Mufti Malaysia Desak Game Online Diharamkan

Reporter : Ahmad Baiquni
Senin, 18 Maret 2019 14:00
Mufti Malaysia Desak Game Online Diharamkan
Datuk Mohd Yusof Ahmad menilai game kekerasan mendidik generasi muda menjadi generasi beringas.

Dream - Mufti Negeri Sembilan, Datuk Mohd Yusof Ahmad, mendesak kerajaan Malaysia mengharamkan game online 'PlayerUnknown's Battleground' (PUBG). Menurut dia, permainan tersebut membuat generasi muda menjadi beringas dan menghilangkan perasaan belas kasihan.

" Bagi saya, permainan seperti ini sudah lama dirancan dalam waktu panjang. Tujuannya membentuk generasi muda untuk menyukai peperangan, pertempuran, dan keganasan," ujar Yusof, dikutip dari Berita Harian, Senin 18 Maret 2019.

Dia mengatakan, bagi umat Islam, permainan online tersebut bukanlah amalan yang baik. Malah bisa membuat lalai karena bermain dengan komputer dan ponsel.

" Sebagai kerajaan, perhatikanlah baik atau buruknya dan apakah tepat dijadikan sebagai salah satu cabang olahraga elektronik di negara ini," kata dia.

Yusof menambahkan, permainan tersebut tidak sesuai dengan perilaku sehari-hari umat Islam. Sehingga, dia menilai kerajaan wajib melarang PUBG.

" Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Dalam kondisi saat ini, di mana hukuman mati akan dihapus, tidak mustahil suatu hari nanti senjata api boleh dimiliki tanpa izin," kata dia.

Berbicara mengenai tragedi penembakan masjid di Chistchurch, Yusof menilai insiden tersebut akibat ada pandangan yang salah terhadap Islam. Alhasil, kebencian terhadap Islam sampai mendunia.

" Mereka (pemimpin negara Barat) yang mewujudkan Islamophobia. Jika elit sudah membenci Islam, jadi hal biasa bagi rakyat bawah melakukan pembunugan," kata dia.

1 dari 3 halaman

Kesaksian Orang Terakhir yang Keluar Hidup-Hidup dari Masjid Selandia Baru

Dream - Cerita mengerikan tentang teror penembakan di Selandia Baru disampaikan Ramzan Ali, saksi mata yang berada di Masjid Al Noor. Dia adalah orang terakhir yang berhasil keluar hidup-hidup dari masjid di Dean Ave, Christchurch, tersebut.

" Bisa dibilang aku diberkati. Aku beruntung. Allah melindungiku," kata Ramzan Ali, dikutip Dream dari laman New Zealand Herald, Sabtu, 16 Maret 2019

Sebanyak 49 orang dinyatakan meninggal dunia akibat penembakan brutal di dua masjid di Kota Christchurch. Sebanyak 30 di antaranya meninggal dalam serangan di Masjid Al Noor, Dean Ave, yang terletak di dekat Hagley Park. Sementara 48 orang terluka akibat serangan biadab teersebut.

Setelah penembakan membabi-buta itu, polisi setempat menangkap tiga pria dan satu wanita. Pemerintah setempat menyebut penembakan itu sebai serangan teroris.

2 dari 3 halaman

Dia Ditembak di Depan Mataku

Saat serangan itu, Ramzan Ali tengah menjalankan sholat Jumat di Masjid Deans Ave. Pria 62 tahun itu memperkirakan ada 300 Muslim di masjid tersebut. Menurut dia, khutbah jumat baru saja dimulai saat penembakan terjadi.

" Aku melihat orang-orang berlarian ke semua pintu. Untuk mengeluarkan 300 orang dari pintu tidak mudah, dari dua pintu, karena dia [penembak] masuk melalui pintu utama, dan ada dua pintu lagi di samping," kata Ali.

Dia tiarap di belakang bangku, meskipun Ali tahu kakinya tetap saja kelihatan. " Dia mulai menembak, dor, dor, dor. Sepupuku duduk di sampingku dan dia menembak kakinya."

Tembakan sempat berhenti dan terdengar lagi sebanyak tujuh letusan. Rupanya jeda tembakan merupakan waktu penembak mengisi kembali amunisi.

" Aku berpikir, 'Ya Tuhan, aku berharap dia kehabisan pelurunya. Aku berharap dia kehabisan peluru," ujar Ali.

Saat itulah Ali berpikir menjadi waktu tepat untuk menyelamatkan diri keluar dari masjid. Seorang pria duduk di dekat pintu utama dan memberinya isyarat kepadanya untuk mendekat.

" Dan apa yang [penembak] lakukan, dia menembaknya pada bagian dada. Tepat di depanku," tutur Ali.

3 dari 3 halaman

Orang Terakhir

Dia kemudian tiarap di dekat jedela yang sudah rusak dan kemudian menyelamatkan diri ke Hagley Park. " Aku adalah orang terakhir yang keluar masjid dalam kondisi hidup."

Suami sepupu Ali dan seorang temannya terluka parah dalam serangan brutal tersebut. Saat wawancara itu, Ali mengatakan bahwa saudaranya, Ashraf, masih berada di masjid dan hilang.

" Ketika aku mencarinya, ada banyak orang meninggal di kedua pintu. Aku tidak melihat saudaraku. Aku berharap dia selamat," ujar pria asal Fiji yang pindah ke Selandia baru pada 1989 tersebut.(Sah)

Beri Komentar