Dokter Clarin Hayes (Foto : Instagram/clahayes)
Dream - Di tengah penyebaran wabah virus corona, sebagian dokter dan perawat RS di seluruh Indonesia berjuang mati-matian untuk melawan pandemi Covid-19. Termasuk dari kalangan dokter muda, seperti Clarin Hayes.
Clarin Hayes merupakan seorang wanita muda nan memesona yang berprofesi sebagai dokter sekaligus YouTuber. Melalui kanal YouTube-nya, Clarin selalu membahas tentang kecantikan dan tren-tren kesehatan bagi wanita yang berdasarkan perspektif medis.
Kini, Dokter Clarin Hayes menjadi salah satu dokter relawan yang sedang bertugas di RS Darurat Covid-19, Wisma Altet. Baru-baru ini, Clarin Hayes melalui kanal Youtube-nya membagikan potret keseharian para tenaga medis yang berada di Wisma Atlet. Penasaran bagaimana mereka berjuang keras hidup di dalam tempat yang terdapat risiko tinggi penularan Covid-19 itu? Berikut ulasannya.
Melalui kanal Youtube miliknya, dokter relawan yang juga beauty vlogger ini membagikan cerita mengenai kesehariannya sebagai tenaga medis di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet.
Dalam kesehariannya sebagai tenaga medis, perempuan cantik yang berusia 25 tahun ini akan diberikan pembekalan terlebih dahulu di ruangan khusus sebelum menangani pasien covid-19. Pembekalan tersebut terkait dengan peraturan hingga jadwal jaga yang sesuai dengan prosedur.
Selanjutnya, Dokter cantik itu juga menyampaikan bahwa gedung di rumah sakit tersebut terbagi menjadi 7 tower. Kemudian terbagi menjadi tiga zona yakni zona merah untuk pasien Covid-19, zona kuning untuk tenaga medis, dan zona hijau bagi mereka yang tidak berinteraksi langsung dengan pasien Covid-19.
" Untuk gedungnya sendiri itu kami dipisah. Untuk pasien itu di tower 7 sedangkan kami itu di tower tiga, jadi tidak bersentuhan dengan pasien tapi kalau bekerja kami tetap kontak dengan pasien," ujar dokter cantik dalam Youtube Clarin Hayes.
Tak gentar melawan Covid-19, perempuan cantik kelahiran Surabaya ini pun lantas kembali menceritakan sistem jaga pasien Covid-19 yang ada di sana. Lebih lanjut, Ia menceritakan jika di setiap tower dan juga perbatasan zona, tersedia pos-pos yang sudah dijaga ketat oleh petugas keamanan.
" Jadi tenang aja di sini kita itu banyak yang ngejagain kok, ya kan," kata dokter Clarin.
Di kawasan wisma atlet juga tersedia sebuah taman yang begitu luas biasa disebut dengan Taman Penantian. Taman tersebut biasa digunakan untuk tempat berkumpul jika sedang terdapat acara, luas yang dimiliki tetap sangat memungkinkan untuk mereka yang tinggal untuk tetap menjaga jarak serta diwajibkan memakai masker.
" Dibilangnya taman penantian, ini sih luas banget, jadi kalau misalnya kita mau ada acara ngumpul-ngumpul di sini kita masih bisa jaga jarak, dan semua orang pakai masker di sini," terang dokter Clarin.
Di dalam wisma atlet tower 3 juga telah disediakan tempat untuk melakukan olahraga tenis meja. Namun, untuk alat-alatnya memang diwajibkan untuk membawanya sendiri.
" Yang penting bawa bola sendiri. Nah yang penting bawa alat-alatnya sendiri, tempatnya itu ada," kata Clarin.
Selain itu juga ada tempat menghilangkan jenuh, salah satunya adalah untuk berkaraoke. Terlihat mulai dari layar, computer memilih lagu hingga sound system sudah tersedia di dalamnya.
Tak hanya itu, juga tengah disediakan jasa transport grabwheels yang bisa digunakan sebagai alat mobilitas. Setelah menggunakan fasilitas tersebut tetap harus mencuci tangan ataupun mengenakan cairan hand sanitizer sebagai protokol kesehatan.
" Habis pakai grabwheels selalu pakai hand sanitizer," ujarnya.
Selain itu, dara cantik ini juga menceritakan jika seluruh dokter relawan di wisma atlet juga tetap mendapatkan pendidikan dan pelatihan selama bertugas menjaga pasien covid-19. Hal tersebut dilakukan guna terus menambah ilmu dari para dokter.
" Jadi itu di sini kita intinya salah satu kegiatan kita adalah ngikutin pendidikan dan pelatihan," kata Clarin.
Sumber : Merdeka.com
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah