Ilustrasi Gaji. (Foto: Shutterstock)
Dream – Banyak orang stres berat saat pendapatan bulanan berkurang signifikan secara tiba-tiba. Mereka yang tadinya memiliki sisa uang lebih di akhir bulan harus putar otak agar bisa menambal kekurangan.
Penelitian terbaru dari Circulation American Heart Association belum lama ini menemukan dampak lebh para pada orang-orang yang pendapatan berkurang. Tak cuma stres, risiko penyakit jantung atau kematian dini ternyata bisa meningkat karena kondisi ini.
Dikutip dari studyfinds.org, Senin, 6 Februari 2019, para peneliti mengatakan individu yang mengalami penurunan gaji atau fluktuasi gaji, berisiko mati dua kali lebih cepat daripada yang tidak. Mereka juga berisiko terserang penyakit jantung.
Peningkatan risiko ini terjadi selama 10 tahun setelah pendapatan gaji turun drastis. Studi ini menemukan wanita dan orang-orang Afro Amerika lebih mungkin mengalami volatilitas pendapatan ekstrem dan penurunan pendapatan daripada pria berkulit putih.
Asisten professor di University of Miami Miller School of Medicine, Tali Elfassy, menjelaskan naik turunnya pendapatan menghadirkan ancaman kesehatan bagi masyarakat.
“ Hasil kami menyoroti perubahan negatif yang besar bisa merusak kesehatan jantung dan berkontribusi terhadap kematian dini,” kata Elfassy.
Elfassy mengatakan peningkatan ketimpangan pendapatan baru-baru ini di Amerika Serikat membuat sebagian besar populasi mengalami kesulitan ekonomi dan kemiskinan total.
Sementara kebanyakan orang biasanya mengalami perubahan dan pergeseran pendapatan selama masa hidup mereka, volatilitas pendapatan telah meningkat ke level tertinggi sejak 1980, menurut penelitian ekonomi.
Para peneliti menganalisis data dari studi Pengembangan Risiko Arteri Koroner pada Dewasa Muda (CARDIA) yang sedang berlangsung, yang mengikuti 3.937 orang di kota-kota ini, yaitu Birmingham-Alabama, Minneapolis-Chicago, dan Oakland- California.
Penelitian dimulai pada tahun 1990 dan melacak peserta antara usia 23 dan 35 ketika penelitian dimulai.
Data fluktuasi pendapatan menggunakan lima penilaian antara tahun 1990 dan 2005. Volatilitas pendapatan dicatat sebagai persentase perubahan pendapatan dari satu pengukuran ke pengukuran berikutnya.
Para penulis kemudian menganalisis kejadian kardiovaskular fatal dan non-fatal dan semua penyebab kematian di antara peserta antara 2005 dan 2015.
Para penulis mencatat bahwa temuan ini bersifat observasional dan tidak dapat menentukan penyebab yang menghubungkan volatilitas pendapatan dan kesehatan jantung.(Sah)
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!