Model Muslim Dikontrak Cuma Buat Bersikap Manis?

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Senin, 29 Januari 2018 12:15
Model Muslim Dikontrak Cuma Buat Bersikap Manis?
Mereka tak mau modelnya memiliki kebebasan berpendapat?

Dream – Ketika beauty blogger berhijab, Amena Khan, ditawari menjadi model perawatan rambut, perusahaan kosmetik yang mengontraknya mendapatkan banyak pujian. Perusahaan kosmetik ini mengklaim mengusung keberagaman.

Empat hari kemudian, Amena mengundurkan diri karena mengunggah serangkaian tweet yang mengkritik Israel empat tahun yang lalu.

“ Perusahaan berkomitmen untuk toleransi dan menghargai semua orang. Kami setuju dengan keputusannya untuk mundur dari kampanye,” tulis manajemen perusahaan, dilansir dari Hufftington Post, Senin 29 Januari 2018.

Keputusan itu tergolong bertolak belakang dengan langkah sebagian besar merek dan perusahaan yang mulai membidik konsumen wanita Muslim, terutama wanita Muslim berhijab. Misalnya, ProHijab yang dikeluarkan Nike untuk atlet wanita dan Barbie berhijab keluaran Mattel.

Tapi, mengapa wanita Muslim harus punya aturan sendiri untuk berpendapat tentang topik kontroversial?

Pendiri MuslimGirl.com, Amani Al-Khatahbeh, mendapatkan penghargaan dari Revlon, yaitu Changemaker Award karena telah memberikan advokasi terhadap wanita Muslim. Tapi Amani menolak penghargaan dengan alasan perusahaan tidak inklusif alias mengangkat semua wanita, termasuk wanita Muslim. Dia mencontohkan Gal Gadot—ambassador merek Revlon untuk kampanye Live Boldly. Gal bersuara lantang tentang konflik Israel-Palestina, tapi Revlon tidak berbuat apa-apa.

Hal ini menunjukkan representasi Muslim di media mainstream masih rendah dan tak jarang mereka diasosiasikan sebagai teroris dan perang. Berita-berita soal orang Muslim juga memuat unsur negatif. Cerita tentang wanita Muslim juga fokus pada penindasan atau perusahaan yang menampilkan wanita Muslim untuk memajukan estetika keberagaman. Tapi, kebebasan berpendapat mereka hilang dan wanita Muslim didorong untuk memperhatikan “ pidatonya”.

Salah satu pendiri Amaliah.com—perusahaan yang bertujuan untuk memperkuat suara wanita Muslim—Nafisa Bakkar, mengatakan ada perlakuan tak adil terhadap wanita Muslim dan non-Muslim. Tak ada toleransi kesalahan yang diberikan oleh wanita Muslim jika mereka berbuat salah.

“ Wanita dan pria kulit putih diizinkan untuk meminta maaf dan mengembalikan karier mereka ke jalur semula. Minoritas? Di sisi lain (diberi) kartu merah dan Anda keluar,” kata Nafisa.

Dia berkata menunjuk wanita berhijab untuk merambah konsumen wanita Muslim memang sejalan dengan mengusung keberagaman. Tapi, keberagaman tidak berlaku jika mereka tidak diberikan kebebasan berpendapat.

“ Terlalu sering wanita Muslim digunakan untuk estetika. Ketika pencarian model untuk keberagaman, Anda mencari orang yang hanya duduk manis,” kata Nafisa.

(Sah)

 

Beri Komentar