Ilustrasi (Moschaict.com)
Dream - Serbuan begitu banyak produk asing, termasuk produk busana muslim yang harganya relatif murah, tidak menciutkan semangat bisnis para desainer busana muslim tanah air. Mereka tetap giat mengembangkan busana muslim asli Indonesia.
Dian Pelangi adalah salah satu desainer yang bersemangat itu. Wanita berusia 23 tahun ini yakin busana muslim ciptaannya bisa bersaing dengan produk asing di pasar dalam negeri.
" Tidak takut, karena kita punya plus minus. Untuk itu, kita terus berinovasi," tegasnya di Jakarta, 25 Juni 2014.
Yakin bisa bersaing, lanjut Dian, karena anak muda Indonesia telah memiliki kebanggan tersendiri menggunakan desain dalam negeri. " Kita peercaya diri, kita pakai, dan kita bangga," tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Ria Miranda. Desainer asal Minang ini mengungkapkan bahwa produk hasil desainer Indonesia memiliki kelebihan dibandingkan produk asing. Pasalnya, desain asli Indonesia tidak perlu tambahan modifikasi untuk disesuaikan dengan budaya dan kondisi negara ini.
" Kalau buatan sini kan bahannya juga adem karena menyesuaikan dengan cuaca Indonesia, jadi tidak perlu ditambah dengan manset atau apapun supaya bisa tertutup semua," jelasnya.
Lalu, bagaimana tanggapan para desainer muda ini terhadap persaingan dengan desainer manca negara yang kini juga sudah mulai merambah untuk merancang busana muslim?
" Untuk go internasional, Dian membuat desain yang disesuaikan dengan daerah masing-masing, seperti untuk Timur Tengah, Asia dengan jenis yang lebih simpel, Eropa dan Amerika bisa dengan jaket-jaket untuk musim dingin, jadi disesuaikan," papar Dian Pelangi.
Ria Miranda juga mengaku siap bersaing dengan desainer asing karena memiliki kualitas produk yang bisa diakui di dunia internasional.
" Kualitas kita perketat karena banyak yang membeli karena melihat kualitas. Kami perkuat di bahan, jahitan, desain yang inovatif dan bikin tren baru," paparnya.
Dalam mengembangkan bisnis busana muslim ini ke depan, Dian dan Ria mengungkapkan beberapa kendala yang bisa menghadang.
" Kendala kita di SDM-nya, nanti habis puasa saya akan fokus untuk mencari pekerja di sektor ini," jelas Dian.
Sementara Ria mengaku kendala bisnisnya lebih kepada pencarian bahan.
" Saya ingin menggunakan kain-kain lokal, tetapi masih susah untuk ke pengrajin lokal di daerah-daerah. Hal ini supaya bisa bersaing di luar negeri. Saat ini masih menggunakan kain asal Sumatera Barat," katanya.
Advertisement
Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu

Celetukan Angka 8 Prabowo Saat Bertemu Presiden Brasil

Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini



IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan Tubuh

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu