Sundar Pichai, CEO Google Penganut Filosofi Kecoa

Reporter : Syahid Latif
Rabu, 9 September 2015 08:28
Sundar Pichai, CEO Google Penganut Filosofi Kecoa
Menjabat orang nomor satu Google, Sundar Puchai

Dream - Sundar Pichai membuat kejutan besar dalam dunia teknologi. Bila Anda tak mengenal sosok Pichai, dia adalah CEO baru perusahaan mesin pencari raksasa Google.

Berita seputar Sundar Pichai terus menjadi sorotan dunia setelah menjadi CEO Google.

Pengalaman masa kecil, sekolah, dan kuliahnya terus bergerak viral di dunia maya. Minimal setidaknya di negeri kelahirannya, India.

Alumnus universitas teknologi kenamaan dunia, MIT ini ternyata mempunyai filosofi hidup yang cukup aneh. Pichai ternyata mempunya teori kecoa sebagai pegangan hidupnya dalam proses pengembangan diri.

Berikut adalah filosofi kecoa Sundar Pichai seperti mengutip laman linkedin:

Di sebuah restoran, seekor kecoa tiba-tiba terbang dari suatu tempat dan hingga di pangkuan seorang wanita.

Dia mulai berteriak ketakutan.

Dengan panik menyerah wajah dan suara yang bergemetar, wanita itu mulai melompat, dengan kedua tangannya berusaha keras untuk menyingkirkan kecoa.

Reaksinya menular. Semua orang di sekitarnya ikut menjadi panik.

Wanita itu akhirnya berhasil mendorong kecoa pergi tapi...kecoa itu mendarat di wanita lain dalam kelompok.

Sekarang, giliran dari wanita lain dalam kelompoknya melanjutkan drama tersebut.

Sampai akhirnya seorang pelayan bergegas ke depan untuk menyelamatkan mereka.

Usai berkali-kali melompat, kecoa itu akhirnya hinggap di tubuh pelayan.

Pelayan berdiri kokoh, menenangkan diri dan mengamati perilaku kecoa di kemejanya.

Ketika dia cukup percaya diri, ia meraih itu dengan jari-jarinya dan melemparkannya keluar dari restoran.

Menyeruput kopi dan menonton hiburan itu, alam pikiran saya mengambil beberapa pemikiran dan mulai bertanya-tanya, apakah kecoa itu bertanggung jawab atas perilaku munafik mereka?

Jika demikian, mengapa pelayan tidak terganggu?

Pelayan itu menangani kecoa itu dengan sempurna, tanpa kekacauan apapun.

Jadi masalahnya bukan pada si kecoa. Tetapi ketidakmampuan orang-orang untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh kecoa, ya wanita itu.

Saya pun menyadari bukan teriakan ayah, atasan, atau istri yang mengganggu saya. Tapi ketidakmampuan saya untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh teriakan mereka yang mengganggu saya.

Bukan kemacetan lalu lintas di jalan yang mengganggu saya, tapi ketidakmampuan saya untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh kemacetan yang mengganggu saya.

Lebih dari itu, ini lebih mengenai reaksi saya terhadap masalah yang menciptakan kekacauan dalam hidup saya. 

(Ism)

Beri Komentar