G-20 Bebaskan Utang Negara Miskin Terdampak Corona

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Kamis, 16 April 2020 19:36
G-20 Bebaskan Utang Negara Miskin Terdampak Corona
Negara-negara miskin dibebaskan dari bayar utang selama setahun.

Dream – Negara-negara dengan perekonomian terbesar dunia, G-20 memutuskan untuk membebaskan pembayaran utang bagi negara-negara termiskin di dunia selama satu tahun. Keputusan ini dilakukan agar negara-negara tersebut bisa fokus pada perjuangan menghadapi pandemi virus corona.

Dikutip dari Liputan6.com yang melansir AFP, Kamis 16 April 2020, anggota G20 juga menegaskan kembali komitmennya mengerahkan semua alat kebijakan yang tersedia untuk menangani krisis kesehatan dan ekonomi yang disebabkan COVID-19.

Dengan lebih dari dua juta kasus dan kematian mendekati 130 ribu di seluruh dunia, banyak dari negara-negara kurang berkembang menghadapi beban terberat. Negara tersebut tidak memiliki kekuatan dana belanja untuk menangani pengobatan dan ekonomi yang terpuruk akibat langkah lockdown yang mereka diberlakukan untuk menahan virus.

Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 dikatakan mendukung penghentian pembayaran utang untuk negara-negara termiskin. Dikatakan pula jika semua kreditor resmi bilateral akan berpartisipasi dalam inisiatif ini.

" Negara-negara miskin tidak perlu khawatir tentang pembayaran selama 12 bulan ke depan," ujar Menteri Keuangan Saudi Mohammed Al-Jadaan, yang saat ini memimpin G-20.

Inisiatif ini akan menyediakan hampir USD 20 miliar likuiditas langsung, bagi negara-negara miskin untuk digunakan sebagai dana sistem kesehatan. " Dan mendukung mereka menghadapi COVID-19," kata Mohammed Al-Jadaan dalam konferensi pers.

" G20 menaruh uang kami di tempat yang kami tuju, dan berkomitmen untuk lebih mendukung dunia saat menghadapi pandemi ini," kata Al-Jadaan.

1 dari 3 halaman

Imbauan IMF dan Bank Dunia

Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia sebelumnya telah menyerukan kepada pemerintah untuk memberikan keringanan utang kepada negara-negara yang paling membutuhkan.

Para menteri keuangan dari Kelompok G-7 yang berisi negara maju sepakat untuk melakukannya. Ini juga meliputi meliputi dukungan China dan Rusia.

Para pemimpin IMF dan Bank Dunia menyambut pengumuman itu. Lembaga ini menyebutnya sebagai " inisiatif yang kuat dan tindakan cepat yang akan memberikan banyak hal untuk melindungi kehidupan dan mata pencaharian jutaan orang yang paling rentan."

Pemberi pinjaman yang berbasis di Washington telah bergegas untuk menggelar pembiayaan darurat dan telah menerima permintaan bantuan dari 100 negara.

IMF memiliki kapasitas pinjaman USD 1 triliun dan telah menggandakan fasilitas pembiayaan daruratnya. Lembaga ini juga fokus pada negara-negara termiskin yang membutuhkan bantuan paling lunak.

" Target kami adalah melipattigakan apa yang kami lakukan untuk negara-negara ini," ujar Kepala IMF, Kristalina Georgieva.

2 dari 3 halaman

Kreditor Swasta

G-20 juga meminta kreditor swasta, bekerja melalui Institute of International Finance, untuk berpartisipasi dalam inisiatif yang meluas ke 76 negara termiskin di dunia. Negara yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pembiayaan lunak dari International Development Association (IDA).

IMF menyebut krisis ekonomi sebagai penguncian besar-besaran. Lembaga ini juga memperingatkan pandemi akan memangkas USD 9 triliun pertumbuhan global karena ekonomi dunia terkontraksi tiga persen pada tahun ini. Ini merupakan penurunan paling parah sejak Depresi Hebat pada 1930-an.

Situasi ini bisa menjadi jauh lebih buruk jika pandemi ini bertahan hingga paruh kedua tahun ini atau bangkit kembali.

3 dari 3 halaman

20 Negara Siap Perangi Virus Corona

IMF memperkirakan 20 negara telah berkomitmen menyiapkan sekitar US$8 triliun (Rp124.806,4 triliun) untuk memerangi virus dan menyediakan jalur ekonomi bagi rumah tangga dan perusahaan yang berjuang untuk mengatasi krisis.

Dana lebih besar dinilai akan diperlukan lebih banyak untuk memulai kembali ekonomi global setelah pandemi telah berlalu.

" Ketika pandemi terus berlanjut di seluruh dunia, berapa banyak lagi yang akan " tergantung pada seberapa efektif langkah-langkah itu, dan seberapa cepat virus terhenti," kata Georgieva.

(Sumber: Liputan6.com/Nurmayanti)

Beri Komentar