Ilustrasi Turis Muslim.
Dream – Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat bakal memukul sektor pariwisata negara tersebut. Setidaknya jumlah turis itu bekurang dari pelancong muslim yang bakal berpikir dua kali berlibur ke Negeri Paman Sam tersebut.
Kekhawatiran itu muncul seiring meningkatnya gejala Islamofobia dan tindakan kriminal terhadap penduduk Muslim.
Pakar travel wisatawan Muslim di DinarStandard Senior Associate, Reem El Shafaki, mengatakan Islamofobia menjadi tema sepanjang pemilihan presiden Amerika Serikat. Pilpres ini pun juga berkontribusi atas insiden kekerasan terhadap orang Muslim pada tahun ini yang jumlahnya hampir 200 iniden.
Tingginya angka ini mempengaruhi minat turis Muslim untuk berkunjung ke negara Paman Sam tersebut.
“ Kami sering melihat ada travel warning ke negara-negara yang terjadi aksi terorisme. Tapi, ini pertama kalinya kami melihat ada travel warning dari Uni Emirat Arab dan Bahrain ke Amerika Serikat pasca kekerasan terhadap Muslim,” kata El Shafaki, dilansir dari Salaam Gateway, Selasa 15 November 2016.
Dia mengatakan pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) meminta warganya yang hendak berkunjung ke AS agar tidak mengenakan pakaian tradisional. Imbauan ini dikeluarkan setelah munculnya kasus penodongan terhadap seorang warga UEA di Ohio, AS. Kala itu, dia mengenakan baju tradisional Uni Emirat Arab dan menelepon dengan bahasa Arab.
Sementara itu, co-founder Muslim Travelers, Huda Khalid dan Zain Haq, mengaku sering mendapatkan pesan singkat dari Muslimah berhijab yang ingin bepergian ke AS. Mereka kerap bertanya apakah AS aman bagi mereka yang berhijab.
“ Respons kami adalah ada jutaan orang Islam yang tinggal di AS dan mayoritas warganya sangat berpikiran terbuka dan ramah, terutama di kota-kota besar seperti New York, Los Angeles, dan San Fransisco. Mereka ingin menghindari kota-kota kecil dan area pedesaan,” kata Khalid.
Haq menambahkan jumlah wisatawan mancanegara Muslim ke Amerika Serikat turun 2,3 persen dan pengeluarannya turun 0,8 persen selama 10 bulan pertama. Dia mengatakan Pilpres memperparah penurunan wisatawan Muslim.
“ Terlepas dari siapa pun presidennya, Muslim di seluruh dunia tidak merasa aman ketika berwisata ke Amerika Serikat, terlebih dengan adanya retorika anti-Muslim dari Donald Trump dan popularitasnya,” kata dia.
© Dream
El Shafaki mengatakan satu perusahaan travel mengubah portofolio bisnis. Awalnya, mereka ingin menambahkan AS sebagai salah satu negara tujuan wisata. Tapi, keinginan itu ditahan.
CEO CrescentRating, Fazal Bahardeen, mengatakan hanya sedikit persentase Muslim yang berkunjung ke AS. Bahardeen berharap pilpres tidak membuat penurunan jumlah turis semakin menurun.
“ Orang Muslim tidak bisa berbelanja di AS bukan berarti mereka tidak bisa berbelanja. Banyak negara yang mau menerima turis Muslim,” kata dia.
Menurut Bahardeen, hanya 2 persen orang Muslim yang berwisata ke AS. Pada 2014, jumlah turs sebesar 2,6 juta orang dan pengeluarannya sebesar US$8 miliar (Rp106,45 triliun). Pada 2020, angkanya akan meningkat 4,5 juta orang dan jumlah pengeluarannya akan meningkat US$13 miliar (Rp172,98 triliun).
(Sah/salamgateway.com)
Advertisement
Celetukan Angka 8 Prabowo Saat Bertemu Presiden Brasil

Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini

Kasus Influenza A di Indonesia Meningkat, Gejalanya Mirip Covid-19

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya
