Gubernur BI: Jangan Lihat Kurs Rp15 ribu Seperti Sudah Kiamat

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Rabu, 3 Oktober 2018 19:15
Gubernur BI: Jangan Lihat Kurs Rp15 ribu Seperti Sudah Kiamat
Gubernur BI meminta untuk membandingkan kondisi rupiah dengan mata uang negara lainnya.

Dream – Data kurs dollar AS acuan Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) akhirnya mencatat rupiah menembus level Rp15 ribu. Pelemahan mata uang terhadap dollar AS tak hanya dialami oleh Indonesia, tapi juga mata uang negara lain.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, meminta masyarakat melihat pelemahan mata uang nusantara ini lebih rasional. Publik diajak membandingkan kondisi rupiah dengan kurs semua negara yang juga terdepresiasi terhadap dollar AS.

“ Jangan kita melihat kalau Rp15 ribu sudah kiamat,” kata Perry di Jakarta, dilansir dari Liputan6.com, Rabu 3 Oktober 2018.

“ Tingkat pelemahannya seperti apa Rp14 ribunya, Rp15 ribunya, dan juga naik turunnya.” 

Di Asia, lanjut dia, depresiasi rupiah tak sedalam mata uang negara lainnya. Hanya mata uang baht Thailand yang cenderung stabil terhadap dolar AS.

“ Tingkat pelemahan rupiah 9,82 persen dari akhir Desember 2017 sampai sekarang. Kami membandingkan dengan Thailand. Surplus mereka US$54 miliar (Rp813,98 triliun),” kata dia.

Kalau dibandingkan dengan India, nilai tukar rupee melemah 12,4 persen terhadap dolar AS. Peso Filipina melemah 8,2 persen.

“ Lah wong mereka tahun lalu surplus, baru sekarang saja defisit. Apalagi dengan China yuan (yang) justru melemahkan nilai tukarnya,” kata dia.(Sah)

1 dari 1 halaman

Rupiah Masih Terjaga

Perry mengatakan nilai tukar rupiah masih terjaga dengan baik. Tinggal menentukan langkah apa yang perlu diambil untuk memperbaiki hal ini.

“ Kalau dilihat, suhu panas kita dibandingkan dengan negara lain masih terjaga. Kita bandingkan Turki, Brasil, Afrika Selatan, Indonesia, India, Filipina, Tiongkok dan Thailand. Turki pelemahannya 37,7 persen, Brasil 17,6 persen, Afrika Selatan 13,8 persen, India 12,4 persen, Indonesia 9,8 persen, Filipina 8,2 persen, Tiongkok 5,3 persen, Thailand 0,6 persen,” kata dia.

(Sumber: Liputan6.com/Septian Deny)

Beri Komentar