Menangguk Rupiah dari Hijab

Reporter : Maulana Kautsar
Rabu, 22 Juni 2016 21:03
Menangguk Rupiah dari Hijab
Goncangan ekonomi 2016, tak ciutkan nyali produsen hijab. Meski laba tak sebesar tahun lalu.

Dream - Dua muslimah itu berdandan rapi. Seorang menggunakan gamis dengan hijab berwarna senada, hijau. Satunya lagi mengenakan blus panjang kuning, sembari menenteng tas jinjing. Wajah permai mereka tampak ceria. Bergaya bak model ternama.

Pesona dua wanita itu 'menyambut' Dream saat mengunjungi kantor online shop, Saqina di Jalan Duren Tiga Raya nomor 16, Jakarta Selatan, Senin pekan lalu.

Kedua muslimah itu bukan sungguhan. Keberadaan mereka cuma foto yang terpampang dalam wallpaper berukuran 2 x 3 meter, digunakan untuk penyekat ruang depan dan belakang kantor.

Di balik gambar penyekat itu, terdapat enam deret komputer yang tertata, hanya dua yang terisi. Dua orang sibuk di depan layar komputer. Mengamati deretan indeks.

Tak jauh dari mereka banyak barang yang terkemasi rapi di kardus. Seorang karyawan Saqina, Didik, mengatakan, kantor sedang berkemas untuk pindahan.

" Setelah Lebaran nanti," kata Didik.

Meski akan berpindah kantor, Saqina bukannya tanpa persiapan menghadapi Ramadan 2016. Berbagai persiapan untuk menghadapi pelanggan dan penjualan baju muslim dilakukan.

Salah satunya menggencarkan promo. Sebab, pada momen Ramadan dan Lebaran ini pakaian muslim menjadi barang yang kerap menjadi buruan.

Pendiri Saqina Ines Handayani mengatakan sudah menjadi kelaziman jika penawaran pakaian muslim melonjak. Dia mencatat lonjakan penawaran pada Ramadan 2016.

" Kenaikannya ya 30 persen, namun untuk angka rupiahnya, rahasia," ujar Ines.

Kenaikan itu, kata Ines, selain disebabkan masa Ramadan dan Lebaran, karena adanya promo diskon yang dilakukan Saqina. Diskon yang ditawarkan pun tak main-main. Saqina berani memberi diskon dari 10 persen hingga 50 persen setiap produk yang ditawarkan.

Ines mengatakan diskon itu sebetulnya tidak melulu ketika Ramadan menjelang. Di hari-hari biasa promo diskon juga masih bisa ditemukan di laman 'Gaya Hidup Keluarga Muslim'.

" Diskon sepanjang masa," ucap dia bersoloroh.

****

1 dari 3 halaman

Berebut Kue Bisnis

Berebut Kue Bisnis © Dream

Daya tarik Ramadan, juga tak ingin disia-siakan merek busana CottonInk. Salah seorang pendiri CottonInk, Carline Darjanto mengatakan Ramadan dan Lebaran kerap dijadikan pelanggan untuk membeli desain karya mereka.

Demi memuaskan hasrat pelanggan berbelanja, CottonInk pun membuka gerai baru di Plasa Senayan.

" Kami tidak ingin mengubah jalur. Kami membuka gerai atas dasar pemintaan dari pelanggan. Agar lebih accesable dan dapat memberikan experience yang lebih kepada pelanggan," kata Carline, di sela-sela pembukaan gerai barunya, Selasa kemarin.

Langkah CottonInk tentu dapat dianggap sebagai gebrakan berani. Sebab, selain menggerakkan bisnis di dunia digital, mereka juga tetap mendirikan gerai. Setidaknya ada dua gerai kini mereka dirikan.

Berbeda dengan CottonInk yang membuka gerai, Saqina tetap setia mengambil jalur digital sebagai lahan dagangnya. Jangkauan yang luas serta tidak bertambahnya biaya sewa tempat kerap menjadi alasan bagi banyak penjual untuk tetap bersandar di dalam dunia maya itu.

" Saqina sementara ini masih di domain dot com," ujar Ines.

2 dari 3 halaman

Untung atau Buntung?

Untung atau Buntung? © Dream

" Dua minggu pertama Ramadan biasanya belum begitu terlihat" . Perkataan Carline itu memang ada benarnya. Sebab, hampir sebagian produsen yang membidik momen pertengahan Ramadan hingga mendekati Lebaran.

CottonInk membuat gebrakan. Berbarengan dengan pembukaan gerai baru di Plasa Senayan, mereka juga menelurkan kolaborasi baru. Tak main-main, nama desainer hijab kenamaan, Dian Pelangi, digandeng demi menciptakan busana bergaya modest fashion.

Bertajuk Cottonink x Dian Pelangi, muncul 25 jenis pakaian yang menggabungkan gaya 'tie dye' Dian Pelangi dengan gaya desain CottonInk.

" Kita harus berinovasi dan berkolaborasi agar bisnis busana ini dapat berkembang. Saat Ramadan ini momennya pas saja," kata Carline.

Untuk nilai jual busana kolaborasi CottonInk dijual dengan harga yang terjangkau. Perusahaan yang memulai menjual koleksinya melalui Facebook itu menetapkan harga Rp299-399 ribu per buahnya. Meski dibanderol cukup terjangkau, kondisi ekonomi yang masih bergerak lamban turut mempengaruhi penjualan CottonInk.

Masa Ramadan memang kerap menjadi puncak emas para pebisnis pakaian Muslimah. Tapi, untuk tahun ini peningkatan itu tak cukup terasa.

Dengarlah kata Ines, selama Ramadan 2015 angka penjualan online shop Saqinah dapat melampaui 55 persen. Sedangkan sekarang diprediksi turun 25 persen dari pencapaian tahun lalu.

Penurunan ini diperkirakan karena beberapa penyebab. Pertama, semakin maraknya marketplace dan penjualan via sosial media. Kedua, adanya faktor penurunan daya beli masyarakat.

" (Pasar) Bukan hanya sekedar wait and see, tapi wait and dying," kata Ines.

3 dari 3 halaman

Ciptakan Ekosistem

Ciptakan Ekosistem © Dream

Usaha bertahan dari lemahnya gelombang ekonomi sedang dilakukan CottonInk dan Saqina. Dua lapak digital itu sedang berusaha mengaet pangsa pasar bidikan mereka.

Meski pada saat Ramadan, angka penjualan busana semakin meningkat, pengusaha tak boleh terlena untuk terus menciptakan peluang baru. Pemerintah, melalui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) juga berjanji akan membuka ekosistem usaha dunia fashion digital itu.

Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan sebetulnya dunia fesyen menempati kontribusi tertinggi pada perolehan Produk Domestik Bruto (PDB). Fesyen, kata Triawan, mengalahkan dua subsektor yaitu kuliner dan kerajinan.

Tetapi, pertumbuhan pesat di dunia busana itu harus diimbangi dengan desain dari pemangku kepentingan.

" Pertumbuhan organik memang bagus, tapi kami ingin pertumbuhan itu didesain dan didorong. Tidak lagi musiman," kata Triawan saat berbincang dengan Dream di kawasan Senayan, kemarin malam.

Usaha untuk menciptakan peluang usaha melalui Bekraf bukannya tanpa alasan. Sebab, Triawan menjelaskan, pemerintah ingin para produsen dan penjual mampu menguasai pasar lokal terlebih dahulu ketimbang go Internasional. Pasar lokal merupakan pasar yang potensial bagi bisnis fesyen tanah air.

" Local now, global later," kata dia berpesan.

Beri Komentar