Doa Terakhir Seorang Preman

Reporter : Vinda Prashita
Kamis, 14 Januari 2016 11:02
Doa Terakhir Seorang Preman
Preman kuat yang tak lagi punya tempat pulang ketika ia menua dan sakit-sakitan itu tiba-tiba menitikkan air mata.

Dream - Tubuhnya dempal dan berkulit hitam. Rambut keriting, agak gondrong dengan beberapa bekas luka mengerikan di wajah dan lengann.

Loreng. Begitu orang mengenalinya. Seorang preman yang ditakuti penduduk di sebuah kota besar. `Profesi` sehari-harinya sebagai penjahat yang keji. Tak jarang dia sering keluar masuk buih.

Bertemu orang-orang yang lemah adalah sasaran empuk dirinya. Namun ia juga acap kali babak belur karena amukan massa. Tapi tak pernah kapok.

Meski memiliki istri dan anak, Loreng masih mencintai mabuk-mabukkan dan berjudi. Menelantarkan keluarganya sejak 15 tahun lalu.

Bbermukim di belakang pasar tradisional. Dekat wilayah agak kumuh. Rumahnya hanya berupa susunan triplek dan kardus, lembab dan kotor. Tapi cukup untuknya sekadar tidur bila tidak sedang beraksi.

Loreng kini tak sekuat dahulu. Karena rokok dan bir sudah mulai membuatnya rapuh. Tidur di tempat yang lembab, dingin dan sering berpolusi membuatnya sering batuk parah.

Tak ada yang merawatnya. Makan pun mulai tak teratur. Karena tubuhnya mulai ringkih ia mulai gentar untuk terlalu sering melakukan pemalakan di terminal maupun pinggiran jalan.

Preman kuat yang tak lagi punya tempat pulang ketika menua dan sakit-sakitan itu, tiba-tiba menitikkan air mata. Sambil terbatuk-batuk yang semakin parah, ia menuju tempat wudhu.

Seorang bapak menghampirinya dengan sedikit cemas, " Sakit, Pak? Rumahnya di mana?

Loreng hanya menggeleng dan mengambil wudhu. Ia ingin ikut salat berjamaah bersama orang-orang. Selengkapnya di Dalam untaian doa dia memohon ampun kepada Allah SWT.  (Ism) 

 

Kirimkan blog atau website kamu ke komunitas@dream.co.id, dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:

1. Lampirkan satu paragraf dari konten blog/website yang ingin dipublish
2. Sertakan link blog/web
3. Foto dengan ukuran high-res (tidak blur)

Beri Komentar