CEO Nekat `Lawan` Trump dengan Pekerjakan 10 Ribu Pengungsi

Reporter : Syahid Latif
Selasa, 31 Januari 2017 09:16
CEO Nekat `Lawan` Trump dengan Pekerjakan 10 Ribu Pengungsi
"Saya menulis kepada Anda hari ini dengan keprihatian yang mendalam, hati berat, dan janji yang tegas," kata sang CEO

Dream - Satu per satu warga Amerika Serikat mulai bereaksi dengan kebijakan keras presiden barunya, Donald Trump. Di kala pengusaha memilih mengikuti keinginan presiden, jaringan bisnis kopi ternama Starbuck juga berbeda sikap.

Trump yang memutuskan memberlakukan larangan imigran masuk ke AS, dijawab CEO Starbuck, Howard Schultz dengan cara mengejutkan.

Schultz memastikan akan tetap merekrut 10 ribu pengungsi di seluruh dunia. Termasuk calon pegawai dari kalangan pengungsi yang akan membantu militer AS.

" Saya menulis kepada Anda hari ini dengan keprihatian yang mendalam, hati berat, dan janji yang tegas," ujar Schultz dalam suratnya kepada para pegawai, dikutip Dream dari laman Fortune, Selasa, 31 Januari 2017.

Menurut Schultz, warga AS saat ini hidup di era penuh ketidakpastian. Masyarakat dunia juga mempertanyakan janji AS sebagai negara impian bagi warga dari bangsa lain.

Schultz, yang bulan lalu mengumumkan akan mengundurkan diri sebagai CEO tapi tetap sebagai ketua eksekutif, mengaku telah mengontak langsung karyawannya yang terkena larangan imigrasi.

Starbucks memang pernah berjanji akan melipatgandakan upayanya untuk mempekerjakan orang-orang yang melarikan diri dari perang, kekerasan, penganiayaan dan diskriminasi. Perusahaan bahkan memancang target mempekerjakan 10.000 pengungsi di seluruh dunia dalam lima tahun ke depan.

Di Amerika Serikat, upaya tersebut dimulai dengan merekrut pegawai untuk melayani tentara AS sebagai penerjemah dan staf pendukung di sejumlah negara.

Tak hanya tetap merekrut pegawai, Starbucks juga akan terus berinvestasi di Meksiko, di mana perusahaan sudah memiliki 600 toko dan 7.000 karyawan.

" Kita semua berkewajiban untuk memastikan pejabat terpilih kami mendengar dari kami secara individu dan kolektif. Starbucks adalah melakukan bagiannya," kata Schultz. (Sah)

Satu per satu warga Amerika Serikat mulai bereaksi dengan kebijakan keras presiden barunya, Donald Trump. Di kala pengusaha memilih mengikuti keinginan presiden, jaringan bisnis kopi ternama Starbuck juga berbeda sikap.

Trump yang memutuskan memberlakukan larangan imigran masuk ke AS, dijawab CEO Starbuck, Howard Schultz dengan cara mengejutkan.

Schultz memastikan akan tetap merekrut 10 ribu pengungsi di seluruh dunia. Termasuk calon pegawai dari kalangan pengungsi yang akan membantu militer AS.

" Saya menulis kepada Anda hari ini dengan keprihatian yang mendalam, hati berat, dan janji yang tegas," ujar Schultz dalam suratnya kepada para pegawai, dikutip Dream dari laman Fortune, Selasa, 31 Januari 2017.

Menurut Schultz, warga AS saat ini hidup di era penuh ketidakpastian. Masyarakat dunia juga mempertanyakan janji AS sebagai negara impian bagi warga dari bangsa lain.

Schultz, yang bulan lalu mengumumkan akan mengundurkan diri sebagai CEO tapi tetap sebagai ketua eksekutif, mengaku telah mengontak langsung karyawannya yang terkena larangan imigrasi.

Starbucks memang pernah berjanji akan melipatgandakan upayanya untuk mempekerjakan orang-orang yang melarikan diri dari perang, kekerasan, penganiayaan dan diskriminasi. Perusahaan bahkan memancang target mempekerjakan 10.000 pengungsi di seluruh dunia dalam lima tahun ke depan.

Di Amerika Serikat, upaya tersebut dimulai dengan merekrut pegawai untuk melayani tentara AS sebagai penerjemah dan staf pendukung di sejumlah negara.

Tak hanya tetap merekrut pegawai, Starbucks juga akan terus berinvestasi di Meksiko, di mana perusahaan sudah memiliki 600 toko dan 7.000 karyawan.

" Kita semua berkewajiban untuk memastikan pejabat terpilih kami mendengar dari kami secara individu dan kolektif. Starbucks adalah melakukan bagiannya," kata Schultz. (Sah)

Beri Komentar