Fenomena Mahalnya Rumah di Hong Kong, hanya Kalangan Elite yang Punya Hunian Pribadi

Reporter : Okti Nur Alifia
Selasa, 20 Juni 2023 12:45
Fenomena Mahalnya Rumah di Hong Kong, hanya Kalangan Elite yang Punya Hunian Pribadi
Biaya rumah pribadi di Hong Kong menjadi yang termahal ke-2 se Asia Pasifik, setelah Singapura.

Dream - Jarang ditemui masyarakat di Hong Kong yang memiliki rumah sendiri, kalau bukan dari golongan kaya. Faktor biaya membeli rumah yang mahal menjadi alasannya.

Laporan terbaru Home Attainability Index dari Urban Land Institute (ULI) Asia Pacific Center for Housing juga menyebutkan biaya rumah pribadi di Hong Kong menjadi yang termahal ke-2 se Asia Pasifik, setelah Singapura.

Tercatat hunian di Hong Kong berkisar US$1.155.760, sedangkan Singapura US$1.200.087.

Hal ini pula yang diamati Dream saat berkunjung ke Hong Kong bersama Hong Kong Tourism Board (HKTB) dan Cathay Pacific, masyarakat di Hong Kong lebih banyak menempati rumah susun dan apartemen. Tak heran jika jalanan di Hong Kong penuh dengan gedung rumah susun dan apartemen.

1 dari 7 halaman

Dari realita itu, pemandu tur, Carolus Cui, yang merupakan asli warga Hong Kong, mengatakan, dari 7 juta penduduk, 2 juta di antaranya tinggal di rumah susun dengan subsidi dari pemerintah setempat.

Mereka akan membayar penyewaan per bulan senilai HK$1.500 (Rp3 juta) atau maksimum HK$2.000 (Rp4 juta).

" Dua juta penduduk Hong Kong tinggalnya di rumah susun. Di bawahnya pemerintah Hong Kong dapat subsidi lalu sewa uang muka juga murah," katanya beberapa waktu lalu.

Namun ada kalangan yang disebut Carolus " level kejepit" , di mana mereka bukan kalangan orang kaya tetapi penghasilannya lebih sedikit dari 2 juta penduduk yang tinggal di rumah susun tersebut. Sehingga secara penghasilan mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan subsidi dari pemerintah.

" Gaji kita enggak terlalu tinggi, enggak punya bisnis, enggak punya toko, enggak punya uang kaya sekali, juga enggak punya apartemen. Lalu kita harus sewa," katanya.

2 dari 7 halaman

hong kong

Carolus mencontohkan, biaya sewa rumah level kejepit satu bulannya bisa mencapai Hk$13.000 (Rp26 juta) dengan ukuran 35 meter.

" Beda jauh sekali rumah susun (subsidi pemerintah) dan rumah swasta," ungkapnya.

Namun jika ingin kembali menempati rumah susun bersubsidi, dengan penghasilan yang sesuai syarat atau meminta untuk dinaikkan gaji, harus mengantre selama 6 tahun untuk mendapatkan rumah susun kembali.

" Barangkali penghasilan lebih dari 5.000, tapi sudah enggak qualified ambil rumah susun. Akhirnya pengeluaran malah lebih tinggi," katanya.

3 dari 7 halaman

Sedangkan biaya rumah di Hong Kong sekelas apartemen harganya sekitar HK$6 juta atau Rp12 miliar dengan uang muka 10 persen (Rp1,2 miliar), untuk angsuran 90 persen.

" Tapi untuk dapetin angsur 90 persen buat beli rumah, enggak gampang, perlu ada tabungan sekian, perlu ada income sekian-sekian," ungkapnya.

Jika pendapatan tidak mencapai suatu angka, maka uang muka yang dibayarkan adalah 40 persen atau sekitar Rp5 miliar. Menurutnya nominal itu sangat mahal.

" Maka banyak orang yang nggak punya rumah di Hong Kong. Kalau sewa kita nggak perlu punya tabungan yang tinggi tapi setiap bulan gaji sekian untuk biaya sewa rumah, sisanya untuk hidup di Hong Kong," ujarnya.

4 dari 7 halaman

Fenomena Menjamurnya Fashion Branded di Hong Kong: Antrean tak Pernah Habis, Bebas Pajak Pula!

Dream - Kemajuan perekonomian sebuah negara bisa dilihat dari roda penjualan barang. Meski bukan satu-satunya indikator, kehadiran offline store dari beberapa brand ternama dunia bisa menunjukan taraf kemampuan penduduk negara setempat untuk membeli barang-barang mewah berharga fantastis.

Tak melulu soal harga, barang branded yang memang menyasar kalangan kaya dan elit juga bisa menaikkan status seseorang. Ada sebuah keistimewaan jika bisa membeli merek mewah seperti Louis Vuitton, Dior hingga Hermes.

Merek fashion dunia itu memiliki penggemar setia yang selalu kepincut dengan produksi modenya. Bahkan Louis Vuitton mempunyai pendapatan bersih mencapai US$310,78 miliar dan menjadikannya sebagai brand pakaian dengan pendapatan tertinggi di dunia tahun 2022.

Sekadar informasi saja, produk termurah dari brand milik Bernard Arnault itu sendiri mencapai US$580 atau setara dengan Rp9 juta. Louis Vuitton juga menjadi brand mewah paling berharga di dunia dengan nilai mencapai US$32,3 miliar pada 2020, berdasarkan data Fashion United. 

Salah satu pemandangan itu terlihat saat jurnalis Dream, Okti nur Alifia dan Untung I berkunjung ke salah satu kawasan Harbour City di Hong Kong. Toko-toko branded dunia tampak berjejer adalah Tsim Sha Tsui, Kowloon, Hong Kong yang merupakan mal terbesar di negeri berjuluk Mutiara dari Timur itu. 

Fakta menarik ketika Dream mengunjungi tempat ini adalah orang-orang sampai mengantre saat akan memasuki toko branded seperti Louis Vuitton, Channel hingga Gucci.

5 dari 7 halaman

barang brande

Seperti momen yang dilihat Dream dan terekam dengan jepretan kamera ketika banyak orang mengantre memasuki toko Gucci. Tidak jauh dari tempat ini, antrean juga tampak di depan toko Louis Vuitton dan Chanel.

barang branded

Ternyata ada alasannya di balik fenomena tersebut. Membeli barang branded di Hong Kong sangat berbeda dengan Indonesia, sebab tidak akan dikenai pajak.

Pemandu tur Carolus Cui yang menemani Dream jalan-jalan bersama Hong Kong Tourism Board (HKTB) dan Cathay Pacific mengatakan bahwa pemerintah Hong Kong menerapkan free tax alias tidak memungut pajak untuk barang-barang branded satu persen pun.

“ Free tax jadi dia impor barang-barang branded, pemerintah Hong Kong 1 dollar pun tidak ambil,” katanya kepada Dream, Rabu, 14 Juni 2023.

6 dari 7 halaman

Hal ini dilakukan oleh pemerintah Hong Kong agar ekonomi tetap berjalan. Carolus mengungkap, harga barang branded di Hong Kong hanya lebih mahal sedikit daripada Eropa. Seperti yang kita ketahui, banyak barang-barang branded yang berasal dari Eropa. 

“ Nggak pakai pajak, sini hanya lebih mahal sedikit daripada Eropa. Se Asia paling murah Hong Kong kalau barang branded,” lanjut Carolus.

Harga yang murah tersebut dan bebas pajak ternyata juga menjadi buruan orang-orang luar negeri untuk membeli barang branded di Hong Kong. Tidak terkecuali orang Indonesia. Di mana selisihnya saja, lanjut Carolus, bisa digunakan untuk membeli tiket ke Hong Kong.

7 dari 7 halaman

“ Banyak orang Indonesia yang ke Hong Kong, dia (orang Indonesia) memang biasa beli barang LV, beli produk yang sama contohnya tas. Beli di sini (Hong Kong) sama beli di Singapura atau Indonesia selisihnya sudah cukup untuk bayarin tiket ke Hong Kong. Jadi selisih segitu kenapa tidak terbang ke Hong Kong,” ungkapnya.

barang branded

Ketika Dream berkeliling memasuki kawasan mal di area dalam (bukan di pinggir jalan), nampak ada orang Indonesia yang membeli barang branded di sebuah toko, didengar dari bahasa Indonesia yang mereka ucapkan.

Beri Komentar