Foto : KCNA VIA KNS
Dream - Korea Utara dikenal sebagai negara yang tertutup, bahkan terisolir, dari kehidupan global. Semenjak pandemi Covid-19, Korea Utara semakin menutup rapat negaranya untuk menghindari jangkitan virus corona.
Namun baru-baru ini sebuah pernyataan mengejutkan disampaikan oleh pemimpin yang terkenal dengan aturannya yang begitu ketat, Kim Jong Un. Pemimpin tertinggi Korut itu menyampaikan bahwa negaranya mengalami krisis pangan.
Kabarnya, akibat krisis pangan itu harga-harga kebutuhan melonjak tajam. Harga pisang di Korut melonjak hingga Rp650 ribu per kilogramnya. Untuk memenuhi kebutuhan dan menjaga kestabilan bahan pangan di Korut, akhirnya pemerintah memutuskan menggantungkan harapan pada China, melalui kerja sama.
Dilansir Businessider, Kim Jong Un menyampaikan bahwa sektor agrikultur di Korea Utara telah gagal memenuhi target kecukupan pangan akibat badai angin topan yang terjadi pada tahun lalu. Badai tersebut juga dikabarkan menyebabkan banjir yang merusak banyak wilayah pertanian sehingga menyebabkan gagal panen terjadi di mana-mana.
“ Kondisi stok bahan pangan untuk masyarakat kini semakin tertekan,” kata Kim Jong Un.
Akibatnya, harga makanan di Korut terus meroket. Bahkan sebuah laporan menyampaikan bahwa harga satu kilogram pisang dibanderol mencapai US$45 atau setara Rp 647.831 ( 1 dollar AS = 14.396). Satu kilogram adalah berat sekitar tujuh pisang, yang berarti setiap pisang kemungkinan besar harganya lebih dari US$ 6,40 atau Rp92.136.
Sementara itu, harga sebungkus kopi dibanderol US$100 atau sekitar Rp1,4 juta. Sepaket teh hitam US$70 atau sekitar Rp1 juta.
Selain kekurangan pangan, warga Korut juga kekurangan peralatan pertanian. Warga bahkan harus menyerahkan 2 liter urine untuk diolah menjadi pupuk.
Akibat kegagalan tersebut, Korea Utara hanya bisa menggantungkan harapannya pada kerjasama terhadap China. Selama ini, Korut bergantung pada China dalam hal makanan, pupuk dan bahan bakar. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan sanksi internasional.
Dimana Korea Utara kesulitan mendapatkan bantuan dari negara-negara lainnya karena sanksi yang tengah mereka terima akibat program nuklir yang dilaksanakan.
Kondisi stok pangan di Korea Utara ini sebenarnya juga telah menjadi perhatian banyak negara. Awal bulan ini, Tomas Ojea Quintana, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Korea Utara, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa mereka harus mempertimbangkan untuk mencabut sanksi terhadap negara tersebut.
Menurut Quintana, pandemi Covid-19 dan pembatasan ketat yang diberlakukan di negara itulah yang menyebabkan krisis pangan. Seperti kita ketahui, semenjak pandemi Covid-19 berlangsung di hampir seluruh dunia, Korea Utara menutup rapat-rapat negaranya untuk menghindari jangkitan Covid-19 menyebar di negara tersebut.
Kim Jong Un sangat jarang mengakui kondisi krisis di Korea Utara. Karena itulah, tampaknya situasi di negara tersebut sedang benar-benar buruk. Kim juga menggambarkan upaya melawan pandemi Covid-19 sebagai " perang yang berlarut-larut" .
Hingga saat ini laporan terkait adanya permasalahan kelaparan yang memakan korban jiwa masih belum dilaporkan dengan angka yang pasti. Negara tersebut diperkirakan akan kekurangan makanan 1,35 juta ton tahun ini. Sementara itu, Korea Utara membutuhkan sekitar 5,75 juta ton makanan setiap tahun untuk memberi makan rakyatnya.
Sumber : Businessider dan Berbagai Sumber
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Diterpa Isu Cerai, Ini Perjalanan Cinta Raisa dan Hamish Daud
AMSI Ungkap Ancaman Besar Artificial Intelligence Pada Eksistensi Media