Ilustrasi Tukang Kebersihan Kampus. (Foto: Siakapkeli.my)
Dream - Tidak semua orang beruntung mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang baik. Banyak yang terpaksa harus melakukan apa pun demi mempertahankan kelangsungan hidup.
Terlepas dari pangkatnya, manusia harus belajar untuk menghormati sesama tanpa memandang rendah manusia lainnya.
Seperti kisah yang diceritakan Mohamad Reeza di Facebook tentang tukang kebersihan kampus yang menyentuh hati banyak orang.
Tugas mereka memang terlihat sepele. Salah satunya menyapu lantai atau halaman kampus. Tetapi tidak ada yang tahu mereka menyimpan perasaan sedih di dalam hati.
Orang-orang ini pernah dicemooh, bahkan diludah, hanya karena pekerjaannya tidak setara dengan mereka yang berpendidikan.
Mohamad Reeza ingin membuka mata dan persepsi setiap orang untuk menghargai pekerjaan seperti tukang kebersihan kampus di mana pun berada.
Pagi itu Reeza baru sarapan dan pergi ke kampus. Dia bertemu dengan tukang kebersihan kampus yang saat itu sedang menyapu koridor asrama.
© MEN
(Foto: Ilustrasi)
Blok asrama tersebut sunyi. Tempat parkir tampak kosong. Menandakan para mahasiswa belum kembali kuliah karena masih suasana libur Lebaran.
" Baru masuk kerja bang, orang lain masih libur," kata Reeza menyapa tukang kebersihan itu saat berjalan melewatinya.
" Iya kerja dik, mulai hari Minggu kemarin," kata tukang kebersihan itu sambil mengangkat kepala sedikit sementara tangannya tetap menyapu lantai.
Reeza merasa terharu. Di saat orang lain masih menikmati libur Lebaran, tukang kebersihan itu sudah bekerja.
Reeza jadi tertarik untuk menanyakan hal-hal yang mungkin selama ini hanya bisa dipendam.
Baru saat ini Reeza menyempatkan diri untuk bercakap-cakap dengan tukang kebersihan kampus.
© MEN
(Ilustrasi, Foto: Shutterstock)
Selama ini, dia hanya sebatas menyapa dan memberi salam saat bertemu ketika akan ke kelas.
" Bang, selama bekerja, apa banyak mahasiswa yang mengucapkan terima kasih?" tanya Reeza.
Kali ini tukang kebersihan itu menghentikan aktivitasnya. Dia mengangkat kepala dan memandang Reeza.
" Adik pernah melihat ada pekerja baru. Malah banyak yang minta berhenti karena tidak tahan," kata tukang kebersihan itu.
Dari percapakan dengan tukang kebersihan, Reeza bisa tahu bahwa banyak mahasiswa yang tidak tahu sopan santun dan aturan.
Sepanjang bekerja, hanya dua atau tiga mahasiswa yang bertegur sapa dan mengucapkan terima kasih kepadanya.
© MEN
(Ilustrasi, Foto: Shutterstock)
Beberapa kali bahkan sengaja membuang bungkus permen atau tisu ke lantai saat dia sedang menyapu lantai.
Parahnya lagi, ada yang sampai meludah ke lantai saat sedang disapu. Awalnya dia menegur mahasiswa yang berbuat demikian.
Namun, karena tidak ada pengaruhnya, tukang kebersihan itu membiarkannya saja.
" Masing-masing sudah besar dik," kata tukang kebersihan itu lagi.
Reeza tidak menyangka, hal-hal yang tidak patut itu dilakukan oleh mahasiswa.
Ketika Reeza menanyakan mahasiswa mana yang berbuat tidak sopan dan tak tahu aturan, tukang kebersihan itu menjawab siapa saja.
" Sama saja semuanya. Tidak Melayu, China, India. Baik dan jahat itu tidak mengenal ras, bangsa dan agama," jawab tukang kebersihan itu.
© MEN
(Foto: Ilustrasi)
Katanya, bekerja sebagai tukang kebersihan atau sejenisnya harus punya hati yang kuat.
" Kami bukan ingin dipuji. Yang penting mereka tahu bahwa kami ini ada," tambahnya.
Reeza pun termenung. Sebagai mahasiswa, tidak pantas untuk bertindak tidak sopan dan tak tahu aturan.
Bagaimana mereka saat menjadi tokoh di dalam masyarakat jika masih mahasiswa saja sudah memiliki sikap yang tidak bagus ini?
(ism, Sumber: Siakapkeli.my)
10 Potret Apartemen Sederhana Nathalie Holscher, Bak Bumi dan Langit dengan Istana Sule!
Gadis 15 Tahun Tak Sadar Lagi Hamil, Melahirkan di Hari Pertama Sekolah
Momen Ferdy Sambo Panggil Brigadir Yosua ke dalam Rumah Sebelum Ditembak
Potret Rumah Konglomerat Batu Bara Garibaldi Thohir, Nggak Kalah Mewah dari Hunian Erick Thohir!
10 Potret Ruang Tamu Mewah Mayangsari di Istana Cendana, Koleksi Kristalnya Bikin Melongo!
8 Potret Transformasi Rumah Milik TKW Sukses, Dulu Gubuk Kini Jadi Istana Megah : `Hasil Jadi Babu`