Pentingnya Keterbukaan Komunikasi bagi Para Penyintas Covid-19

Reporter : Razdkanya Ramadhanty
Selasa, 29 Desember 2020 09:00
Pentingnya Keterbukaan Komunikasi bagi Para Penyintas Covid-19
Semestinya, para penyitas Covid-19 tidak perlu dijauhi secara emosional. Sebaliknya, mereka perlu mendapat dukungan agar dapat pulih.

Dream - Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengingatkan pentingnya bagi penyitas Covid-19 untuk membuka komunikasi dengan teman dan keluarga terdekat guna mencegah dampak negatif stigma dari orang awam tentang penyakit tersebut.

" Kalau kita sendiri tersitgma berarti penting sekali kita membuka komunikasi dengan teman untuk mencari dukungan," kata Retno Asti Werdhani, anggota Subid Tracing Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, dalam konferensi pers virtual melalui YouTube BNPB, Senin 28 Desember 2020.

Ia mengatakan, stigma terjadi karena ketidaktahuan seseorang terkait sebuah masalah, dalam hal ini tentang Covid-19. Akibat ketidaktahuan itu, seseorang cenderung memberikan label negatif kepada pasien Covid-19 dan seolah-olah menganggap penyitas sebagai biang masalah.

Semestinya, para penyitas Covid-19 tidak perlu dijauhi secara emosional. Sebaliknya, mereka perlu mendapat dukungan agar dapat pulih.

1 dari 4 halaman

Pentingnya Keterbukaan Komunikasi

Namun yang terjadi di masyarakat saat ini malah sebaliknya. Masih banyak orang yang tidak mengerti tentang Covid-19 dan cara pencegahannya, kemudian mereka tidak mau mencari tahu, lalu menjauhi para penyitas.

Padahal, para penyitas dapat memberikan masukan dan edukasi kepada orang-orang terdekat terkait masalah yang mereka pernah hadapi.

Tak hanya itu, para penyitas juga bisa membantu meluruskan persepsi kurang tepat terkait Covid-19 kepada masyarakat melalui berbagai media.

" Jadi survei Tim Fakultas Psikologi UI mendapatkan, ada tiga media favorit masyarakat yang bisa menjadi sumber informasi melusurkan perepsi. Bisa pakai media sosial seperti FB, IG, Twitter, WhatsApp Group. Itu penting karena viralnya cepat," ujar Retno.

2 dari 4 halaman

Melalui bantuan media, para penyitas dapat meluruskan berita tidak benar mengenai Covid-19, sekaligus mengingatkan kepada orang-orang sekitar perlu penerapan protokol kesehatan.

Lebih lanjut Retno mengatakan, para penyitas juga bisa memberikan inforasi bagaimana mencegah penyakit berbahaya itu bagi orang-orang yang rentan dan sebenarnya penyakit Covid-19 bisa dicegah.

" Jadi bisa membantu untuk meluruskan hoaks yang banyak. Kita belaja peduli orang lain kita bantu. Kalau tahu teman-teman kita kena Covid-19, jangan dijauhi tapi didukung," tutup Retno.

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

3 dari 4 halaman

Stigma Negatif, Tantangan Berat bagi Penyintas Covid-19

Dream - Sembuh dari Covid-19 rupanya bukan penanda perjuangan selesai bagi para penyintas. Mereka masih harus berhadapan dengan tantangan baru yang juga berat, yaitu stigma negatif dari masyarakat.

Psikolog Anak dan Keluarga, Mira Amir, menjelaskan, stigma ini muncul akibat minimnya informasi yang diterima masyarakat terkait Covid-19. Bisa pula karena informasi yang sampai telah mengalami distorsi atau mengandung kekeliruan sehingga menghasilkan kesimpulan yang salah.

Tak hanya itu, informasi yang sampai masyarakat bisa jadi tidak utuh. Apalagi, tidak sedikit informasi yang didapat masyarakat bersumber dari 'katanya'.

Mira pun menyarankan masyarakat mencari informasi yang lebih terpercaya. Tentunya dari sumber yang valid seperti pernyataan pakar, dokter, maupun tenaga medis.

" Akan lebih mudah untuk menghilangkan stigma jika ada yang mempersuasi, mengomunikasikan seperti figur yang disegani atau yang mempunyai kompetensi mungkin dari segi pendidikan atau orang yang memang dinilai bijaksana," ujar Mira dalam diskusi online yang disiarkan channel YouTube BNPB.

 

 

4 dari 4 halaman

Fokus ke Pemulihan

Mira mengatakan menghapus stigma bukan persoalan mudah. Dia menilai stigma yang terlanjur berkembang tidak bisa dikendalikan karena di luar kontrol pasien sehingga disarankan untuk lebih bijak dalam menanggapinya.

Apalagi untuk pasien positif Covid-19. Mira menyarankan mereka fokus pada pemulihan.

" Begitu positif, lebih baik fokus kepada hal yang bisa kita kontrol atau ubah, bukan omongan orang lain atau stigma," kata dia.

Selain itu, pasien juga diharapkan bisa menerima kondisi yang dialami. Kemudian mengalihkan pikiran ke hal yang lebih positif dan mendukung kesembuhan.

 

Beri Komentar