Gara-gara Corona, Harta Bos Louis Vuitton Anjlok Rp448 Triliun

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Kamis, 14 Mei 2020 08:21
Gara-gara Corona, Harta Bos Louis Vuitton Anjlok Rp448 Triliun
Mayoritas butik fesyen milik grup LVMH tutup akibat pandemi Covid-19.

Dream – Pandemi corona membuat miliarder kebangsaan Perancis, Bernard Arnault, tekor. Kekayaan pemilik brand Louis Vuitton, LVMH Group ini melorot hingga ratusan triliun rupiah.

Dikutip dari Liputan6.com yang melansir Indian Express, Kamis 14 Mei 2020, kekayaan Arnault anjlok 19 persen tahun ini, dan hartanya ambles US$30 miliar atau kurang lebih Rp448 triliun (estimasi rupiah 14.935 per dolar AS), menurut data Bloomberg Billionaire Index.

Per 6 Mei yang lalu, Arnault kehilangan jumlah uang yang sama dengan jumlah uang yang justru diraup miliarder Amazon, Jeff Bezos di masa pandemi.

Keluarga Arnault sudah memulai menjalankan bisnis fesyen sejak 1980. Salah satu merek kenamaan mereka, Louis Vuitton, memiliki profit margin sebesar 45 persen.

Merek produk fesyen dan gaya hidup yang dikelola group LVMH khusus diperjualbelikan untuk para orang kaya, yang hendak menghabiskan uang mereka untuk barang mewah.

1 dari 5 halaman

Mayoritas Toko Tutup Akibat Corona

Namun sejak virus Corona menyebar, semua tak sama lagi. Hampir sebagian besar butik fesyen milik LVMH tutup dalam jangka waktu lebih dari sebulan.

Kegiatan " orang kaya" seperti fashion show yang diiringi pesta, kehidupan malam yang mewah dan restoran mewah tutup karena physical distancing harus diterapkan.

Parahnya, di tengah kondisi demikian, Arnault juga harus membayar USD 16 miliar untuk proses akuisisi perusahaan perhiasan, Tiffany & Co.

" Virus Corona adalah badai sempurna untuk menghancurkan bisnis fesyen dan perhiasan," kata pemilik lembaga konsultasi Ortelli & Co. in London, Mario Ortelli.

Untuk menjaga agar bisnis tetap bertahan hidup, perusahaan berencana memangkas 30 hingga 35 persen belanja modal mereka tahun ini dan menunda pembukaan toko baru serta renovasi outlet.

Outlet Sephora (salah satu merek kosmetik LVMH) di Amerika juga sudah memangkas 3.000 pekerja pada awal April lalu.


(Sumber: Liputan6.com/Athika Rahma) 

2 dari 5 halaman

Demi Selamatkan Bisnis, Miliarder Jual Saham Perusahaan Antariksa Rp7,5 Triliun

Dream – Pendiri Virgin Group, Richard Branson, berencana melepas saham perusahaan ruang angkasa, Virgin Galactic. Nilainya saham yang akan dijual itu mencapai US$504,5 juta atau sekitar Rp7,56 triliun.

" Virgin bermaksud menggunakan hasil apapun untuk mendukung portofolio bisnis liburan dan perjalanan global yang terdampak COVID-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata perusahaan dikutip dari Liputan6.com, Selasa 12 Mei 2020.

Penjualan hingga 25 juta lembar saham biasa Virgin Galactic akan dilakukan secara bertahap melalui transaksi broker biasa.

Saham yang ditawarkan hanya mewakili di bawah 22 persen dari total saham Virgin Galactic milik Branson. Nilai total saham mencapai US$2,32 miliar (Rp34,61 triliun), di mana harga per saham US$20,18 (Rp301.067) per saham.

 

 

Maskapai penerbangan Virgin Group, menjadi salah satu yang terpukul penurunan tajam pada industri penerbangan imbas pandemi Virus Corona. Bulan lalu, Branson mengatakan Virgin Atlantic dan Virgin Australia akan membutuhkan pinjaman pemerintah.

Bahkan, maskapai penerbangan asal Inggris Virgin Atlantic memutuskan untuk memangkas 3.150 pekerja dan menghentikan beberapa penerbangan imbas pandemi Corona yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

CEO Virgin Atlantic, Shai Weiss menyatakan, selama 36 tahun beroperasi, maskapai tidak pernah menghadapi situasi seperti Covid-19 dimana hampir seluruh sektor mengalami kehilangan yang luar biasa besar.

Maskapai mengatur ulang strategi untuk mempertahankan kelangsungan bisnis dengan mengurangi biaya operasional dan menumpuk uang tunai.

" Sangat krusial karena kita bisa mengembalikan keuntungan di tahun 2021. Ini berarti kita harus mengambil langkah untuk membentuk ulang Virgin Atlantic. Saya harap bukan itu masalahnya, tapi kami benar-benar harus mengurangi pekerja," kata Weiss.

(Sumber: Liputan 6.com/Nurmayanti)

3 dari 5 halaman

Streaming dan Game Online Melonjak Pas Wabah Corona, Pria Ini Jadi Miliarder

Dream – Kebijakan kerja dari rumah (work from home/WFH) menjadi “ ladang uang” bagi segelintir orang. Selain pemilik aplikasi vdeo coneference zoom, wabah Covid-19 juga telah membawa tumpukan uang buat CEO Cloudflare Inc, Matthew Prince.

Dikutip dari Liputan6.com, Selasa 12 Mei 2020, saham perusahaan Cloudflare mendadak melonjak sebelum laporan keuangan perusahaan ditutup.

 

 

Nilai saham perusahaan asal San Fransisco, Amerika Serikat tersebut naik 14 persen menjadi US$28,52 (Rp424.441) per lembar, membuat kekayaan Matthew menyentuh angka US$1,08 miliar (Rp16,07 triliun), demikian laporan Bloomberg Billionaires Index.

" Cloudflare menjadi penyedia layanan steeaming, gaming dan e-commerce ketika orang-orang melakukan kegiatannya dari rumah," kata analis Bloomberg Intelligence Mandeep Singh.

4 dari 5 halaman

Saham Meroket hingga 90 Persen

Sejak IPO pada September lalu, nilai saham perusahaan tercatat melonjak 90 persen. Cloudflare dikenal akan penyediaan jaringan dan manajemen trafik yg memungkinkan situs cloud-based beroperasi dengan lebih efektif.

Matthew yang membantu peluncuran perusahaan di tahun 2009 memiliki saham sekitar 12,5 persen, sedangkan Co-foundernya Michelle Zatlyn memiliki saham 4,8 persen.

Ketika diimintai keterangan mengenai kejelasan status miliarder Matthew, juru bicara Cloudflare Daniella Vallurupalli belum memberikan komentar dan respon apapun.

5 dari 5 halaman

Bergabung dengan Jeff Bezos dan Eric Yuan

Dengan demikian, Matthew turut bergabung dengan jajaran miliarder yang tambah kaya selama pandemi Corona selain CEO Amazon Jeff Besoz, CEO Netflix Reed Hastings dan CEO Zoom Eric Yuan, yang kekayaannya naik dua kali lipat tahun ini menjadi US$7,8 miliar (Rp116,07 triliun).

Sementara dalam penutupan perdagangan, Cloudflare diprediksi meraup keuntungan US$87 juta (Rp1,29 triliun) pada kuartal I tahun ini, naik 41 persen dari tahun sebelumnya, demikian menurut analis dalam survey Bloomberg.

(Sumber: Liputan6.com/Athika Rahma)

Beri Komentar