Merinding! Luapan Tobat Mantan Biseksual Usai Terkena HIV

Reporter : Puri Yuanita
Kamis, 10 November 2016 09:14
Merinding! Luapan Tobat Mantan Biseksual Usai Terkena HIV
Ini kisah tentang dosa masa silam yang menghantui seorang pasien HIV.

Dream - Sebagai manusia, kita pasti tidak terlepas dari melakukan dosa. Allah SWT Maha Pengampun, karena itu bagi mereka yang telah melakukan dosa besar cobalah menyesali perbuatan tersebut dengan tidak mengulanginya dan melakukan taubat nasuha.

Ini kisah tentang dosa masa silam yang menghantui seorang pasien HIV. Kisah nyata ini diceritakan sendiri kepada Ustaz Syekh Sohleh asal Malaysia. Menyedihkan membaca luapan hati insan yang benar-benar ingin bertaubat.

Semoga jadi pelajaran kepada kita semua untuk selalu memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang dilakukan.

 

 

1 dari 3 halaman

Coba Membuang Maksiat dan Bertobat

Coba Membuang Maksiat dan Bertobat © Dream

Kisah yang aku sampaikan ini bukanlah untuk membuka aib atau keburukan di dadaku sendiri tapi sekadar untuk memberi pengajaran dan renungan kepada insan-insan yang bernasib sepertiku sebelum ini.

Tapi, tidak apalah, masa lalu adalah masa lalu. Alhamdulillah, aku bersyukur sangat dengan kehidupanku sekarang. Sekiranya Anda mengetahui seseorang yang terjangkit virus ini, mungkin Anda akan berpikir umurnya tidak akan panjang.

Dan membuat stigma yang amat buruk dan memalukan bagi penderita HIV. Aku pun dulu berpikir demikian. Mungkin karena ilmuku terlalu dangkal soal HIV ini.

'Kutukan' ini aku terima karena dulu aku memiliki ketertarikan baik dengan laki-laki dan perempuan. Aku mengalaminya sedari kecil. Aku tak minta dilahirkan untuk memiliki dua nafsu. Orang mungkin bilang itu menyenangkan.

Tapi jujur aku ingin katakan itu adalah sangat sulit untuk diubah. Perlu istiqamah yang tinggi, karena itulah aku salut dengan mereka yang bisa membuang nafsu merusak itu jauh-jauh.

Ketika didiagnosis sebagai penderita HIV positif, hidupku berubah. Dunia terasa kelam, aku merasa kematian semakin dekat. Mungkin dalam setahun lagi aku akan mati.

Saat itu hanya Allah saja yang tahu betapa aku menyesali apa yang aku lakukan. Hampir setiap hari aku menangis dan menangis. Hingga aku merasa jijik pada diriku.

Sampilah aku berjumpa seorang kounselor klinik. Dia berkata, aku terlalu hidup dalam ketakutan. Dan kalau masih bergelut dengan sikapku semacam ini, mungkin aku bisa dianggap gila.

Aku pun mencari kekuatan lagi. Hari-hariku berlalu terlalu perlahan. Setiap hari aku memohon ampun dari Allah. Shalat taubat dan tahajjud tidak pernah sekali aku tinggalkan.

2 dari 3 halaman

Belum Siap Mati

Belum Siap Mati © Dream

Alquran menjadi kalam wajib yang aku baca setiap hari. Di malam hari aku menangis, ketika membayangkan kematian menjemputku. Saat itu aku sangat takut mati karena aku belum siap. Amalan yang aku akan bawa menghadap Allah masihlah sangat sedikit.

Ibu, orang yang senantiasa berada di belakangku, aku memohon ampun kepadanya. Aku anak yang tak berguna meski aku memiliki gelar sarjana yang tinggi. Tetapi aku anak yang tidak berguna dengan masa lalu dan kondisiku.

Tapi Ibu tak sedikit pun membelakangiku. Ini yang membuat hatiku trenyuh sekaligus kecewa dengan diriku sendiri. Doanya selalu menyertaiku tapi aku telah berbuat hina dan menjijikkan di hadapannya.

Sementara Abah dan adik-adik tidak ada yang tahu masa laluku yang kelam dan kondisiku yang sekarang. Aku diberitahu Ibu untuk merahasiakan perkara tersebut. Abah dan adik-adik, maafkan abang.

Untuk menebus kesalahan terhadap mereka, aku menginfaqkan sedikit harta yang aku miliki atas nama mereka. Aku takut sekiranya dijemput maut terlalu awal, aku tak sempat mengumpulkan pahala.

Aku sangat takut akan rasa berdosa yang amat sangat. Tapi surat Al Baqarah ayat 216 menguatkanku, " Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui..."

Inilah yang seharusnya menjadi prinsip hidup dan kekuatanku. Tetapi saat terjebak kemaksiatan dulu, kenapa aku tak amalkan prinsip dan ayat itu sebagai peganganku? Ampunkan aku Ya Allah. Dulu aku tak pernah merasa kematian itu dekat. Malah aku sering berpikir masih muda, masih lama untuk mati. Ya Allah, maafkan aku atas sikapku itu.

Setelah hampir setahun didiagnosis mengidap HIV positif, kehidupan yang aku alami sekarang terasa lebih baik. Sudah tidak peduli apa kata orang walaupun hanya orang-orang tertentu saja yang tahu. Aku sudah tidak menginginkan kehidupanku yang dulu. Meski ada satu sahabat yang berusaha menarikku kembali ke dunia maksiat.

Namun karena aku ingin berubah dan terus istiqamah, sahabatku itu meninggalkan aku karena tidak mau mengikutinya kembali ke dunia maksiat. Ya Allah, berat sangat ujian ini. Tapi aku tidak dendam atau benci dia. Malah aku doakan supaya dia dikaruniakan hidayah sepertiku.

 

3 dari 3 halaman

Menangis Terkenang Dosa Silam

Menangis Terkenang Dosa Silam © Dream

Entah mengapa sekarang aku sering menangis jika terkenang dosa-dosa masa silam. Buku dan catatan nasihat menjadi temanku sehingga aku pernah membaca sabda Nabi Muhammad, " Barangsiapa gembira di dunia, akan berdukacita di akhirat. Barangsiapa siapa yang banyak dukacitanya di dunia, akan gembira di akhirat." Aku menjadi sedikit kuat dengan hadis tersebut. Tetapi aku hamba yang terlalu banyak dosanya.

Sekarang apa pun yang aku lakukan demi dunia dan akhirat. Aku mencoba seimbangkan keduanya. Sebenarnya aku tak ingin memikirkan banyak tentang dunia. Aku hanya ingin melihat kedua orang tuaku bahagia saja. Ingin membalas jasa mereka walaupun aku tahu jasa dan pengorbanan mereka tak mungkin terbalaskan.

Dan Alhamdulillah, aku panjatkan rasa bersyukur dengan ujian ini. Aku tidak bermaksud buruk sangka terhadap Allah. Mungkin dulu iya, tetapi tidak lagi sekarang. Aku tahu Allah sedang mengatur yang terbaik untuk hidupku. Semoga ujian ini mendekatkan aku kepada Allah karena itu adalah nikmat bagiku.

Sudah jelas dalam Al Baqarah ayat 214 Allah telah berkata, " Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga. Padahal belum datang kepadamu (ujian) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan berbagai macam ujian)..."

Mungkin HIV ini adalah ujian untukku. Untuk menyucikan dosa-dosa yang terlalu banyak. Jujur aku katakan tanpa ujian ini mungkin aku masih terperdaya dengan kenikmatan dunia yang menipu. Alhamdulillah, Ya Allah.

(Sumber: ohbulan.com)

Beri Komentar