Tiru Cara Jepang Ini Jika Ekonomi RI Mau Selamat

Reporter : Kurnia
Senin, 24 Agustus 2015 18:01
Tiru Cara Jepang Ini Jika Ekonomi RI Mau Selamat
Masyarakat Indonesia yang terpecah usai reformasi 1998 tak bisa mengandalkan prisip kompetisi dalam membangun ekonominya.

Dream - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Firmanzah mengkritik pola pembangunan ekonomi nasional yang selalu berorientasi pada prinsip kompetisi. Indonesia seharusnya menganut prinsip Jepang yang sukses membangun negaranya. 

Prinsip persaingan saat ini dianggap tak cocok dilakukan di kala situasi pertumbuhan ekonomi yang melambat hingga 4,67 persen serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga menyentuh level Rp 13.888.

“ Kita perlu semangat kebersamaan untuk menyelesaikan masalah perlambatan ekonomi jangan menjadikan kompetisi sebagai satu satunya jalan untuk menyelesaikan masalah ekonomi,” ujar Firmanzah di Jakarta, seperti dikutip Dream, Senin, 24 Agustus 2015.

Menurut Firmanzah, prinsip pembangunan ekonomi secara kolaboratif inilah yang berhasil membawa Jepang menjadi negara maju. Setelah kalah telak dalam Perang Dunia II, Negeri Matahari Terbit ini mengumpulkan seluruh elemen masyarakat untuk bersatu padu membangun industrialisasi.

Indonesia, lanjut Frmanzah, sebetulnya pernah menerapkan prinsip kolaborasi kala menghadapi krisis moneter 2008. Kala itu pemerintah Indonesia mengumpulkan Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) untuk mendiskusikan jalan keluar dari krisis 

“ Saya ingat waktu itu yang diinginkan mereka adalah proteksi pada industri padat karya,” kata Firmanzah.

Mantan Dekan Fakultas Ekonomi UI ini menilai, pola pembangunan ekonomi secara kolaboratif seharusnya bisa diterapkan oleh Indonesia. Pascareformasi 1998, masyarakat Indonesia berkonversi menjadi masyarakat yang amat terfragmentasi.

Alhasil, ego sektoral lebih sering dikedepankan sehingga kesepakatan untuk kepentingan bangsa kerap tidak tercapai.

Secara ekonomi, penerapan model kolaborasi ini jugaa menguntungkan. “ Tingginya kolaborasi dan trust bisa mengurangi the cost of competition,” pungkas Firmanzah.

Beri Komentar