Ilustrasi Fotografer Wanita Afghanistan Yang Terpaksa Meninggalkan Negaranya (Foto: Instagram/@roya_heydari)
Dream – Fotografer wanita Afghanistan, Roya Heydari, membagikan kisah memilukan saat terpaksa meninggalkan negerinya. Dia mengaku meninggalkan Afghanistan karena ingin menyuarakan hak-haknya.
Melalui sebuah postingan di Twitter, Heydari mengatakan harus memulai kariernya dari nol usai meninggalkan tanah airnya. Dia bahkan hanya membawa satu kamera saja saat meninggalkan Afghanistan.
“ Hanya kamera saya dan jiwa yang mati bersama saya pergi melintasi lautan. Dengan berat hati, selamat tinggal ibu pertiwi. Sampai kita bertemu lagi,” tulisnya lewat akun twitter @heydari_roya.
Unggahan fotografer wanita itu viral di media sosial. Kesimpulannya, kelompok wanita Afghanistan akan menghadapi banyak ancaman usai pengambilalihan pemerintahan oleh Taliban. Atas postingannya tersebut Heydari telah menerima ribuan pesan dukungan dari seluruh dunia.
Dikutip dari firstpost.com, banyak perempuan Afghanistan merasa ketakutan usai kembalinya kelompok Taliban ke kekuasaan politik. Hal itu menunjukkan negara akan secara mutlak diberlakukan hukum islam garis keras.
Ketika kelompok itu menguasai Afghanistan dari tahun 1996-2001 lampau, mereka telah memberlakukan beberapa pembatasan keras terhadap perempuan. Perempuan dilarang bekerja, mengenyam pendidikan, bahkan keluar rumah tanpa wali laki-laki.
Meskipun kelompok pemberontak telah menjanjikan 'amnesti', mengundang perempuan untuk bergabung dengan pemerintah, dan menjanjikan kebebasan media kepada wartawan, akan tetapi tindakan anggota Taliban menunjukkan perilaku yang berbeda.
Baru-baru ini orang-orang media telah menjadi sasaran. Ziar Khan Yaad, seorang jurnalis dari TOLO TV, penyiar swasta terbesar di negara itu, dipukuli oleh anggota Taliban.
Bahkan pejuang Taliban telah membunuh dan melukai dua anggota keluarga dari salah satu wartawan Afghanistan penyiar Jerman Deutsche Welle, yang saat ini berbasis di Jerman.
Kelompok Taliban baru-baru ini juga menyatakan pekerja pemerintah perempuan harus tinggal di rumah sampai kondisi keamanan membaik.
Ketidaksesuaian antara kata-kata dan tindakan kelompok Taliban itulah yang menyebabkan Heydari terpaksa melarikan diri dari Kabul dan kini ia berada di Prancis
Ia juga mengatakan ketakutan terbesarnya bukanlah kematian, tetapi " dikurung" dan tidak bisa " keluar dan melanjutkan pekerjaan" .
Dia menambahkan bahwa dia akan kembali jika kelompok itu dapat meyakinkannya bahwa kelompok perempuan dapat terus bekerja.
Advertisement
Waspada, Ini yang Terjadi Pada Tubuh saat Kamu Marah
Respons Tuntutan, DPR RI Siap Bahas RUU Perampasan Aset
5 Komunitas Parenting di Indonesia, Ada Mendongeng hingga MPASI
Banyak Pedagang Hengkang, Gubernur Pramono Gratiskan Sewa Kios 2 Bulan di Blok M Hub
Mahasiswa Makan Nasi Lele Sebungkus Berdua Saat Demo, Netizen: Makan Aja Telat, Masa Bakar Halte
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Didanai Rp83 Miliar dari Google, ASEAN Foundation Cetak 550 Ribu Pasukan Pembasmi Penipuan Online