Toorpakai Wazir (Women Muslim In Sport)
Dream - Inilah kisah hidup Maria Toorpakai Wazir. Bintang squash berbakat dengan karier internasional yang menjanjikan. Perempuan Pakistan ini harus menyamar menjadi laki-laki untuk meraih cita-citanya sebagai atlet squash dunia.
Toorpakai lahir di Waziristan, wilayah di Pakistan yang sangat konservatif. Tak seperti wilayah Pakistan yang lain, Waziristan terkenal dengan orang-orangnya yang masih kolot. Perempuan sangat dibatasi aktivitasnya.
Namun Toorpakai bukan perempuan lemah. Dia nekat bermain squash di daerah yang kebanyakan anak perempuannya dilarang meneruskan pendidikan setelah tamat pendidikan dasar. Segala upaya untuk menyiasati kondisi masyarakat yang konservatif itu.
" Saya seorang pejuang, saya lahir sebagai seorang pejuang, saya akan mati seperti seorang pejuang," tutur Toorpakai dikutip Dream dari Women Muslim in Sport, Selasa 9 September 2014.
Ketika berusia empat tahun, dia mengenakan pakaian kakak laki-lakinya. Memotong rambut dan membakar semua baju perempuannya. Semua dilakukan demi mimpi menjadi atlet squash. " Ayahku mulai tertawa dan berkata, 'ini dia kami punya Genghis Khan dalam keluarga'," kata dia.
Saat tumbuh dewasa, Toorpakai sering terlibat dalam perkelahian. Baginya, itu adalah bagaimana dia mencari teman. " Tangan, siku, lututku, selalu berdarah. Alis dan wajah selalu bengkak."
Sebelas tahun yang lalu, ketika Toorpakai berusia 12 tahun, ayahnya memutuskan untuk menyalurkan energi anaknya terhadap olahraga, khususnya angkat besi.
" Dia sedikit malu untuk memberitahu orang-orang bahwa aku adalah seorang gadis, maka dia berkata, 'ini anak saya dan namanya adalah Genghis Khan'," kata Toorpakai.
Setelah beberapa bulan, Toorpakai masuk turnamen angkat besi yang khusus diikuti oleh anak laki-laki. Meski bersaing dengan pria, Toorpakai yang masih menyamar itu akhirnya menang. " Memberinya nama palsu memungkinkan Toorpakai ambil bagian dalam segala jenis permainan yang diinginkannya," kata sang ayah, Shamsul Qayyum Wazir.
Kemudian, seseorang mengatakan kepada Shamsul, jika Toorpakai terus ikut angkat besi, dia akan jadi gadis yang pendek dan gemuk. Nasihat itu akhirnya membuat Shamsul berpikir ulang. " Maka saya mengarahkan kepada olahraga yang diminatinya saat ini, squash."
Squash memang menjadi olahraga yang populer di Pakistan. Negara ini telah menghasilkan banyak juara dunia. Perempuan juga memainkan squash, tapi tidak di Waziristan maupun wilayah kesukuan yang sangat konservatif lainnya.
Shamsul kemudian mendaftarkan Toorpakai ke akademi squash di Peshawar yang dijalankan oleh angkatan udara Pakistan. Pada satu atau dua bulan pertama, orang tidak menyadari Toorpakai adalah seorang gadis. Namun saat 'penyamarannya' terbongkar, pemain lainnya yang semuanya laki-laki mulai mengejeknya.
" Mereka sering menggodaku, menggunakan kata-kata yang buruk. Itu tak tertahankan dan tidak sopan - intimidasi ekstrem," tutur Toorpakai.
Namun dia tidak menyerah. Dia malah mengunci diri di lapangan squash dan bermain selama berjam-jam, dari pagi hingga sore. " Tanganku sampai bengkak, memar dan berdarah. Tapi aku masih terus bermain. Aku mengunci diri, mencoba untuk membuat pukulan saya sendiri, latihan saya sendiri. "
Kerja keras Toorpakai akhirnya terbayar. Dia memenangkan beberapa kejuaraan junior nasional dan menjadi pemain profesional pada tahun 2006. Tahun berikutnya dia menerima penghargaan dari presiden Pakistan.
Tapi perhatian ekstra dari masyarakat malah membawa kesulitan untuk keluarga. " Di daerah kami, anak perempuan bahkan tidak diperbolehkan untuk meninggalkan rumah keluarga mereka," jelas Shamsul.
" Mereka memakai hijab sepanjang waktu dan selalu disertai oleh anggota keluarga laki-laki. Ketika orang-orang melihat Toorpakai dan menyadari bahwa ia tidak memakai hijab dan memainkan squash dengan mengenakan celana pendek, mereka terkejut. Mereka mengatakan dia telah membawa aib kepada suku kami dan mereka mengkritik saya, " tambah Shamsul.
Bahkan keluarga Shamsul menerima ancaman yang ditempelkan di jendela mobil. Warga menyuruh putrinya berhenti bermain squash karena dinilai 'tidak Islami dan menentang tradisi kesukuan'. Jika tidak, maka akan ada 'konsekuensi'. Namun Shamsul berjanji jika putri-putrinya ingin mengejar karier di bidang olahraga, ia akan mendukung mereka.
Demi menjaga asetnya, Federasi Squash Pakistan memberi pengamanan ekstra kepada Toorpakai. Namun bagi Toorpakai, hal itu terlalu berlebihan. Karena itu dia kini berlatih di rumahnya. " Ruang latihan squash banyak dipenuhi kaca. Jika ada ledakan bom akan membunuh banyak orang yang tidak berdosa."
Berlatih di rumah membuat tangan dan siku Toorpakai luka. Melihat semangat putrinya, Shamsul hanya bisa berkata, " jika kamu ingin bermain squash, maka satu-satunya pilihan adalah meninggalkan negara ini."
Jadi setiap hari, selama tiga setengah tahun, Toorpakai mengirim email kepada klub, akademi, sekolah, perguruan tinggi dan universitas di Barat. Di semua tempat di mana dia bisa menemukan lapangan squash. Pada saat dia berusia 18 tahun, dia telah mengirim ribuan email. Salah satu email Toorpakai sampai kepada legenda squash Kanada, Jonathon Power.
Power baru saja pensiun dari sirkuit squash profesional dan telah mendirikan akademi tenis di Toronto. " Itu cukup aneh," katanya. " Saya mendapat email ini dari gadis muda ini, mengatakan di mana dia berasal, bahwa dia hanya berusaha untuk mengejar mimpinya dan menjadi pemain squash terbaik."
Power telah menghabiskan banyak waktu bermain di Pakistan, dan sangat dipengaruhi oleh pemain squash Pakistan. Tapi dia juga tahu kesulitan yang dihadapi oleh anak perempuan dan perempuan di negara ini. " Aku hanya tidak bisa mengerti bahwa ada seorang gadis dari bagian dunia ini adalah pemain squash," katanya.
Power mengetahui bahwa pada tahun 2009 Toorpakai berhasil menempati posisi ketiga di Kejuaraan Dunia Junior Wanita. " Saya pikir, 'Wow itu sebuah prestasi yang luar biasa.' Jadi saya pikir saya harus menemukan cara untuk membantunya."
Maka Power menjawab email Toorpakai dengan mengatakan bahwa ia ingin melatihnya squash di Kanada. Beberapa bulan kemudian, pada tahun 2011, Toorpakai tiba di Toronto dan mulai berlatih dengan Power.
Saat ini Toorpakai adalah pemain top wanita Pakistan dan peringkat wanita terbaik ke-49 di dunia. Power yakin bahwa Toorpakai akan menjadi pemain sukses. " Dia benar-benar memiliki bakat dan tekad untuk menjadi pemain terbaik di dunia," katanya.
Adapun ayah Toorpakai, ia tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya. " Pakistan dan seluruh dunia Muslim harus bangga padanya," kata Shamsul. (Ism)
Advertisement
Lowongan Secret Agent Inggris MI6 Diumbar di Instagram, Mau Jadi `James Bond` di Dunia Nyata?
7 Cara Mengajarkan Anak Mengenal Emosi Lewat Intonasi Suara agar Mudah Dipahami
Pengasuh Ponpes Al Khoziny yang Ambruk: Ini Takdir dari Allah
Resep Macaron Elegan yang Bikin Tamu Terkesan ala Bon Appétit Your Majesty
Ada Hadiah dari Dream.co.id dan Communifest di Hari Komunitas Nasional, Ikut Kuisnya Yuk!
5 Sumber Cuan Sabrina Chairunnisa, Istri Deddy Corbuzier di Tengah Isu Keretakan Rumah Tangga
Detik-detik Uya Kuya Kembali ke Rumah Usai Dijarah, Kondisinya Memprihatinkan
Keseruan Hairstyling Bareng Viva Cosmetics dan Remington di Campus Beauty Fair
Grab Dukung Kesetaraan Penyandang Disabilitas Lewat `Teman Setara`
Bayi Keluarkan Cairan di Payudaranya Mirip ASI? Ketahui Faktanya
Lowongan Secret Agent Inggris MI6 Diumbar di Instagram, Mau Jadi `James Bond` di Dunia Nyata?