Merayakan Cinta dan Generasi Baru Sinema Nasional lewat “Menuju Pelaminan” dari PFN
© 2025 Produksi Film Negara
Reporter : Hevy Zil Umami
Ada yang istimewa di layar bioskop Indonesia bulan ini.
DREAM.CO.ID - Ada yang istimewa di layar bioskop Indonesia bulan ini. Sebuah film romantis penuh tawa dan kehangatan keluarga hadir bukan hanya untuk menghibur, tapi juga untuk menandai babak baru perjalanan panjang dunia perfilman nasional. “Menuju Pelaminan – The Road to Marriage”, persembahan terbaru dari Produksi Film Negara (PFN), bukan sekadar romcom biasa—film ini adalah simbol bagaimana sinema Indonesia tengah memasuki generasi baru yang lebih segar, kolaboratif, dan berakar kuat pada keberagaman budaya.
Malam Gala Premiere yang digelar di CGV Grand Indonesia terasa meriah sekaligus penuh nostalgia. Di usia ke-80 tahun, PFN tampil bukan sebagai lembaga yang menoleh ke masa lalu, melainkan rumah kreatif yang membuka jalan untuk masa depan sinema nasional. “PFN ingin hadir sebagai fasilitator bagi lahirnya karya-karya yang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia,” ujar Direktur Utama PFN, Riefian Fajarsyah, dalam sambutannya. “Melalui kolaborasi seperti Menuju Pelaminan, kami berusaha menghubungkan para kreator, pelaku industri, dan mitra dari berbagai daerah.”
Film ini memang terasa seperti perayaan lintas budaya dan lintas generasi. Disutradarai oleh Mas Yuda Kurniawan dan diproduksi bersama Rekam Films serta mitra internasional Little Green White dari Singapura, Menuju Pelaminan menghadirkan kisah perjalanan darat sejauh 1.859 kilometer dari Yogyakarta ke Padang Pariaman. Ceritanya sederhana namun sarat makna: Fajar Prawiro (Bhisma Mulia) berjanji menikahi kekasihnya, Rahma Mineli (Maizura), namun perbedaan budaya antara keluarga Jawa dan Minang menghadirkan sederet drama lucu dan mengharukan di sepanjang jalan.
Yuda mengaku, film ini lahir dari keresahannya melihat realitas pernikahan di Indonesia yang seringkali lebih kompleks dari sekadar kisah cinta dua insan. “Kami ingin membawa penonton ikut dalam perjalanan lintas budaya, dari Jawa ke Minang, bukan hanya secara geografis, tapi juga emosional,” ujarnya.
Dengan pendekatan visual realistis dan teknologi virtual production by V2 Indonesia—teknik yang masih jarang dipakai di film komedi romantis—penonton disuguhkan pengalaman yang terasa segar dan imersif. Setiap adegan perjalanan menampilkan lanskap indah lintas pulau Jawa dan Sumatera, menghadirkan atmosfer road trip movie yang hangat dan membumi.
Chemistry antara Bhisma Mulia dan Maizura menjadi daya tarik tersendiri. Keduanya sukses menampilkan dinamika pasangan muda yang dihadapkan pada benturan tradisi dan ego keluarga. Sementara sosok Cut Mini Teo dan Whani Darmawan memberi sentuhan komedi dan kedalaman emosional yang memperkuat pesan film: bahwa cinta tidak hanya soal dua hati, tapi juga soal menghargai akar budaya yang membentuk kita.
Komisaris Utama PFN, Yessy Gusman, menyebut film ini sebagai wujud nyata semangat PFN untuk tetap relevan. “PFN bukan sekadar rumah produksi, tapi juga lembaga budaya yang merekam wajah Indonesia dari masa ke masa,” ujarnya. Menurutnya, Menuju Pelaminan membuktikan bahwa film masih menjadi medium yang ampuh untuk menyatukan perbedaan.
Lebih dari sekadar hiburan, film ini terasa seperti pernyataan: bahwa perfilman Indonesia tengah berada di era baru. Kolaborasi lintas daerah, lintas generasi, dan bahkan lintas negara yang terjalin di balik layar Menuju Pelaminan menjadi cermin arah baru PFN—membangun ekosistem film nasional yang inklusif dan berkelanjutan.
Suasana hangat pun melingkupi ruang bioskop malam itu. Tawa, air mata, dan tepuk tangan panjang menjadi penutup yang manis bagi penayangan perdana film berdurasi 108 menit ini. “Lucu, tapi juga menyentuh banget,” ujar salah satu penonton usai pemutaran.
Melalui Menuju Pelaminan – The Road to Marriage, PFN menunjukkan bahwa di usia 80 tahun, mereka bukan hanya menatap ke belakang dengan kebanggaan, tapi juga menatap ke depan dengan semangat muda. Karena pada akhirnya, sinema Indonesia selalu punya cara untuk merangkai cerita baru—cerita tentang cinta, keluarga, dan keberagaman yang terus hidup di layar lebar.