Tiongkok Berpaling ke Keuangan Syariah Demi Kuasai Dunia

Reporter : Syahid Latif
Rabu, 23 September 2015 10:16
Tiongkok Berpaling ke Keuangan Syariah Demi Kuasai Dunia
Tiongkok ingin kembali menghidupkan Jalur Sutra yang menghubungkan Asia dan Eropa

Dream - Industri keuangan syariah semakin terkenal sering langkah Tiongkok yang ingin melebarkan pengaruhnya. Kini banyak bank Tiongkok yang mulai menjalin hubungan lebih erat dengan negara mayoritas muslim.

Dengan populasi muslim hanya 20 juta orang, Tiongkok memang kurang punya alasan untuk mengembangkan bank syariah di dalam negeri. Namun banyak alasan untuk Negeri Tirai Bambu ikut terlibat dalam berbagai sektor keuangan syariah di luar negeri.

Bahkan Tionkok ingin mempererat kerjasama perdagangan dengan negara Asia lewat strategi Satu Sabuk, Satu Jalur untuk membangun kembali Jalur Sutra yang menghubungkan Asia dan Eropa.

Jaringan ini termasuk masuk pada pasar inti syariah di kawasan Asia Tenggar dan Timur Tengah, dimana seperempat aset perbankan syariah ada di wilayah ini.

" Dengan Satu Sabuk, Satu Jalur, BUMN dan korporasi Tiongkok kini ingin juga mengeksplorasi keuangan syariah," kata Head of Consultancy Shariah Advisory Group yang berbasis di Hong Kong, Ben Ping Chung Cheung mengutip laman Zawya, Rabu, 23 September 2015.

Perusahaan ini kini menangani perusahaan konglomerat HNA Group, perusahaan pertama yang akan memperoleh pembiayaan syariah di dalam negeri. Dana sekitar US$ 150 juta akan disiapkan untuk membeli sejumlah kapal. " HNA juga berencana menerbitkan surat utang syariah di luar negeri," kata Cheung.

Sejumlah program keuangan syariah juga mulai dikembangkan korporasi Tiongkok. Ambil contoh, proyek jalur kereta di provinsi Shandong yang akan dibiayai dana sukuk US$ 4,7 miliar.

Jika sukses, sukuk kini akan masuk dalam penerbitan utang syariah terbesar.

Pada Juli lalu, perusahaan konsultan Silk Routes Financials mengaku telah mendapatkan proyek dari unit usaha Sinchuan Development Holding Co untuk menjadi konsultan penerbitan keuangan syariah.

" Sudah pasti ada momentum. Ini konsekuensi dari kerjasama dagang besar dan terus tumbuh antara Tiongkok dan Timur Tengah," kata mitra perusahaan hukum, Linklaters di Dubai, Jonathan Fried.

Kalai Pillay, kepala North Asia Industrial dari Fitch Ratings mengatakan perhatian utama kini tertuju apakah penerbitan sukuk bisa lebih murah.

" Sangat jelas, banyak perusahaan di Tiongkok yang memiliki jenis industri dan struktur yang cocok dengan model pembiayaan sukuk," ujarnya.

 

Beri Komentar