Film (4): Usai Hollywood, Terbitlah "Halalywood"

Reporter : Syahid Latif
Senin, 6 Oktober 2014 18:18
Film (4): Usai Hollywood, Terbitlah
Dimulai dari serangan teroris. Islamphobia merebak. Gerakan "Halalywood" menepis pandangan miring terhadap Islam.

Dream - Matahari tengah menikam di batas langit timur, Selasa 11 September 2001. Kala itu mendadak gemuruh terdengar dari pucuk menara Gedung World Trade Center (WTC) di Kota New York. Setiap orang yang mendongak langsung terbelalak. Melihat dua menara kembar pencakar langit itu ditabrak tanpa ampun oleh dua pesawat komersial. Simbol keperkasaan ekonomi Amerika Serikat yang tak pernah tidur itu pun tumbang. Runtuh seketika.

Di sudut lain, sebuah pesawat menerobos jantung pertahanan Paman Sam, Pentagon. Gedung di Arlington, Virginia, itu porak-poranda. Satu pesawat lagi yang diduga hendak menuju Gedung Putih di Washington DC, gagal mencapai sasaran. Pesawat yang diduga dibajak itu jatuh di Shanksville, Pennsylvania. Ribuan manusia tewas dalam rangkaian tragedi ini.

Jaringan Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden mengakui sebagai dalang di balik tragedi itu. Umat Islam pun terkena getah. Prasangka merebak. Islamophobia atau kecurigaan pada Islam menyebar ke mana-mana. Islam terus tersudut dengan informasi-informasi sesat akibat tragedi yang dikenal dengan sebutan 9/11 ini. Terlebih dengan perang yang dikobarkan Amerika dengan jargon melawan terorisme dunia.

Rona hitam wajah Islam membayang hingga ke dunia film. Hollywood yang menjadi motor film Amerika terpengaruh pula dengan suasana itu. Segaris dengan kebijakan negaranya, raksasa film dunia itu semakin gemar membuat cerita perang melawan terorisme. Plotnya hampir seragam. Amerika selalu menjadi jagoan. Kelompok Islam berada di seberang, sebagai teroris buruan.

Sekadar contoh, simaklah kisah The Kingdom. Film yang dirilis tahun 2007 itu dengan jelas menggambarkan keperkasaan the Federal Bureau of Investigation (FBI) melawan kelompok garis keras Islam. Dengan segala superioritasnya, FBI memburu kelompok teroris di Arab Saudi. Hanya dalam tempo tiga hari, tugas itu berhasil mereka tunaikan. Aparat Saudi digambarkan tak berdaya.

The Kingdom hanyalah satu di antara puluhan film Hollywood dengan pakem terorisme. Film-film semacam ini dinilai turut andil menambah keruwetan informasi soal dunia Islam. Bukannya meluruskan, malah semakin memperburuk citra kaum muslim di mata dunia.

Era " Halalywood"

Informasi yang tidak seimbang itu membuat sekelompok sineas muslim di Hollywood prihatin dan gerah. Mereka mulai menggagas cerita-cerita tandingan. Membuat plot berdasar informasi yang benar. Mereka ingin menyuguhkan wajah Islam yang sejuk, jauh dari kekerasan yang sebelumnya banyak dicitrakan. Inilah konsep “ Halalywood,” pencerahan baru bagi film-film Hollywood.

Halalywood Entertainment dimotori oleh Omar Regan. Aktor sekaligus komedian yang tampil dalam sejumlah film Hollywood, seperti Rush Hour 2. Dia telah meletakkan pondasi ‘film bersertifikat halal’ untuk kaum muslim. “ Tujuan utama di sini adalah memberi tahu masyarakat bahwa muslim bukanlah teroris,” kata Regan dikutip Dream dari The Arab American News.

“ Digambarkan sebagai teroris sungguh tidak menyenangkan. Itu yang dilihat semua orang pada berita dan orang menjadi diarahkan untuk berpikir itu. Kami ingin menunjukkan bahwa muslim merupakan manusia yang bisa tersenyum dan tertawa. Kami ingin menunjukkan bahwa tidak semua muslim adalah orang Arab dan tidak semua orang Arab adalah muslim,” tambah dia.

Dengan konsep itulah dia merancang ‘American Sharia’, film perdana “ Halalywood.” Film aksi-komedi yang dilempar ke pasar akhir Desember 2014 mendatang ini bercerita tentang dua detektif muslim pada kepolisian Amerika. Dengan tokoh Detektif Mohammed dan Abdul yang dibintangi bersama Baba Ali, Regan menampilkan sosok polisi humoris. Jauh dari kesan garang nan seram.

Regan benar-benar membanjiri film ini dengan pesan-pesan Islam. Melalui dua tokoh utama film ini, Regan menggambarkan bahwa kaum muslim merupakan warga yang setia pada negara, juga taat pada agama mereka. Tak ada sama sekali ajaran untuk berbuat jahat. Apalagi melawan negara.

Regan yakin “ Halalywood” akan sukses di masa datang. Apalagi dengan data bahwa daya beli kaum muslim di Amerika berkisar US$ 170 miliar atau sekitar  Rp 2.070 triliun. Dengan kekuatan itu, dia yakin kaum muslim bisa memproduksi dan memasarkan film-film “ Halalywood” yang tengah dirintis ini.

Untuk memproduksi ‘American Sharia’, Regan butuh dana US$ 250 ribu, atau sekitar Rp 3 miliar. Anggaran itu dia galang dari kaum muslim dari berbagai penjuru dunia melalui website. “ Apakah Anda ingin cerita kita disampaikan? Kekuatan Anda berada dalam dompet Anda,” demikian kampanye Regan di laman Kick Starter.

Dalam kampanye itu, Regan secara lengkap menyampaikan misinya dalam ‘American Sharia’. Dia ingin menampilkan cerita tentang Islam dari sudut pandang kaum muslim. Sehingga, tak ada lagi informasi-informasi miring tentang Islam yang menyesatkan.

“ Saya punya misi untuk bercerita dari sudut pandang muslim yang bisa dinikmati semua orang. Dalam film ini, kita melanggar hambatan, demistifikasi perspektif Islam dan penghilang mitos yang begitu umum dalam media populer,” tutur dia.

Regan optimis film besutannya ini laku keras. Jumlah kaum muslim yang lebih dari satu setengah miliar manusia menjadi pasar potensial untuk ‘American Sharia’ ini. “ Ada 1,6 miliar muslim di penjuru dunia, tapi kita sering hanya disuguhi cerita dari satu sisi,” ujar Regan.

Regan menambahkan, “ Halalywood Entertainment” juga akan berfungsi sebagai rujukan bagi aktor, sutradara, dan penulis muslim. Dia memastikan film-film yang diproduksi sangat bermanfaat untuk edukasi masyarakat dunia.

Seperti kata pepatah bijak, terkadang dari balik kehancuran terbit kebijaksanaan. Begitu juga dengan munculnya " Halalywood." Setelah menara kembar WTC runtuh, Islamphobia merebak di mana-mana. Pada saat itu pula gerakan film halal Amerika lahir. Memastikan pada dunia bahwa Islam adalah agama yang sejuk dan damai. (eh)

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More