Cofounder Lion Air, Rusdi Kirana, Merasa Dikhianiati Oleh Boeing (Foto: Shutterstock)
Dream – Sinyal pembatalan sisa pesanan pesawat Boeing senilai US$22 miliar (Rp320,6 triliun) dari PT Lion Mentari Airlins (Lion Group) semakin kuat. Cofounder Lion Group, Rusdi Kirana, membenarkan maskapai ini sedang mengkaji pembatalan pesanan pesawat yang pernah menjadi rekor itu.
Rusdi menyebut sakit hati kepada Boeing karena merasa menyalahkan Lion Air atas kecelakaan penerbangan pesawat PK-LQP.
“ Saya dikhianati. Saya sedang menyiapkan dokumen untuk mengusulkan pembatalan. Semuanya masih dalam pertimbangan sekarang,” kata dia kepada Bloomberg, dikutip dari Bloomberg, Kamis 6 Desember 2018.
Sekadar informasi, Lion Air merupakan pembeli terbesar ketiga untuk Boeing 737 Max 8, setelah Southwest Airlines dan Flydubai. Maskapai ini dijadwalkan untuk mendapatkan 7 pesawat jet tahun 2019, 24 pada 2020, dan 35 pada 2021. Hal ini dikatakan oleh Kepala Penilaian Flight Ascend Consultancy, George Dimitroff.
Ketegangan Lion Air dengan Boeing terjadi setelah kecelakaan pesawat PK-LQP terjadi pada akhir Oktober 2018. Kecelakaan ini menewaskan 189 orang di dalamnya. Setelah kecelakaan ini, saham Boeing anjlok 4,7 persen.
Dalam laporan kecelakaan, terungkap bahwa kecelakaan ini terjadi karena pilot kebingungan mengoperasikan pesawat. Di laporan ini, Lion Air juga diminta untuk meningkatkan budaya keselamatannya.
Boeing merespons laporan tersebut Disebutkan juga hidung pesawat naik turun ketika pilot berjuang untuk mendapatkan kontrol pesawat. Komunike tidak menyebutkan sistem baru 737 Max 8 yang diaktifkan oleh data yang salah dari sensor.
Rusdi menilai Boeing tidak selayaknya memberikan pendapatnya pada laporan awal. Dia merasa produsen ini seharusnya membantu mereka.
“ Saya adalah salah satu pembeli terbesar mereka. Saat ini, kami berada dalam situasi yang sulit. Sebagai mitra, mereka seharusnya membantu, tidak memberikan kesan negatif kepada kami,” kata dia.
Sayangnya, pembatalan pesawat penerbangan tidak bisa dilakukan sepihak. Produsen pesawat seperti Boeing dan Airbus ogah untuk membatalkan pesanan atau menunda pengiriman tanpa negosiasi panjang.
“ Kami akan menangani konsekuensi apa pun itu,” kata Rusdi.
Kritik publik akan memperkuat Rusdi untuk memangkas pesanan pesawat. Sekadar informasi, maskapai ini memiliki pesanan 368 pesawat dari Boeing dan Airbus. Angkanya lebih tinggi tiga kali lipat dari armada yang dioperasikannya—ada 117 pesawat jet yang dioperasikan Lion Air.
“ Ini adalah sesuatu yang harus diperhatikan. Lion akan menindaklajuti dan rencana pertumbuhannya selalu terlihat ambisius. Yang terpenting bagi kami adalah maskapai penerbangan global terus mengambil pesanan,” kata analis JP Morgan Chase&Co, Seth Seifman.
Dimitroff menambahkan Boeing akan puyeng untuk mencari maskapai lain yang bisa mengisi slot penerbangan pesawat kepada Lion Air.
“ Sementara pada 2019, tujuh pesawat mungkin dikelola. Tapi, aliran pesanan setelah itu bisa sangat menantang untuk memasarkan ulang,” kata dia.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Clara Shinta Ungkap Rumah Tangganya di Ujung Tanduk, Akui Sulit Bertahan karena Komunikasi Buruk
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu