Saham Tambang Berjaya, Indeks Syariah Lanjut Menguat

Reporter : Syahid Latif
Senin, 20 Juni 2016 16:25
Saham Tambang Berjaya, Indeks Syariah Lanjut Menguat
Hati-hati, asing berbalik arah dengan melakukan aksi jual bersih.

Dream - Masih adanya dampak sentimen positif penurunan LTV Bank Indonesia membuat indeks syariah melanjutkan penguatannya. Rebound pada harga minyak dunia juga mendorong saham-saham sektor pertambangan bergerak menguat.

Namun penguatan ini dibayangi dengan aksi jual investor asing. Di awal pekan ini, asing justru berbalik melakukan aksi jual saham dengan nett sell Rp 268 miliar.

Pada penutupan perdagangan harian Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 20 Juni 2016, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menguat 0,850 poin (0,53%) ke level 160,801.

Indeks saham bluechips syariah, Jakarta Islamic Index (JII) juga menanjak 4,359 poin (0,66%) ke level 666,912.

Meski ditutup menguat, laju dua indeks saham syariah ini tak sepenuhnay mulus. ISSI sempat tertekan dan melemah ke level terendah di 159,562. Posisi tertinggi ISSI sendiri baru dicetak di sesi penutupan.

Aksi jual beli saham syariah kali ini mencapai Rp 3,12 triliun dengan 27,32 miliar saham yang berpindahtangan. Aksi beli mendorong 116 emiten syariah ditutup menguat. Sementara 60 lainnya tertekan aksi jual dan 49 emiten bertahan stagnan.

Emiten sektor pertambangan memimpin penguatan dengan melesat 2,52 persen. Dikuti emiten industri aneka yang naik 1,81 persen, dan properti 1,00 persen.

Satu-satunya indeks sektoral yang ditutup melemah adan infrastruktur yang turun 0,35 persen.

Saham-saham bluechips syariah pencetak top gainer di awal pekan ini adalah PTBA yang naik Rp 475, LPPF Rp 275, SILO Rp 200, AKRA dan ICBP masing-masing Rp 175 per saham.

Sementara tiga emiten keping biru syariah yang dilanda tekanan jual adalah UNTR yang turun Rp 200, SCMA Rp 40, dan TLKM Rp 40 per saham.

Di pasar keuangan, kurs rupiah sepanjang hari ini bergerak menguat. Rupiah menutup perdagangan sore hari dengan menguat 78 poin (0,58%) menjadi 13.261 per dolar AS.

Beri Komentar