pasien itu adalah Zakariya.
Perlahan-lahan, semakin banyak kasus yang teridentifikasi di daerah sekitarnya.
Dr Salim (seorang ahli saraf) saat memeriksa ayah Zakariya, Razak, yang tak lama juga ikut dirawat di rumah sakit lain, memperhatikan gejala yang berkaitan dengan keracunan dan dan infeksi serupa lainnya pada Razak.
Dr Salim juga meminta Dr Suresh Rajan untuk melakukan tes sampel virus Nipah. Sampel dikumpulkan dari Suhana, saudara perempuan Zakariya.
Saat jumlah korban tewas mulai meningkat, Dr. Suresh Babu mengonfirmasi virus tak dikenal itu adalah virus Nipah.
Suster Akhila (perawat yang merawat Zakariya), akhirnya meninggal setelah beberapa waktu berjuang melawan virus itu. Dan sebelum meninggal, dia menulis surat kepada suaminya. Dalam kisah nyata, surat yang ditulis Akhila itu viral di media sosial.
Film ini berkembang dengan pengalaman kehidupan nyata dari orang-orang ketika hal itu terjadi, dan juga menciptakan latar belakang untuk setiap pasien yang tertular.
Dalam situasi darurat, tim praktisi medis dan profesional kesehatan, dipimpin oleh Menteri Kesehatan Kerala C.K. Prameela dan Kolektor Distrik Paul V. Abraham IAS. Mereka memilih mendirikan kantor darurat di Kozhikode untuk langsung mengatasi krisis ini.
Repotnya, pada tahun itu petugas kesehatan juga sadar tidak ada vaksinasi yang bisa dilakukan. Virus Nipah memang belum memiliki vaksin khusus. Juga tidak jelas metode perawatan apa yang sebaiknya digunakan untuk merawat pasien yang terpapar. Yang terjadi di lapangan kemudian adalah perawatan eksperimental.
Di tengah cerita film, baru ketahuan, berkat kesabaran dan ketekunan peneliti, mereka menemukan bahwa mereka yang terpapar virus ini dipicu oleh satu orang yang saat itu dibawa ke sebuah Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit dalam kondisi yang sudah parah karena terinfeksi virus Nipah. Dari situlah virus menyebar kemana-mana. Termasuk saat pasien menjalani CT Scan di ruang radiologi. Pasien nomor satu itu adalah Zakariya.
Setidaknya 18 orang meninggal dunia. Termasuk seorang perawat karena terpapar virus mematikan ini.
Tapi yang menyenangkan adalah akhir cerita nyata ini. Bahwa virus itu akhirnya bisa dikendalikan dan dikalahkan. Penyebabnya ketemu. Termasuk penjajakan mata rantai penularannya. Sampai kemudian pasien-pasien mulai berangsur sembuh. Dan India menemukan cara baru untuk menaklukkan virus Nipah.
Apa yang dapat ditangkap di film yang berangkat dari kisah nyata ini adalah optimisme. Pesan moralnya: tidak ada lorong gelap tanpa ujung cahaya.
Semua awal pasti ada akhir. Yang dibutuhkan adalah sikap disiplin, ketekunan, dan kesabaran revolusioner.
Menonton film ini seperti belajar satu hal penting: jangan pernah kehilangan harapan....
Film ini memang didasarkan pada wabah virus Nipah tahun 2018 di Kerala. Pengambilan gambar utama dimulai di dua rumah sakit Kozhikode pada 6 Januari 2019. Syuting selesai pada 26 Februari 2019 setelah 52 hari syuting dalam satu jadwal.
Film ini dirilis di seluruh dunia pada 7 Juni 2019. Film yang di-dubbing dalam bahasa Tamil dan Telugu sebagai Virus dan Nipah Virus masing-masing dirilis di Zee5 dan Aha.
Sowmya Rajendran dari The News Minute menyebut film tersebut, "Sebuah film thriller medis yang penuh kasih dan mencekam" dan memberinya peringkat 4 dari 5 bintang.
Meera Manu dari News18 memberi film tersebut nilai 4 dari 5 bintang dan berkata, "Untuk durasi 152 menit, Virus akan membawa Anda melewati banyak rollercoaster emosional. Yang ini cukup menular hingga membuat Anda berdebar-debar atau mengeluarkan air mata. Lebih dari itu dari sekedar film, manusia bergandengan tangan untuk mengalahkan penyakit mematikan. Tidak ada alasan untuk tidak menonton yang satu ini."
Manu dari Filmibeat memberi peringkat film tersebut 4 dari5 bintang dan mengulas, "Virus adalah film yang menakjubkan dan sesuai dengan slogannya, film ini dengan tepat menyampaikan ketakutan, perjuangan, dan kelangsungan hidup selama wabah Nipah. Sebuah film yang dibuat dengan baik, yang dapat dianggap sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa.”
Film ini juga sukses secara komersial baik di India maupun di dunia. Pemasukan film berlipat-lipat dari biaya produksinya.
***
Dalam kisah nyata, film ini memang bersumber dari kisah virus Nipah tahun 2018 yang terjadi di negara bvgian Kerala, India.
Dalam kenyataanya wabah virus Nipah sebelumnya pernah terjadi di India pada tahun 2001 dan 2007. Kkeduanya terjadi di negara bagian timur Benggala Barat. Baru pada Mei 2018, wabah terjadi di Kerala.
Wabah Kerala tahun 2018 bila ditelusuri sumbernya berasal dari kelelawar buah di wilayah tersebut dan umumnya terbatas di distrik Kozhikode dan Malappuram. Wabah itu merenggut 18 nyawa. Wabah ini baru dinyatakan berakhir pada 10 Juni 2018.
Indeks kasus pertama wabah dilaporkan di rumah sakit sub-divisi di Perambra di distrik Kozhikode pada tanggal 2 Mei. Pasien pertama ini —kemudian dibawa ke Government Medical College, Kozhikode untuk perawatan lebih lanjut, di mana ia kemudian meninggal karena virus tersebut.
Kemudian, saudaranya Mohammed Salih dirawat di Rumah Sakit Baby Memorial, Kozhikode,dengan dugaan ensefalitis virus. Tim dokter di Baby Memorial Hospital, Kozhikode, mencurigai virus Nipah sebagai penyebabnya karena gejalanya mirip dengan saudaranya yang meninggal saat itu.
Pasien indeks pertama telah menularkan virus ke 16 orang di Rumah Sakit Medical College; kemudian dua orang lagi terinfeksi, meningkatkan jumlah total orang yang terinfeksi menjadi 18.
Terdapat 10 kematian pada minggu pertama, termasuk seorang perawat bernama Lini Puthussery (dalam film dia disebut perawat atau suster Akhila) yang merawat pasien pertama sebelum diagnosis.
Wabah ini dimulai di distrik Kozhikode dan kemudian menyebar ke distrik Malappuram yang bersebelahan. Peringatan kesehatan langsung dikeluarkan untuk Kerala Utara serta distrik Karnataka yang berdekatan, dengan dua kasus dugaan terdeteksi di Mangalore pada tanggal 23 Mei 2018.
Lebih dari 2.000 orang di distrik Kozhikode dan Malappuram dikarantina dan diawasi selama periode wabah. Untuk melawan wabah ini, M 102.4 —antibodi monoklonal manusia yang uji klinisnya masih berlangsung—diimpor dari Australia. Hal ini difasilitasi oleh peneliti Nipah terkenal Christopher Broder. Wabah ini juga menyebabkan kebangkitan Kelompok Uji Coba Obat Nipah WHO, yang dipimpin oleh Soumya Swaminathan.
Setelah Sabith, 16 pasien yang terkena dampak meninggal karena penyakit tersebut dan dua pasien pulih sepenuhnya.Total 18 orang tewas. Wabah ini secara resmi dinyatakan berakhir pada 10 Juni 2018.
Pada tanggal 23 Mei 2018, Departemen Kesehatan Kerala mengeluarkan peringatan perjalanan yang meminta wisatawan ke distrik utara Kerala untuk ekstra hati-hati.
Pada tanggal 23 Mei 2018, Negara Bagian Kerala meminta nasihat medis dari Departemen Kesehatan Malaysia (Kementerian Kesihatan Malaysia), untuk pengobatan dan obat-obatan untuk virus Nipah.
Upaya Kerala dalam membendung wabah ini di bawah kepemimpinan Menteri Kesehatan K. K. Shailaja dan Menteri Kesehatan Rajeev Sadanandan dan kolektor distrik saat itu yang langkah penangannya dipuji oleh banyak orang.
Staf perawat Lini Puthussery meninggal karena wabah virus Nipah pertama. Dia berada di tim yang merawat korban pertama virus Nipah di Kozhikode
Pemerintah Kerala kemudian memberikan penghargaan pada 61 orang dalam upaya mereka mengatasi wabah ini: 4 asisten profesor, 19 staf perawat, 7 asisten perawat, 17 staf kebersihan, 4 petugas rumah sakit, 2 inspektur kesehatan, 4 staf keamanan, 1 tukang ledeng, dan 3 teknisi laboratorium . Dua belas residen junior dan dua residen senior juga dianugerahi medali emas penghargaan atas kerja mereka.
Lini Puthussery, perawat berusia 28 tahun di rumah sakit Perambra Taluk yang menjadi korban Nipah dipuji di media sosial dan oleh dokter sebagai pahlawan atas pengorbanannya.
Sebuah surat yang dia tulis ditujukan kepada suaminya Sajish beredar luas di media sosial. Serikat pekerja Masyarakat Pengembangan Rumah Sakit Pemerintah Kerala (KGHDS) memberikan penghargaan atas nama Puthussery kepada orang yang berprestasi di sektor ini. "Penghargaan Perawat Terbaik dalam Pelayanan Publik" dilembagakan untuk mengenang Puthussery.
Setelah wabah ini terjadi, pemerintah Kerala memodernisasi satu-satunya laboratorium virologi di Alappuzha dan memutuskan untuk mendirikan lebih banyak lembaga virologi di negara bagian tersebut.
Karena itu menonton film “Virus” keluaran tahun 2019 ini amat penting untuk memahami cara memutus penularan virus Nipah. Kerala memang kini ditimpa kembali oleh kasus virus Nipah. Karena faktanya 20 persen kelelawar buah di daerah itu memang reservoir atau inang virus Nipah.
amun pengalaman tahun 2018 yang difilmkan dengan ciamik dalam ”Virus” membuat Kerala tak kaget lagi dengan ancaman mematikan itu. (eha)
Sumber: The India Express, The Hindustan Times, The India Express, WHO
Film yang patut ditonton siapa pun untuk melawan virus Nipah
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita penularan virus Nipah di Kerala India tahun 2023 dan bahayanya bagi Indonesia
Baca SelengkapnyaAsal usul virus Nipah dan ancamannya pada kesehatan manusia
Baca SelengkapnyaPenampakan kostum siluman ular di pawai Tuban tinggi besar dinaiki 3 wanita bah ratu siluman ular, mirip film jadul di TV
Baca SelengkapnyaMereka akan menghentikan film di tengah-tengah agar penonton bisa ke toilet di jeda itu.
Baca SelengkapnyaPenampakan rumah Inge Febriyanti yang sedang viral
Baca SelengkapnyaTerdeteksi 2 kematian di India akibat virus nipah. Akankah virus tersebut menyebar seperti Covid-19?
Baca SelengkapnyaSebelum pingsan, ia sempat melihat cahaya putih. Ketika tersambar ia langsung jatuh ke tanah.
Baca Selengkapnya