Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa

Reporter : Abidah
Minggu, 7 Desember 2025 09:10
Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa
Gerakan ini percaya bahwa untuk menjaga hutan, kita tidak harus memulainya dengan rasa takut, tapi dengan rasa cinta.

DREAM.CO.ID - Selama ini, apa yang terlintas di benak Sahaabat Dream kalau mendengar kata " hutan" ? Mungkin sebagian besar akan menjawab kebakaran lahan, penebangan liar, asap, atau konflik sengketa tanah yang rumit yang membuat anak muda yang tinggal di kota besar merasa jauh, tidak relate, atau bahkan apatis.

Narasi tersebut berusaha diubah total oleh sebuah gerakan bernama Hutan Itu Indonesia (HII). Gerakan ini datang dengan pendekatan yang segar, penuh warna, dan fun. Mereka percaya bahwa untuk menjaga hutan, kita tidak harus memulainya dengan rasa takut, tapi dengan rasa cinta.

1 dari 4 halaman

Lahir dari Keresahan dan Kerinduan

Hutan Itu Indonesia tidak muncul begitu saja. Gerakan ini lahir pada tanggal 22 April 2016, bertepatan dengan Hari Bumi. Namun, benihnya sudah tumbuh setahun sebelumnya. Pada 2015, sebuah penelitian mengungkap bahwa mayoritas responden ternyata tidak menganggap hutan itu penting.

Julukan legendaris `Zamrud Khatulistiwa` yang menggambarkan betapa hijau dan kayanya hutan hujan tropis kita seolah lenyap ditelan zaman. Kebanggaan sebagai negara pemilik hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia itu memudar.

Berangkat dari keresahan itulah, 14 orang pendiri dengan latar belakang yang sangat beragam, mulai dari Andre Christian, Gita Syahrani, Leony Aurora, hingga Vitri Sekar Sari, berkumpul.

Mereka bukan hanya aktivis lingkungan `garis keras`, tapi juga profesional dari berbagai bidang yang punya visi bahwa hutan harus kembali menjadi identitas utama bangsa Indonesia.

Mereka sadar, kalau mau mengajak anak muda untuk aware, bahasanya tidak boleh kaku. Pendekatannya harus relevan dengan keseharian anak kota, seperti musik, lari, jalan-jalan, sampai kuliner.

2 dari 4 halaman

Jaga Hutan Lewat Hobi

Salah satu hal paling menarik dari HII adalah cara mereka `mempromosikan` isu lingkungan. Mereka membungkus kampanye pelestarian alam lewat aksi-aksi yang sangat pop-culture.

Kamu hobi lari? HII punya program #KuLariKeHutan yang bukan sekadar ajang bakar kalori, tapi sebuah fundraising kreatif. Bayangkan, dengan berlari sejauh 5 kilometer, peserta secara otomatis sudah menyumbang untuk adopsi satu pohon di hutan.


HII bekerja sama dengan mitra lokal tepercaya seperti Forum Konservasi Leuser di Aceh atau KKI WARSI di Jambi untuk memastikan pohon-pohon adopsi itu benar-benar dijaga. Uniknya, kamu bisa memberi nama pohon asuhmu dengan nama sendiri, nama pacar, atau bahkan nama idola Korea kesayangan!

Bukan cuma olahraga, HII juga menyentuh hati lewat perut. Program #JamuanHutan dan kampanye Konsumsi Hasil Hutan mengajak kita menyadari bahwa hutan bukan cuma soal kayu.

Ada madu, kacang-kacangan, rempah, hingga rotan (Hasil Hutan Bukan Kayu/HHBK). Dengan membeli produk-produk ini, kita mendukung ekonomi masyarakat sekitar hutan agar mereka tetap bisa sejahtera tanpa perlu menebang pohon.

3 dari 4 halaman

Ekspedisi ke Jantung Rimba

Karena anak muda kota seringkali terputus koneksinya dengan alam, HII memfasilitasi program Jalan-jalan ke Hutan.

Prinsipnya adalah bahwa ‘seeing is believing’. Lewat ekspedisi ini, peserta diajak masuk ke hutan, menghirup udara yang belum terpolusi, meminum air langsung dari mata air, dan berinteraksi dengan masyarakat penjaga hutan.

Tujuannya bukan sekadar wisata, tapi mencari konten dan cerita. Peserta yang pulang dari hutan diharapkan menjadi komunikator yang menceritakan pengalaman magis mereka ke media sosial bahwa hutan Indonesia itu keren, kaya, dan layak diperjuangkan.

 

4 dari 4 halaman

Gerakan Terbuka dan Kolaboratif

Hutan Itu Indonesia menegaskan posisi mereka sebagai " gerakan terbuka" . Mereka tidak ingin berkompetisi dengan organisasi lingkungan yang sudah ada, melainkan menjadi wadah kolaborasi.

Semangat ini menular ke berbagai kota. Kini, ada simpul-simpul relawan seperti Youth4Youth di Ambon, Medan, Palangka Raya, hingga Surabaya. Siapa saja bisa bergabung, mulai dari mahasiswa, pekerja kantoran, sampai seniman. Bahkan, mereka punya kelas khusus #KelasSukaHutan untuk membekali relawan dengan pengetahuan lingkungan sebelum terjun berkampanye.

Di tengah hiruk-pikuk isu perubahan iklim yang seringkali membuat kita cemas, Hutan Itu Indonesia hadir menawarkan optimisme. Mereka mengingatkan kita bahwa menjaga hutan bisa dilakukan dengan cara yang asyik, seperti sambil lari pagi, sambil menikmati madu hutan, atau sambil memposting foto estetik hasil ekspedisi.

Beri Komentar