Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto (paling Kiri), Mendorong Pengembangan Kendaraan Rendah Emisi. (Foto: Kementerian Perindustrian)
Dream – Pemerintah mendorong industri otomotif untuk mengembangkan kendaraan rendah emisi (low carbon emission vehicle/LCEV). Pemerintah telah menyusun implementasi program ini melalui road map yang diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian, termasuk pengembangan kendaraan listrik.
“ Kami menyiapkan program LCEV ini guna mendorong diversifikasi energi bahan bakar kendaraan bermotor ke arah penggunaan teknologi penggerak yang rendah atau tanpa emisi karbon,” kata Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, dalam keterangan tertulis yang diterima Dream, Kamis 1 November 2018.
Airlangga mengatakan, ada beberapa golongan mobil listrik, seperti hybrid, plug in hybrid, full battery, dan fuel cell. Pada tahun 2025, ditargetkan sekitar 20 persen dari kendaraan yang diproduksi di Indonesia adalah produk LCEV.
“ Selanjutnya, dalam upaya mendukung program LCEV, kami telah menyelesaikan aturan hukum untuk kendaraan listrik yang sedang dikoordinasikan di tingkat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman untuk mendapat persetujuan dari Bapak Presiden,” kata dia.
Airlangga mengatakan regulasi ini mengatur banyak hal, seperti penelitian dan pengembangan serta inovasi kendaraan listrik serta percepatan penggunaan kendaraan itu di jalan raya. Ada juga pengaturan fasilitas fiskal seperti bea masuk ditanggung pemerintah (BMDP) serta pembiayaan ekspor dan bantuan kredit kerja untuk pengadaan battery swap.
“ Sementara yang terkait dengan sisi fasilitas nonfiskal, di antaranya penyediaan parkir khusus, keringanan biaya pengisian listrik di SPLU dan bantuan promosi,” kata dia.
Sekadar informasi, Kementerian Perindustrian bekerja sama dan melakukan studi bersama New Energy and Industrial Technology Development (NEDO) yang meliputi aspek consumer convenience, business model, social impact, dan regulasi. Studi tersebut dibarengi dengan demo project yang akan dilakukan di beberapa kota di Jawa Barat dan Bali yang akan dimulai awal 2019 sampai Desember 2020 dengan melibatkan instansi litbang lokal dan beberapa universitas.
Studi ini bisa menghasilkan masukan bagi pemerintah untuk bisa menerapkan kebijakan yang tepat untuk mobil listrik.
Dream – Pemerintah terus mendorong percepatan realisasi proyek mobil listrik. Saat ini, aturan terkait proyek mobil listrik ini tinggal menunggu tanda tangan Presiden Joko Widodo.
“ Sudah di Sekretariat Negara. Tinggal tanda tangan. Kami harapkan dalam waktu dekat, sudah keluar,” kata Direktur Teknik dan Lingkungan Ketanagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Munir Ahmad di Jakarta, dikutip dari Merdeka.com, Kamis, 25 Januari 2018.
Menurut Munir, salah satu hal yang diatur dalam beleid ini adalah tugas-tugas kementerian terkait dan PT PLN (Persero) untuk mendorong percepatan mobil listrik.
“ Setiap kementerian punya tugas masing-masing, Kementerian Perindustrian apa (tugasnya), Kementerian Perdagangan apa, dan kami apa. Kemudian, PLN menyiapkan SPLU-nya,” kata dia.
Dream – Mobil listrik ternyata punya dampak negatif di sektor tenaga kerja. Sektor mobil listrik bisa memangkas 75 ribu pekerjaan. Bahkan, sektor pemasok suku cadang kecil akan terkena imbasnya pada 2030.
Dilansir dari Khaleej Times, Sabtu 16 Juni 2018, studi yang dilakukan oleh IG Metall Union bersama BMW, Volkswagen, dan sejumlah pembuat suku cadang mobil mengatakan kendaraan yang “ lebih bersih”, menimbulkan tantangan besar untuk industri otomotif Jerman yang menyerap tenaga kerja hingga 800 ribu orang.
Mobil listrik ini lebih mudah dibangun dan membutuhkan bagian yang jauh lebih sedikit, daripada mobil berbahan bakar bensin atau solar.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fraunhofer Institute, pergeseran mobil konvensional menjadi mobil listrik ini akan menghilangkan 100 ribu dari 210 ribu pekerjaan di industri mobil pada 2030.
Lalu, industri mobil listrik akan menyerap 25 ribu tenaga kerja baru terkait baterai dan komponen mobil listrik lainnya.
Angka-angka dihitung berdasarkan asumsi bahwa pada saat itu, 25 persen dari semua mobil di jalan-jalan Jerman akan sepenuhnya listrik, sementara 15 persen lainnya akan menjadi hibrida, yang menggabungkan motor listrik dengan mesin pembakaran internal tradisional.
Saat ini, mobil listrik yang ada di pasar kurang dari 2 persen dari total mobil listrik secara keseluruhan.
CEO IG Metall, Joerg Hoffman, mengatakan pemerintah dan bos perusahaan perlu mengambil tindakan segera untuk mempersiapkan industri, termasuk melalui skema pelatihan ulang.
“ Akan ada pemasok yang tidak akan dapat menyesuaikan model bisnis mereka, terutama di antara perusahaan kecil dan menengah,” kata Hoffman.
Sebagai gambaran, saat ini ada 4 ribu pekerja yang merakit satu mesin mobil bertenaga bensin per tahun. Dengan adanya mobil listrik, hanya ada 1.840 orang pekerja yang dibutuhkan untuk membangun motor listrik untuk mobil. (ism)
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi