Ilustrasi
Dream - Baru-baru ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kehadiran fenomena alam, gerhana matahari total. Jutaan orang di Tanah Air bahkan turis dunia memfokuskan perhatian pada peristiwa langka itu.
Fenomena alam langka semacam ini seharusnya tak hanya dijadikan ajang meluapkan ketakjuban tapi juga dijadikan bahan renungan diri. Seperti yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS.
Diriwayatkan, dahulu, Nabi Ibrahim AS kerap mengamati benda-benda langit di angkasa. Ia suka mencermati bintang-bintang. Kekaguman Ibrahim pada bintang sampai membuatnya mengira jika bintang adalah Tuhan.
Namun Ibrahim kecewa, ternyata bulan lebih besar daripada bintang. Ia pun menganggap bulan Tuhan yang sebenarnya. Namun ketika menjelang pagi, Ibrahim terkejut karena bintang dan rembulan yang semalam diyakini sebagai Tuhan ternyata lenyap dari pandangan. Beliau pun kecewa lagi.
Lalu muncullah matahari yang bersinar lebih terang dan besar. Sekali lagi, ia menganggap matahari sebagai Tuhannya. Namun Ibrahim kembali harus kecewa karena matahari juga hilang setelah malam tiba.
Ibrahim lantas berpikir, di balik kekagumannya pada benda langit, tentu ada penciptanya yang lebih hebat lagi. Akhirnya, pengamatan dan perenungan tersebut berujung pada kesimpulan bahwa Allah lah Tuhan yang Besar, Tuhan yang berhak disembah.
Selengkapnya baca di sini.
Advertisement
Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau
