Tradisi Musahirati (www.electronicintifada.net)
Dream - Muslim Palestina di Kota Tua Jerusalem terus berusaha menghidupkan kembali tradisi Musahirati. Sebuah tradisi membangunkan warga menjelang makan sahur saat Ramadan. Tradisi itu semakin hari semakin ditinggalkan oleh warga Palestina, terutama kaum muda. Padahal, berpuluh-puluh tahun silam, para pemuda paling antusias melakukan tradisi kuno ini.
Dalam tradisi ini, kelompok pemuda Palestina mengenakan pakaian tradisional setempat. Mereka berjalan menyusuri jalan-jalan kota, masuk ke gang-gang kecil di sudut-sudut permukiman warga. Tak sekedar jalan, mereka berteriak-teriak membangunkan kaum muslim untuk makan sahur.
Tak hanya itu, para pemuda itu juga membunyikan tetabuhan bising. Kaleng, besi, ember, dan alat-alat lain yang bisa mengeluarkan suara keras jika dipukul pasti dibawa. Kebisingan suara itulah yang diharapkan bisa membangunkan kaum muslim untuk makan sahur sebelum menjalani puasa pagi harinya.
" Mereka berkeliling lingkungan dan jalanan di Kota Tua. Mereka membangunkan warga dengan kata-kata bersahabat dan drum, sehingga anak-anak bangun dan memiliki kenangan menyenangkan dalam bulan ini," tutur Abed al-Mueti al-Natsheh, warga yang tinggal di Kota Tua Jerusalem, dikutip dari Al Arabiya, Rabu 16 Juli 2014.
Tradisi Musahirati. Sumber: Al Arabiya
Tak hanya di Kota Tua Jerusalem. Pemuda muslim yang tinggal di Hebron juga mulai menghidupkan kembali tradisi yang mulai punah ini. Setidaknya ada duabelas pemuda yang juga anggota Bulan Sabit Merah--sebuah organisasi kemanusiaan--di Hebron, getol menghidupkan kembali tradisi warisan leluhur mereka ini.
" Ide Musahirati di Bulan Sabit Merah merupakan inisiatif dari para pemuda yang telah terjadi enam tahun ini. Idenya datang dari pemuda untuk menghidupkan kembali tradisi Musahirati Palestina, sebuah tradisi yang telah lama dilupakan," tutur Jawdat al-Muhtasib, salah satu anggota Bulan Sabit Merah Hebron.
Menurut Al-Muhtasib, Musahirati yang saat ini dihidupkan kembali merupakan warisan dari leluhur mereka. Para pemuda dengan suka rela berjalan dari blok satu ke blok lainnya untuk membangunkan warga. Meskipun ini membuat mereka mengantuk saat mulai bekerja pada pagi hari.
Relawan Bulan Sabit Merah lainnya, Osama Abu Subayh, menambahkan tradisi kuno ini telah berubah selama beratus-ratus tahun silam, namun bunyi drum dan tetabuhan bising itu telah banyak membantu warga di sana untuk bangun di tengah malam saat Ramadan.
" Musahirati merupakan tradisi kuno. Nabi Muhammad telah menganjurkan dalam hadis. Pada waktu lampau ini dilakukan dalam bentuk yang berbeda. Menjalankan tradisi ini dalam zaman modern, relawan Bulan Sabit Merah berjalan menyusuri jalanan dan lingkungan di Hebron," tambah Abu Subayh.
Di tahun-tahun sebelumnya, tradisi ini mati sama sekali. Selain karena tak menarik minat pemuda, tradisi ini dilarang olah Israel yang menduduki Kota Tua Jerusalem. Banyak pemuda yang menjalankan tradisi ini ditangkap tentara Zionis. Namun sekarang, pemuda Palestina banyak yang berani menghidupkannya lagi.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib