Kaleidoskop (2): Tahun Pengukuhan Film Religi Islami

Reporter : Syahid Latif
Senin, 29 Desember 2014 18:21
Kaleidoskop (2): Tahun Pengukuhan Film Religi Islami
Sebuah film Islami menembus tiga besar ditonton terbanyak tahun ini. Tak semua sukses. Harapan belum lagi terhempas.

Dream - Perempuan itu terisak. Tak kuasa menahan air mata. Tapi matanya terus menatap ke layar lebar. Seolah enggan melewatkan adegan demi adegan yang dimainkan para lakon dalam film religi tersebut.

Wanita berhijab itu berulang kali mengusap wajah. Menyeka air mata yang terus mengucur dengan sapu tangan. Rona sendu terus meruap dari parasnya yang ayu. Berpadu padan dengan kerudung hitam yang dia kenakan.

Dialah Dian Pipik Irawati. Pada Sabtu 19 Juli itu, janda almarhum Ustad Jefri Al Buchori atau Ustad Uje ini tengah menghadiri screening film Hijrah Cinta di Studio 1 Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Selatan. “ Dari awal hingga akhir saya selalu keluar air mata. Tidak pernah berhenti air mata ini,” tutur perempuan yang karib disapa Pipik itu.

Wajar saja Pipik berurai air mata. Sebab, film yang dia hayati itu berkisah tentang perjalanan hidup Ustaz Uje. Film ini telah membangkitkan kenangan terhadap suaminya yang meninggal pada 26 April tahun lalu.

“ Saya merasa Beliau ada. Anak saya yang masih kecil-kecil saja menangis sesenggukan. Karena apa, karena di sana saya seperti melihat flash back, saya pasti ingat dari awal sampai akhir,” tambah dia.

Film ini diproduksi oleh MVP Pictures. Sang sutradara, Indra Gunawan, meracik bintang-bintang muda untuk menghidupkan film ini. Alfie Alfandy dinilai sukses memerankan sosok Uje. Sementara, Revalina S Temat, yang sudah wara-wiri di layar lebar, dianggap sangat pas berperan sebagai Pipik.

Tak hanya faktor pemeran. Kisah hidup Uje dan Pipik memang sangat menarik. Lika-liku ustad gaul yang pernah terjerembab ke dalam dunia hitam saat muda, hingga menjadi ustad kenamaan, merupakan kisah yang sangat menjual. Sehingga bisa dibilang menjadi jaminan sukses. Setidaknya menjadi kekuatan utama film itu.

Dan benar saja. Para pemain bisa memerankan lakon masing-masing dengan baik. Hasilnya, emosi para penonton berhasil diaduk. Air mata pecinta film pun juga sukses dikuras oleh setiap adegan dalam film ini.

“ Samping, depan, dan belakang aku di dalam bioskop pada menangis. Dan aku juga melihat semua yang menonton film ini menangis. Benar-benar menguras air mata,” ujar Dedeh, salah satu penonton Hijrah Cinta, usai menonton.

***

Hijrah Cinta mernjadi film religi yang sukses di bioskop nusantara. Padahal, saat dirilis, film ini harus berbagi layar dengan film-film komedi dan juga horor yang penggemarnya tak sedikit.

Namun, Hijrah Cinta tetap menjadi jawara. Menurut data dari laman Film Indonesia, sejak tayang perdana di bioskop pada 24 Juli silam, film ini telah ditonton tak kurang dari 711.205 orang. Menempati posisi ke tiga sebagai film lokal dengan penonton terbanyak pada tahun 2014 ini.

Predikat film lokal terlaris tahun ini diraih Comic 8 dengan    1.624.067 penonton. Sementara, urutan ke dua ditempati film laga The Raid 2: Berandal yang telah ditonton oleh 1.434.272 orang.

Tak hanya Hijrah Cinta. Sejumlah film religi Islam yang dirilis pada tahun 2014 ini juga menuai sukses. Sebut saja ‘99 Cahaya di Langit Eropa Part 2’. Film ini merupakan sekuel lanjutan ‘99 Cahaya di Langit Eropa’ yang dirilis tahun silam.

Sama dengan bagian pertama, film kedua yang masih berkisah tentang jejak-jejak Islam di Benua Eropa ini juga menangguk sukses. Film yang dilempar ke pasar pada bulan Maret 2014 itu nangkring di posisi kelima sebagai film lokal paling laris dengan 587.042 penonton.

Film religi Islam yang juga masuk 10 besar adalah Haji Backpacker. Film tentang pengembaraan pemuda bernama Mada yang melakukan perjalanan backpacker dari Tanah Air hingga ke Tanah Suci. Film yang baru dirilis 2 Oktober silam ini menempati posisi ketujuh dan sudah ditonton oleh 375.799 orang.

Namun, tak semua film religi Islam tahun ini masuk ke deretan atas. Sejumlah film bernapas Islam juga ada yang kurang meledak alias sepi penonton. Film Seputih Cinta Melati misalnya, sejak dirilis 24 Juli hingga 3 Agustus hanya ditonton 39.152 orang saja. Sementara, film Ketika Tuhan Jatuh Cinta yang dirilis 5 Juni, jumlah penontonnya hingga 16 Juni hanya sekitar 77.849 orang. Atau film Hijabers in Love yang dirilis 4 September silam. Hingga 14 September, film itu hanya ditonton 14.374 orang.

Meski demikian, peluang film religi Islam masih terbuka lebar. Rakyat Indonesia yang mayoritas Muslim, bahkan terbesar di dunia, menjadi pasar yang sangat potensial. Jumlah Muslim di Tanah Air yang kurang lebih 200 juta jiwa perlu digarap lebih serius.

Sutradara kenamaan, Hanung Bramantyo, menuturkan bahwa semua film pada prinsipnya menguntungkan. Fenomena hijab yang belakangan kian diminati kaum Muslimah telah membantu lahirnya medium baru genre film di Tanah Air. “ Tapi bukan berarti dengan Islam saja. Penonton di mana pun membutuhkan cerita kultur. Indonesia butuh tontonan. Siapa yang menyangka itu meledak. Indonesia butuh sesuatu baru yang positif,” kata Hanung kepada Dream.

Optimisme tetap ada. Tengoklah data penonton film religi Islami dalam lima tahun belakangan ini. Tahun lalu, ‘99 Cahaya di Langit Eropa’ mampu nangkring di posisi kedua sebagai film lokal terlaris dengan 1.189.709 penonton. Dua tahun silam, ‘Negeri 5 Menara’ menempati urutan keempat sebagai film lokal terlaris dengan 772.397 penonton.

Pada 2011, ‘Hafalan Salat Delisa’ menempati posisi ke tiga dengan 668.731 penonton. Sementara, film Di Bawah Lindungan Ka'bah berada di urutan ke delapan dengan 520.786 penonton.

Tahun 2010, dua film religi Islam Tanah Air menjadi jawara. Film-film itu adalah ‘Sang Pencerah’ dengan 1.206.000 pemirsa. Sedangkan film Dalam Mihrab Cinta mengekor di posisi ke dua dengan 623.105 penonton.

Pada 2009, dua film religi Islam juga menjadi juara. Kedua film itu adalah ‘Ketika Cinta Bertasbih dengan 3.100.906 penonton dan Ketika Cinta Bertasbih 2 yang dilihat oleh 2.003.121 penonton.

Sementara, pada 2008, film Ayat-ayat Cinta yang menjadi pembuka pintu film religi Islami di Indonesia langsung menyodok ke posisi kedua dengan menarik 3.581.947 penonton. Film itu hanya kalah dari film Laskar Pelangi yang berhasil menggeret 4.631.841 penonton.

Di penghujung tahun ini, tepatnya 30 Desember 2014, satu film Assalamualaikum Beijing bakal diluncurkan. Sementara, film Hijab akan menyusul ditayangkan di bioskop mulai 15 Januari 2015 mendatang.

Film-film religi Islam telah membuktikan diri mampu menggaet penonton. Sebagai negara mayoritas Muslim, Indonesia tentunya menjadi pasar empuk. Kesempatan pada para sineas untuk menggarap film Islam sangat terbuka lebar. Jika digarap serius, film-film religi itu bukan tidak mungkin meledak di pasaran.

Contohnya sudah ada. Tahun 2014 karenanya boleh disebut sebagai tahun pengukuhan  film Islami. Sebab, sekali lagi, film Islami masuk ke dalam daftar film dengan penonton terbanyak. Meski tak semua film religi Islami berhasil di pasaran, sukses film biografi Ustad Uje tahun ini menunjukkan asa belum lagi terhempas… (eh)

Beri Komentar