Mengenal Daerah Penghasil Rempah Terbesar di Indonesia

Reporter : Wuri Anggarini
Rabu, 2 Desember 2020 11:57
Mengenal Daerah Penghasil Rempah Terbesar di Indonesia
Menelusuri kembali jejak rempah di tanah air, di mana saja sih daerah penghasil rempah terbesar di Indonesia?

Indonesia kaya akan rempah. Hal ini sudah jadi fakta yang tak terbantahkan mengingat rempah memiliki pengaruh yang kuat dalam sejarah bangsa ini. Di era kolonial dulu, rempah menjadi harta yang paling berharga yang membuat para penjajah datang menguasai negeri.

Hingga saat ini, rempah tetap jadi komoditas yang banyak dicari di dunia, di mana bahan-bahan tersebut bisa memperkaya rasa masakan. Hal ini juga yang sering menjadi pembanding kuliner di Indonesia dan luar negeri karena membuat makanan dan minuman Indonesia jadi memiliki ciri khas tersendiri. Menelusuri kembali jejak rempah di tanah air, di mana saja sih daerah penghasil rempah terbesar di Indonesia?

Aceh, Jalur Rempah Pertama di Pulau Sumatera

Rempah Indonesia

Menelisik lebih dalam jalur rempah pertama di Pulau Sumatera, Aceh adalah jawabannya. Di masa abad ke-15 sebelum masuk masa era kolonialisme, aktivitas perdagangan di Aceh berjalan sangat baik dan dikelola oleh Kerajaan Aceh. Rempah-rempah menjadi komoditas yang sangat berharga di masa tersebut.

Kawasan tersebut dikenal sebagai pusat perdagangan lada dan kayu manis. Letak geografisnya sendiri berada di tepi Selat Malaka, jadi sangat strategis menjadi lalu lintas perdagangan sejak abad pertama. Nggak heran jika saat itu Aceh dikenal mampu menguasai pasar rempah dunia yang berada di bawah pengawasan Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Lamri.

Ternate dan Tidore, Sasaran Penjajah Berburu Cengkeh

Bunga cengkeh

Kawasan Ternate dan Tidore yang berada di Maluku Utara dikenal sebagai sumber penghasil rempah di dunia. Menurut sejarah, daerah ini sudah berhasil ditemukan bangsa Portugis pada abad ke-15. Kemudian lahan cengkeh dikembangkan di kawasan tersebut di bawah perintah salah satu Gubernur Jenderal Belanda.

Hingga saat ini kedua kawasan tersebut masih tetap berjaya sebagai salah satu sumber rempah di tanah air. Bahkan, pemerintah kota Ternate membuat Kawasan Cengkeh Afo sebagai destinasi tujuan wisata di daerah tersebut. Di tempat tersebut, pengunjung bisa menyaksikan pohon cengkeh tertua yang jadi daya tarik wisata tersendiri.

Banda Neira, Sumber Pala yang Berharga

Pala

Di masa era kolonialisme, pala adalah salah satu harta yang paling berharga dan banyak diincar oleh bangsa Eropa. Di abad ke-19, pala dan fuli menjadi komoditas yang banyak diperdagangkan di kawasan tersebut. Bahkan, Banda Neira sempat menjadi kawasan yang diperebutkan oleh Bangsa Eropa karena menurut cerita harga pala setara dengan logam mulia saat itu.

Jambi, Tempat Berburu Kayu Manis

Kayu manis

Sering menggunakan kayu manis sebagai salah satu bahan membuat kue? Tahu nggak dari mana asal bahan yang satu ini? Ternyata, Jambi menjadi kawasan berburu kayu manis, yaitu di daerah Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Merangin Kota Sungai Penuh. Hebatnya lagi, produksi kayu manis dari Jambi memenuhi 45% kebutuhan kayu manis dunia. Produksinya dipasarkan ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Belanda, Jerman, dan Singapura.

Jawa Barat dan Jawa Tengah, Daerah Penghasil Kapulaga

Meskipun bukan penghasil kapulaga terbesar di dunia, tapi Jawa Barat dan Jawa Tengah tetap menjadi salah satu sumber rempah potensial, lho. Khusus kapulaga yang beredar di Indonesia ada dua jenis, yaitu kapulaga Indonesia dan kapulaga seberang yang berasal dari India. Rempah yang termasuk golongan Zingiberaceae ini cukup familiar dan menjadi bahan dasar pembutan bir pletok dan bir Jawa. Fakta uniknya, kapulaga menjadi rempah dengan harga termahal ketiga setelah saffron dan vanilla. Keren banget!

Makin percaya kan kalau Indonesia kaya akan rempah-rempah! Terbukti, banyak daerah dengan komoditas rempah berbeda yang menguasai pasar rempah dunia. Untuk melestarikan kekayaan rempah sebagai salah satu warisan bangsa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI menghadirkan program Jalur Rempah, yaitu platform bersama untuk menumbuhkan kebanggaan akan jati diri daerah di Indonesia dan memperkuat jejaring interaksi.

Ada misi mulia di balik program yang dilaksanakan oleh Kemendikbud ini, yaitu meningkatkan awareness masyarakat untuk berpartisipasi melestarikan, mengembangkan, dan memanfaatkan warisan budaya Jalur Rempah untuk pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, Kemendikbud punya tujuan yang lebih besar lagi, yaitu mengajukannya sebagai warisan dunia ke UNESCO. Hal ini berperan untuk memperkuat posisi dan diplomasi Indonesia jika sudah mendapatkan pengakuan UNESCO. Sebanyak 20 titik awal rekonstruksi Jalur Rempah di tanah air disiapkan yang tersebar dari Raja Ampat hingga Mandeh. Temukan informasi selengkapnya di sini.

Beri Komentar