Ramai Boikot Produk Prancis, Danone Indonesia Angkat Bicara

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Selasa, 3 November 2020 18:13
Ramai Boikot Produk Prancis, Danone Indonesia Angkat Bicara
Danone menanggapi kampanye boikot produk Prancis.

Dream – Belakangan ini, kampanye aksi boikot produk Prancis di media sosial. Hal ini disebakan oleh pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang dianggap menghina umat Islam.

Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin menanggapi kampanye aksi boikot produk Prancis yang ada di Indonesia, pasca pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap menghina umat Islam.

Dia menjelaskan, Danone Indonesia tidak memiliki keterkaitan terhadap pandangan politik suatu negara, termasuk Prancis dan hal-hal di luar bisnis perseroan.

“ Oleh karena itu, sebagaimana yang beredar di media, kami menyambut baik pernyataan yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, pemerintah telah mengambil langkah untuk tidak ikut serta memboikot produk-produk Prancis karena hal tersebut di luar dari konteks perdagangan,” ujar Arif di Jakarta, dikutip dari Merdeka.com yang melansir Antara, Selasa 3 November 2020.

Arif menuturkan, produk-produk perseroan seperti SGM dan Aqua, adalah produk-produk yang dikembangkan dan diproduksi di Indonesia oleh tenaga kerja Indonesia untuk konsumen Indonesia.

“ SGM sudah hadir sejak 1965, Aqua juga hadir sejak 1973 di Indonesia dan telah menjadi kepercayaan banyak konsumen sampai sekarang,” kata dia.

1 dari 4 halaman

Maksimalkan Bantu Sediakan Produk Bernutrisi

Arif menambahkan, perusahaan pun akan terus memaksimalkan usaha dalam membantu menyediakan produk bernutrisi untuk mendukung generasi masa depan, serta menawarkan hidrasi sehat untuk memenuhi kebutuhan hidrasi keluarga Indonesia.

“ Oleh karena itu kami akan tetap melanjutkan komitmen kami untuk melayani kebutuhan nutrisi dan hidrasi sehat melalui jutaan pedagang yang menjual produk kami di Indonesia dan disiapkan oleh hampir dari 15.000 karyawan kami di seluruh Indonesia,” ujar Arif.

2 dari 4 halaman

Bukan Isu Perdagangan, Kemendag Pastikan Tak Boikot Produk Prancis

Dream – Sejumlah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam menyerukan aksi boikot produk-produk Prancis seperti Turki, Qatar, dan Kuwait. Aksi ini dipicu pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang mengaitkan agama Islam dengan aksi terorisme.

Sebagai negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Didi Sumedi memastikan pemerintah tidak akan mengambil langkah yang sama dengan memboikot produk-produk asal Prancis.

Menurut Didi, isu yang terjadi di Prancis sebetulnya di luar dari konteks perdagangan antar negara.

" Karena kasus tersebut menyangkut isu non trade, sejauh ini tidak ada langkah-langkah yang Kemendag lakukan," katanya saat dihubungi merdeka.com, dikutip pada Senin 2 November 2020.

 

 

Sejauh ini, pemerintah tidak mempermasalahkan atau masih membebaskan produk-produk asal Prancis masuk ke pasar Indonesia. Mengingat, tidak ada larangan atau pemboikotan yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan.

" Betul tidak ada larangan,” kata Didi.

Sekadar informasi, Macron bereaksi keras usai seorang guru yang memperlihatkan karikatur Nabi Muhammad jadi sasaran pembunuhan pemuda muslim.

Dia juga berjanji akan melawan separatis Islam serta cara mengendalikan komunitas Muslim di sekitar Perancis. Pria ini juga mendeskripsikan Islam sebagai krisis dunia.

3 dari 4 halaman

Seruan Boikot Negara Muslim Ancam Prancis Kehilangan Ekspor Rp1.465 T

Dream – Seruan boikot produk Perancis yang pertama kali digaungkan Turki mengancam perdagangan negara tersebut. Diketahui nilai perdagangan internasional antara Perancis dengan negara-negara Muslim mencapai lebih dari US$100 miliar sekitar Rp1.465,22 triliun untuk kurs saat ini.

Seperti diketahui negara muslim bereaksi keras dengan pernyataan kontroversial Presiden Perancis, Emmanuel Macron, yang menyebut Islam sedang dalam krisis menangani aksi terorisme. Pernyataan itu keluar setelah adanya aksi pembunuhan terhadap seorang guru di Perancis.

Dikutip dari Daily Sabah, Jumat 30 Oktober 2020, pernyataan ini berujung boikot produk-produk Perancis. Ini bermula dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang meminta warganya untuk memboikot produk-produk Perancis karena agenda anti-Islam Macron.

“ Sama seperti ‘Jangan beli barang-barang dengan merek Turki dalam bahasa Perancis. Kini, saya meminta rakyat Turki untuk tidak lagi membantu brand Perancis atau membelinya,” kata Erdogan pada Senin, 26 Oktober 2020.

Berdasarkan data yang dikompilasi Anadolu Agency, negara-negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim memegang peran penting dalam perdagangan internasional Perancis.

Nilai ekspor yang dicatat Perancis sebesar US$45,8 miliar (Rp671,07 triliun) dengan negara-negara Islam pada 2019. Angka outstading impor senilai US$58 miliar (Rp849,83 triliun).

Sekadar informasi, negara ini memiliki nilai ekspor total senilai US$555 miliar (Rp8.131,97 triliun) dan impor US$639 miliar (Rp9.362,75 triliun) pada 2019. Perancis merupakan pengekspor utama produk pertanian global dengan 3 persen dikirim ke Timur Tengah dan menjadi eksportir senjata terkemuka.

4 dari 4 halaman

Merek-merek Perancis di Negara yang Mayoritas Penduduknya Islam

Perancis juga menjadi pengekspor senjata di negara-negara Islam. Thales menjual senjata, teknologi penerbangan, dan sistem transportasi umum ke sejumlah negara mayoritas Muslim. Klien-kliennya adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Turki, dan Qatar. Mesir dam Qatar tercatat sebagai negara-negara yang memesan jet militer Rafale dari Dassault.

Belum lagi di sektor energi ada Total yang fokus pada penjualan produk petrokimia dan minyak bumi. Ada juga label mode utama Perancis seperti Louis Vuitton dan Chanel yang menjadikan Timur Tengah sebagai salah satu pasarnya.

Di sisi ritel, ada jaringan supermarket Carrefour yang beroperasi di Timur Tengah dan Asia Selatan—ritel ini menjadi salah satu target seruan boikot. Kampanye menjauh dari ritel Perancis sedang “ ngehits” di media sosial Arab Saudi selama akhir pekan.

Dari sisi otomotif. Renault—produsen mobil Perancis—mencantumkan Turki sebagai pasar terbesar kedelapan dengan 49.131 unit kendaraan terjual di sana dalam enam bulan pertama ini.

PSA—produsen Citroen dan Peugeot—mencatat ada peningkatan penjualan di Turki dan menjadi “ oase” di kondisi perekonomian yang sulit.

Beri Komentar